paper incident - 18

4.1K 716 637
                                    

.

ㅡㅡㅡㅡ

Hening.

Tak seorang pun memiliki keinginan untuk sekadar mengeluarkan suara nafasnya. Belum lagi, suasana mereka tegang, dibuktikan dengan Yohan yang duduk tegak di bagian ujung kanan sofa. Sementara Yuvin duduk sedikit bersandar, di ujung sofa kiri.

Entah sejak kapan mereka diam disitu ditemani oleh suara kendaraan yang sesekali lewat depan rumah Yohan. Namun karena haus, Yohan, meskipun segan, berusaha membuka suara.

"Vin.."

"Hm?"

"Mau minum apa?"

Yuvin terbatuk sedikit. "Air putih aja, Han."

"Oke, tunggu sebentar ya."

Yuvin mengangguk, lalu Yohan segera pergi dari ruang tengah menuju dapur dan mengambil air putih. Ia tentu tidak langsung kembali ke ruang tengah. Ia menenangkan jantungnya terlebih dahulu dan mengusap wajahnya kasar- wajahnya sangat kacau, kan, tadi. Mana air mata udah ngalir pula. Mau ngusap depan Yuvin tadi, gak enak. Takut ditanya macem-macem.

Selain air putih, Yohan juga membawa snack rumahan yang tentunya bukan chiki. Yuvin kan lagi sakit. Yohan tahu karena mata Yuvin memerah. Dan saat ia berdiri disebelah Yuvin tadi saat masuk, ia dapat merasakan hawa-hawa hangat berasal dari tubuh Yuvin. Belum lagi anak itu kerap kali memejamkan matanya agak lama, seperti menahan sakit.

"Nih, Vin." Kata Yohan seraya menyuguhkan apapun yang sudah ia bawa dihadapan Yuvin.

Lalu hening kembali.

Sebenarnya, sangat amat banyak pertanyaan yang berenang dan berlari di otak Yohan. Namun ia sangat segan untuk bersuara sekarang. Ia takut salah bicara. Mana pemikiran negatif sebelum ia sampai rumah benar-benar menggerogoti hatinya.

Sesaknya sudah lumayan hilang, karena sosok yang ia rindukan kini berada di hadapannya. Tapi tetap saja ia belum lega. Karena ia belum menangis, dan masih clueless dengan apa yang terjadi padanya baru-baru ini.

"Han."

Yohan menoleh. "Iya, Vin?"

"Maaf ya."

Jantung Yohan terpelontang-pelanting karena suara Yuvin yang melembut, diikuti oleh pergerakan cowok itu yang bergeser duduk mendekatinya. Nafasnya tertahan begitu Yuvin memegangi tangannya, menggenggam tangan kecilnya tenggelam dalam tangan besar Yuvin.

Tiba-tiba saja Yohan berdoa agar mamanya pulang sekarang. :(

"M-maaf buat apa-"

"Hm.. gak tau." Ibu jari Yuvin bergerak, mengelus pelan punggung tangan Yohan yang sukses membuat sang empu memerah. "Pokoknya, gue minta maaf aja."

"Lo kan gak salah apa-apa.."

"Iya, lo yang salah soalnya."

Jawaban Yuvin dengan nada yang berbeda sontak membuat hati Yohan berdenyut. Elusan Yuvin di tangannya berhenti, digantikan oleh genggaman- atau mungkin, perasan tangan Yuvin yang beneran, lumayan menyakiti tangan Yohan.

Mata Yohan kembali memanas begitu Yuvin semakin mendekatkan dirinya ke Yohan. Yohan takut. "G-gue.. gue salah apa..?"

"Lo bikin gue kacau." Jelas Yuvin, dengan nada bicara yang mendesak air mata Yohan untuk keluar. "Gue kacau gara-gara lo, Yohan!"

"M-maaf.. maafin gue, V-vin.."

Yuvin terkekeh pelan, dengan nada yang mengintimidasi tentunya.

"Gapapa." Jawab Yuvin. Nadanya melembut. Namun pegangan di tangannya mengerat.

paper incident  ☆  yuyo ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang