Duapuluh Tiga

3.4K 427 15
                                    

"Ma-maksudmu?"

   Rosé membenarkan bingkai kacamatanya, kemudian ia menyodorkan beberapa surat kabar yang ia gunting pada Jennie.

   "Jadi maksudmu... Appaku dituduh melakukan semuanya?"

   Rosé mengangguk pelan, kemudian membalik selembar halaman yang berisikan beberapa tulisan rapih miliknya.

   "Tapi, Appa mu dinyatakan tidak bersalah, bukti kuat CCTV tidak menunjukkan bahwa Appa mu melakukan hal yang mencurigakan. Jadi tim forensik menyimpulkan bahwa itu semua terjadi karena korsleting listrik."

   Jennie mengetukkan jemarinya ke meja kaca, kenapa semuanya terasa sangat rumit? Jadi semua orang masih menganggap bahwa Ayahnya lah yang menjadi dalang di balik tragedi itu?

   "Tapi ada berita bagus kemarin." Jennie mengernyit, menatap Rosé seolah menyuruhnya untuk segera mengatakannya.

   "Ada seseorang yang menyerahkan diri ke kantor polisi, dia menyebutkan satu nama yang di duga sebagai pelaku penyebab kematian kedua orang tuamu."

   Jennie seperti menemukan titik terang, ia merasa bahwa akhirnya kematian kedua orang tuanya itu terkuak. Dari awal dirinya tidak pernah percaya bahwa semua murni kecelakaan.

   "Tapi sayangnya... pria itu tidak lolos tes kejiwaan."

   "Ma-maksudmu, dia..."

   Rosé mengangguk mengiyakan, "Kami belum bisa mempercayai pria itu. Tapi berkat pria itu, kasus lama itu akhirnya dibuka kembali."

   "Kami akan kembali menyelidiki."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Kau mau mempertemukanku dengan kekasihmu?"

   Pria dengan rambut di cat berwarna merah muda itu mengangguk mantap, pakaiannya sama sekali tidak mencerminkan pria dewasa mapan seperti pria sebayanya.

   Pria yang lebih tua itu terkekeh sinis, "Siapa namanya?"

   Pria dengan rambut merah muda itu tersenyum beberapa detik, "Kang Seulgi."

   Namun senyuman manisnya pudar setelah dilihatnya gelengan dari Pria di hadapannya. Pria yang duduk dengan setelan jas formal, pemimpin Parkble Group.

   "Tapi kenapa Appa?"

   Ia meringis setelah melihat seringaian menyeramkan itu, alasan kenapa dirinya takut dengan Ayahnya yang sangat menyeramkan.

   "Jimin, aku memiliki sebuah penawaran."

   Jimin mulai tertarik pada ucapan Ayahnya, ia sangat yakin bahwa Ayahnya tidak pernah bermain-main dan selalu memiliki penawaran yang menggiurkan.

   "Penawaran?"

   Pria paruh baya itu menganggukkan kepalanya, kemudian menatap Jimin serius. "Nikahi wanita beranak satu yang bernama Jennie Kim, maka perusahaan akan jatuh ke tanganmu."

   Jimin terkejut, kali ini penawaran Ayahnya tampak berbeda dari biasanya.

   "Aku menolak."

   Hyungsik terkejut, Jimin menolak tanpa berfikir panjang. Padahal ia yakin penawarannya kali ini sangat tinggi.

   "Kau memiliki alasan untuk menolak?"

   Jimin meneguk ludahnya kasar, Ayahnya benar-benar terlihat menyeramkan saat ini. Namun Jimin berusaha menguatkan diri dan tetap pada pendiriannya.

   "Karena Seulgi mengandung anak ku."

PLAK!!

   Jimin memegang pipinya yang terasa panas dan memerah, sementara tangan itu masih menggantung di udara.

One Night Stand ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang