Tigabelas

4.6K 594 56
                                    



Ada yang senang saia update?















Tubuh pria itu perlahan limbung, tangannya memijat dahinya pelan akibat merasakan pusing. Tinggal satu tikungan lagi sebelum dirinya bisa menuju pintu apartemennya.

   "Kenapa tiba-tiba pusing begini? Apa mungkin efek dari pekerjaanku yang menguras waktu?" gumam pria itu.

   Pria yang kini bekerja di salah satu perusahaan ternama itu terjatuh, kepalanya masih merasa pening yang hebat, seperti dipukul-pukul oleh benda tumpul.

   "Kenapa semakin parah..."

   Hingga dirasakannya seseorang menyangga tubuhnya, membuatnya mendongak dan menatap wanita yang kini terlihat sangat mengkhawatirkannya.

   Dirinya berdecih pelan, kenapa wanita itu kembali datang padanya? Tidak merasa kapok setelah dirinya bentak dan maki di hari itu?

   "Aku bisa sendiri." pria itu bangun dengan tergopoh-gopoh, meninggalkan si wanita yang menatapnya khawatir sekaligus terkejut.

   'Sebenci itu kah kau padaku?'

   Langkah pria itu terhenti sejenak, namun tubuhnya masih membelakangi sang wanita. "Jangan mendekatiku lagi Jennie."

   Pria itu segera berjalan masih dengan tangannya yang meraba-raba dinding untuk menahan tubuhnya. Sementara sang wanita menghela nafas, dirinya merasa bersalah sekaligus kecewa.

   Padahal niatnya untuk kemari karena dirinya rindu dengan apartemen itu, apartemen yang menjadi tempatnya untuk pulang selama bertahun-tahun.

   Namun sepertinya kehadirannya disini akan dipertanyakan, apartemen itu bukan lagi rumahnya. Dirinya sekarang hanya orang asing.

   Jennie menundukkan kepalanya, cahaya bulan tidak menerangi jalanan karena tersaingi oleh lampu-lampu gemerlap di setiap sudut kota.

   Perlahan tangannya mengeratkan jaket yang ia kenakan, matanya menyusuri sekitarnya yang sangat ramai.

   Jennie tahu, Taeyong tidak lagi mengekangnya untuk terus berada di rumah besar itu, rumah yang entah bagaimana berhasil membuatnya nyaman dengan penghuni yang sangat menyayanginya.

   Kesempatan besar ini masih bisa ia gunakan untuk keluar dan menikmati waktu sendiri, dirinya tidak harus merasa terikat seperti waktu itu.

   Mungkin Nyonya Lee akan marah jika tahu dirinya hanya berjalan sendiri dengan keadaannya yang sedang berbadan dua.

   Tangannya perlahan mengelus perutnya, yang tidak lagi terlihat rata dan menampilkan sedikit gumpalan. Sudah memasuki bulan ke empat di usia kehamilannya.

   Sampai kapan dirinya akan berbohong? Entahlah, hanya saja dirinya tidak mau membebani keluarga Lee. Dirinya cukup tahu diri bahwa ia hanya menumpang di rumah mewah itu.

   Ia hanya tinggal menabung sedikit lagi dan mencari kontrakan yang layak untuk membesarkan anaknya kelak.

   Bibirnya tersenyum tipis, apakah anaknya akan mirip dengan nya? Atau dengan Taeyong? Dan yang paling penting, apakah anaknya akan hidup bahagia tanpa ayahnya?

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Jennie, ayo diminum susunya. Kau terlalu banyak melamun akhir-akhir ini." ditatapnya wajah Nyonya Lee, senyum itu sangat membuatnya nyaman, namun membuatnya juga merasa sangat jahat. Apakah dirinya harus mengaku?

One Night Stand ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang