paper incident - 25

3K 666 206
                                    

Yuvin tertawa terbahak-bahak sampai bengek karena kelakuan teman-temannya di video call, sampai lupa kalau ia masih ada di kantor mamanya dan habis disidang singkat yang menyakitkan. Sumpah, kalau gak ada JinGyulDamChan sekarang, Yuvin bakal gimana coba kabarnya? Bisa-bisa nangis terus kali ya dari tadi, terus jatuh sakit dah.

Terus dia sekarang menyesal, pernah menyembunyikan seluruh kebenaran dari sahabat-sahabatnya ini. Kalau hatinya jadi setenang dan seringan ini, kenapa dulu ia malah menyulitkan diri sendiri?

Ya jangan hujat Yuvin, guys. Namanya juga trauma. Takut.

Tapi serius, kini hati Yuvin setengah lega. Lega karena kini ia tidak memikul semua masalahnya sendirian, namun masih sesak karena kenyataan bahwa kemungkinan ia tidak bisa menjadikan Yohan miliknya seutuhnya. Bukan karena telat sadar atau gimana, tapi karena bundanya tidak setuju.

Jinhyuk sekarang tengah bercerita tentang Wooseok yang mulai luluh padanya. Aduduh, Hangyul Byungchan Yuvin sih, ngewaro dengan senang dan meledek. Tapi tidak dengan Midam yang langsung nyemprot keempatnya karena ia kangen gebetannya yang gak bisa dikontak lewat mana-mana selain pubg.

Udah, hancur banget itu video call. Thanks to Hangyul, for real.

Terus, balik lagi nanyain kabar Yuvin. Hangyul duluan yang tanya. Tapi, belum sempat Yuvin jawab, sebuah notifikasi whatsapp dari Yohan muncul menutupi wajah teman-temannya, bersamaan dengan suara langkah kaki sepatu khas milik bundanya yang terdengar semakin dekat.

Wajah bahagia Yuvin langsung surut dengan dua hal yang menyerang dirinya dalam waktu yang bersamaan ini.

"Gue tutup duluan."

Setelah menutup video callnya dan mengabaikan pesan Yohan yang sebenarnya sangat ingin ia balas, bundanya masuk ke dalam ruangannya dengan wajah datar.

Suasana langsung mencekam, Yuvin auto nunduk karena masih... takut. Dalam hatinya ia berdoa, supaya tidak merasa trauma dengan bundanya sendiri.

"Kirain kamu udah pulang, Vin."

Yuvin meremang mendengar suara bundanya yang sedikit serak. Apakah bundanya habis menangis? Atau justru, habis minum alkohol?

"Belum bun.. kan belum bunda suruh." Jawab Yuvin pelan kemudian. "Bunda habis dari mana?"

"Ketemu temen bunda, ngomongin pekerjaan." Jawab si bunda datar sambil membuka laptopnya. Ia sudah duduk di kursi utama dan menguncir ulang rambutnya.

"Kalau gak ada lagi yang mau kamu bicarakan, pulang aja, Vin. Istirahat."

Lidah Yuvin mendadak kelu. Hey, banyak sekali yang ia harus bicarakan pada bundanya! Tapi.. tapi.. rasanya sulit untuk menuangkannya dengan kalimat yang tepat. Kalau bundanya motong-motong kalimatnya dia kayak tadi, yang ada bakalan cuma merusak mood bundanya karena pesan yang Yuvin ingin sampaikan tidak terlepaskan dengan jelas.

"...k-kalau bunda, ada yang mau dibicarakan lagi ga?" Yuvin justru melontarkan balik pertanyaan yang sama.

Gak salah, kan? Siapa tau bundanya mau ngomong soal yang tadi.

"Apa ya." Bundanya terlihat menimang-nimang. Dalam hati, Yuvin merapalkan harapan baik.

Namun, harapan tetaplah harapan. Hati Yuvin mencelos karena bundanya menjawab, "ga ada untuk sekarang, Vin. Jaga diri, jaga hati, jangan sampai sakit ya."

Benar-benar dilarang.

Yuvin mengangguk. Cowok itu membungkuk sebentar sebelum beranjak menghampiri pintu ruang kerja bundanya.

Belum sempat ia membuka pintu, bundanya kembali bersuara, memanggil namanya. Yuvin hanya menengok tanpa berminat membalas karena sumpah, ia lemas sekali.

paper incident  ☆  yuyo ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang