Duapuluh Satu

3.5K 398 3
                                    

Vote dan komen dulu!





Tidak terasa liburan yang memang singkat itu benar-benar berakhir. Mulai besok Taemin kembali sibuk dengan perusahaan, Naeun juga kadang pergi untuk mengontrol butiknya.

   Jennie harus kembali membiasakan diri kesepian, setidaknya waktu tiga hari itu akan menjadi kenangan bahagia untuknya. Kenangan terakhir.
   Mereka berjalan masuk ke mansion besar dengan wajah lelah. Wajar saja, Taemin memilih untuk melakukan semuanya tanpa bantuan para pekerjanya, bahka menyetir saja ia yang melakukannya. Ia hanya tidak ingin liburan keluarga mereka diganggu.

   Tanpa memikirkan apa-apa lagi, Jennie berjalan menuju kamarnya dan melanjutkan tidurnya. Sejak pagi-pagi sekali ia harus bersiap dan berangkat, di dalam mobil pun ia  tidak bisa tidur nyenyak.

   Jennie tersenyum senang, akhirnya liburan tahun ini bisa ia pamerkan pada teman-temannya.

















"Jadi bagaimana soal pembukaan cabang perusahaan?" Jaejoong membuka laptopnya dan mulai membuka tiap dokumen yang dikirim oleh sekretarisnya itu lewat email.

   "Semua berjalan lancar Sajangnim, hanya tinggal menunggu kedatangan anda nanti siang."

   Jaejoong menganggukkan kepalanya, ia akan datang untuk pembukaan cabang perusahaannya itu.

   "Baiklah, kerja bagus. Kau boleh kembali." Pria dengan pakaian formal ala sekretaris itu menangguk sebelum berjalan mundur.

   Ceklek!

   Jaejoong mendongak ke arah pintu yang terbuka, sosok yang ia kenal itu berjalan santai memasuki ruangan besar miliknya.

   "Kau rupanya."

   Pria dengan setelan yang cukup berantakan itu menghempaskan tubuhnya di sofa empuk yang berhadapan dengan Jaejoong.

   "Ada apa?" tanya Jaejoong tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop.

   "Hanya ingin mengucapkan selamat, kau bisa sukses membuka cabang perusahaan."

   Jaejoong terkekeh pelan, diletakkannya laptop miliknya dan memandang ke arah pria itu. "Kapan giliranmu? Sepertinya kau tidak memiliki niatan untuk mengambil alih perusahaan, Tuan Park sudah terlalu tua untuk memegang perusahaan."

   Pria itu menggigit bibirnya, sedikit tersinggung dengan ucapan Jaejoong. "Kau akan melihat perusahaan itu jaya di tanganku."

   Jaejoong kembali terkekeh dan menganggukan kepalanya, ia tidak tahu bahwa dalam hitungan jam, bahaya datang menghampirinya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

   Taemin memandang cermin di hadapannya, sesekali merapihkan jas formal yang dikenakannya.

   Naeun yang duduk di belakang sesekali tersenyum melihat gelagat suaminya itu. "Kau sudah tampan, apalagi yang membuatmu ragu?"

   Taemin menggelengkan kepalanya, lalu membalikkan tubuhnya menghadap sang istri. "Aku berangkat sekarang."

   Naeun mengangguk pelan, lalu matanya terpejam saat Taemin mencium keningnya dalam, sedikit lama dari biasanya.

   "Jangan terlalu lama berada di butik, kasihan Jennie menunggu di rumah."

   Naeun tersenyum lembut sebelum menganggukan kepalanya, membiarkan suami tercinta memeluk Jennie yang tidur siang di ranjang.

   Setelah Taemin pergi, Naeun mulai bersiap-siap untuk pergi ke butik.
































One Night Stand ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang