Tujuh

5.5K 573 22
                                    

Mohon untuk di vote dulu.

Jennie tertawa mendengar penuturan Mark

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jennie tertawa mendengar penuturan Mark. "Itu bukan urusan kita Mark, kita hanya perlu menjalankan misinya dan menerima uang, itu saja kan?"

   Mark menatap Jennie yang kini sibuk menyesap milkshake nya. Jennie kembali tertawa saat ia menatap wajah masam Mark.

   Tawa itu hilang tiba-tiba saat Jennie menatap pria dengan pakaian aneh yang sedari tadi memang duduk di seberang meja mereka beranjak keluar cafe.

   Kenapa Jennie menatapnya aneh begitu? Mungkin saja kopi pesanan pria itu sudah habis dan ia akan pulang kan?

   Mark menggenggam punggung tangan Jennie dan berhasil mengalihkan atensi milik wanita berambut pendek itu.

   Jennie tersenyum lembut pada Mark, padahal dalam pikirannya ia memiliki satu pertanyaan yang cukup menganggunya.

   Kenapa pria itu mirip seseorang? Padahal Jennie belum pernah melihat pria itu sebelumnya.

   Segera Jennie tepis pikirannya itu, lebih baik ia menikmati waktu kosongnya sebelum kembali bergelut dengan meja 'neraka' di kantor besok.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Jennie berdiri di pantry apartemennya, ia memutuskan untuk membuat kopi agar bisa mengerjakan beberapa laporan.

   Siapa sangka bosnya yang kaku itu akan mengirim pesan berisikan perintah agar Jennie membuat laporan mengenai perkembangan salah satu perusahaan di Busan.

   Lagi-lagi Jennie mendecak sebal, ratusan umpatan pun ia layangkan takkan bisa menghilangkan perasaan jengkelnya.

   Dirinya memilih duduk di ruang tv sembari mengotak atik laptopnya dan sesekali menyesap kopi susu yang tadi ia buat.

   Ting tong!

   Jennie terkejut saat bel apartemen berbunyi tiba-tiba, padahal jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Siapa yang bertamu di larut malam begini?

   Dengan perasaan siaga Jennie mendekati pintu, lewat intercom ia dapat melihat seorang pria menggunakan topi berdiri di luar.

   Keningnya kembali mengkerut, namun dengan pasti ia membuka pintu apartemennya.

   Pria itu menyodorkan kertas yang berisikan tanda tangan beserta pulpen hitam. Jennie segera membubuhkan tanda tangan di atas kertas.

   'Ternyata hanya pengantar paket.'

   Jennie menyadari sesuatu ketika hendak mnembalikkan tubuhnya. Namun ketika ia hendak bertanya, pengantar paket itu sudah berbelok ke arah lift.

   Akhirnya mau tidak mau ia segera masuk ke dalam apartemennya.

   Jennie terdiam menatap kotak paket super besar yang berada di meja. Dirinya terlalu ragu untuk membukanya. Ia kemudian menatap secarik kertas yang berada di atas kotak.

One Night Stand ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang