PROLOG

46.7K 2.2K 60
                                    

Suasana Istana negara sangat ramai dipenuhi taruna dan taruni yang telah mengikuti upacara Prasetya Perwira, setelah menimba ilmu di Akademi militer akhirnya Daffa dapat menyelesaikan pendidikannya bahkan mendapat Adhi Makayasa atau penghargaan tahunan kepada lulusan terbaik dari setiap Matra TNI dan Matra Kepolisian.

“Adek!” Seruan itu terdengar, membuat Daffa yang sedang mencari keberadaan orangtuanya menoleh. Batari, sang kakak sulung melambaikan tangannya dengan riang.

Daffa bergegas menghampiri orangtuanya yang tersenyum bangga bahkan Ibunya sudah menangis haru. Daffa bersimpuh di kaki Ibunya lalu memeluk wanita yang telah melahirkan dan selalu mendoakannya itu dengan erat.

“Alhamdulillah selamat nak, Ibu bangga sekali sama kamu” ucap Ibunya lalu ia mengamati wajah Daffa dan memberikan kecupan di keningnya.

Daffa beralih pada Ayahnya, ia memberi hormat pada pria yang telah menanamkan jiwa patriotisme sejak kecil padanya hingga Daffa bercita-cita mengabdikan dirinya pada Negara.

Ayahnya segera memeluk putranya dengan bangga.

“Alhamdulillah nak, jadilah prajurit yang selalu berada pada jalan yang benar. Jalan kamu masih panjang ke depannya.”

Daffa menganggukkan kepalanya lalu ia beralih pada kakak semata wayangnya yang hari itu memakai PDU. Kakaknya juga baru menyelesaikan Pendidikan Militernya beberapa hari yang lalu dan akan bekerja di RSPAD minggu depan.

“Selamatt! Proud of you!” Batari memeluk adiknya dengan erat lalu menyerahkan bouquet bunga pada Daffa.

“Makasih kak” ucap Daffa. Sang kakak menganggukkan kepalanya riang.

“Ayah.. Ibu.. Foto dulu sama adek” ucap Batari memperlihatkan kamera yang ia bawa lalu menyuruh orangtuanya berpose, kemudian Daffa dan kakaknya lalu bersama kedua orangtua mereka.

Daffa menghampiri teman-temannya, mengucapkan selamat lalu foto bersama, tetapi sejak tadi perasaannya tak tenang. Dia mencari keberadaan Adella, kekasihnya sejak mereka kelas 2 SMA. Wajah gadis berhijab itu belum kelihatan padahal seminggu yang lalu, Adel berjanji akan menghadiri Praspanya, sekaligus Daffa akan memperkenalkan Adel secara resmi.

“Kamu nyari Adel?” tanya Tari. Kakaknya itu memang mengetahui gadis yang telah menjungkirbalikkan perasaan adiknya. Daffa mengangguk.

“Dia gak akan kesini” ucap Tari dengan tatapan menerawang. Daffa menoleh.

“Maksud kakak?” tanya Daffa bingung. Tari menghembuskan napasnya lalu menyerahkan sepucuk surat pada Daffa.

“Dua hari yang lalu dia nemuin kakak dan memberikan ini. Kamu baca” ucap Tari lalu ia beranjak menuju tempat orangtuanya berdiri.

Jantung Daffa berdetak kencang, dalam hati ia berharap agar Adel baik-baik saja. Dengan tergesa Daffa membuka kertas itu dan membaca isinya.

Assalamu’alaikum..

Bae, selamat untuk kelulusanmu. Maaf aku gak bisa hadir di hari bahagiamu. Bae, aku mau bilang.. Sebelumnya maafkan aku. Aku harus melakukan ini.

Mama dan Papa telah menjodohkan aku dengan orang lain. Beberapa kali memang Mama pernah menjodohkan aku, selama ini aku gak mau bilang karena aku percaya sama kamu, tetapi setelah aku berpikir, mau sampai kapan aku bersabar? Jalan kamu masih panjang, sedangkan aku.. Hidupku sudah ditentukan oleh keluargaku. Maaf.. Aku menyerah sampai disini.

Aku menerima perjodohan itu karena aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Maafkan aku. Aku lemah dan tak bisa berjuang untuk kita. Aku lelah sendirian dan kamu tak bisa selalu ada disampingku.

-Cadel

Daffa tertegun. Ini seperti kamu kalah sebelum perang dimulai. Seharusnya Adel bisa menunggunya, tetapi Daffa tau, Adel sangat menyayangi orangtuanya. Kehidupan Adel memang telah diatur. Sekuat apapun Daffa berjuang, bagi keluarga Adel, Abdi Negara adalah kasta yang rendah. Sejak dulu, keluarga Adel tak menyukai Daffa.

Tetapi kenyataan menamparnya sangat kuat, Adel memilih menyerah disaat Daffa ingin berjuang. Tidak ada lagi yang bisa dia harapkan. Adel membuatnya kalah telak.

🏵🏵🏵

Launching deh tuhh :))
Cerita ini mengalir begitu saja. Aku belum memikirkan bagaimana cerita ini kedepannya.

Selamat menikmati ‘Asmara’ Daffa.

Senin, 19 Agustus 2019

ASMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang