paper incident - 31

3K 647 157
                                    

Yohan siuman tak lama setelah dirawat dadakan di ruang tengah Hangyul. Untung ada Seungwoo di sana, sesepuh PMR yang sudah khatam dengan ilmu-ilmu keperawatan dan pertolongan pertama.

Makanya, Yohan siuman hanya berkisar 10 menit dari pertama kali ia ambruk.

Ketika Yohan mulai bergerak pelan, Seungwoo segera menyuruh Hangyul untuk membawakan teh hangat kepadanya, agar ketika sadar sepenuhnya Yohan langsung mendapat energi dari gula dan kehangatan dari si teh.

Yohan menerjapkan matanya berkali-kali. Membiasakan diri dengan cahaya dan suara bising disekitarnya. Begitu sepenuhnya sadar, ia dapat melihat seluruh teman-teman dan mamanya tengah menatap kearahnya dengan pandangan khawatir.

Lama memroses keadaan, sebelum akhirnya, ia baru teringat soal apa yang baru saja terjadi.

Dadanya sesak lagi. Air mata Yohan kembali mendesak keluar dari kantung matanya yang tak dapat ia tahan, mengairi jejak air mata kering disekitar pipinya. Tangisannya mengeras begitu  direngkuh sang mama ke dalam pelukan dalam.

"Yuvin.."

"Sst.. sst.." mama Yohan memeluk Yohan seerat mungkin dan mengguncangkan bahu anaknya agar cepat tenang. Hati mama Yohan sendiri hancur dan sakit, melihat keadaan anaknya yang sebegini kacaunya hanya karena Song Yuvin.

Ingin sekali Irene memaki dan memberikan Yuvin pelajaran berupa tamparan keras di wajah tegas itu. Namun, ia tidak bisa gegabah melakukan itu. Selain karena Seohyun adalah atasannya—orang yang mengasupinya penghasilan, ia tahu kalau Yuvin memiliki trauma dan depresi yang tidak mudah di sembuhkan begitu saja. 

Yang sekarang Irene takutkan adalah, Yohan juga terkena trauma saking rumitnya masalah mereka.

"Yohan tadi mimpi kan, ma?" racau Yohan dengan suara yang terbenam karena masih berada di dalam pelukan sang mama. "Tadi Yuvin bilang dia tidak lagi suka dengan Yohan. Itu mimpi, kan?"

Irene tentu tak dapat berbuat apa-apa selain mengeratkan kembali pelukannya kepada Yohan.
Dan dengan itu Yohan sadar.
Semua yang terjadi sebelumnya adalah kenyataan.
Bukan mimpi.
Yuvin memang berkata seperti itu kepadanya.

Sakit. Sangat sakit.

Namun, tak berapa lama, tangisan Yohan mereda. Hanya sisa sesenggukkannya saja yang masih ada. Eunsang pun mengoper segelas air putih pada Yohan, yang segera di habiskannya. Yohan menghembuskan nafasnya, berusaha mengatur deru nafasnya yang sungguh kacau. Tangannya pula mengusap seluruh permukaan wajahnya, terutama pada bagian mata. 

Yohan memejamkan matanya sebentar, lalu mengulum senyum tipis. Sekelebat memori bagaimana ia mengenal Yuvin dan akhirnya hatinya memilih untuk jatuh cinta pada sosok itu kembali berputar di kepalanya. Semuanya memang sangat rumit dan menyebalkan. Tapi, sungguh. Tak ada penyesalan sama sekali bagi Yohan untuk mencintai Yuvin.

Nyatanya, ia sungguh bahagia dengan takdir yang tanpa sengaja membuat Yuvin seolah-olah mempermainkannya seperti ini.

Ia berusaha mengikhlaskan fakta kalau Yuvin melakukan hal yang menyakitkan tadi adalah demi sosok yang melahirkannya ke dunia. Yohan sangat memahami keadaan Yuvin sekarang. Meski bunda Yuvin menyetujui mereka, Yohan yakin ada alasan lain yang membuat Yuvin melakukan hal itu.

Setitik air mata kembali mengalir, menghiasi pipi Yohan. Namun bibirnya masih mengulas senyum yang justru semakin lebar. 

Ia mengenyampingkan seluruh bencana diantara mereka berdua, dan mengingat-ingat seluruh hal yang selalu menjadi alasan jantung Yohan berdegup lebih kencang daripada biasanya; nyatanya, Song Yuvin memang memperlakukannya se spesial itu. Lantas, untuk apa Yohan marah padanya?

paper incident  ☆  yuyo ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang