2

390 95 14
                                    

THE BOOK

~ 2 ~

~ 2 ~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Di luar rumah, dikala dinginnya malam sedang berkuasa. Kyungsoo duduk di potongan kayu dekat kebun, sembari menatap langit malam berbintang.

Di saat orang-orang sudah terlelap dalam tidurnya, Kyungsoo justru masih terjaga. Biarpun matanya memandang langit malam, namun pikirannya berada di jalur yang berbeda.

"Nona ?"

Kyungsoo menoleh berbalik saat suara itu menyapanya. Disana, Yixing berdiri sembari memegang secangkir air putih.

"Nona kenapa belum tidur ? ini sudah tengah malam," ujar pemuda itu sembari berjalan mendekat.

Kyungsoo menggelengkan kepalanya, gadis itu menggeser tubuhnya, memberi tempat untuk Yixing duduk disebelahnya.

"Nona pasti memikirkan ucapan Sehun, yah ?" tebak Yixing dan benar saja, Kyungsoo mengangguk.

"Jujur saja, aku sebenarnya takut kembali ke kerajaan itu. Aku sudah mencintai tempat ini, sangat. Tapi ... "

Kyungsoo mengernyit. "Tapi apa ?" tanyanya.

"Tapi kita tidak bisa selamanya lari. Buku itu ... buku itu adalah pusaka untuk para penyihir bukan ? buku itu tidak bisa jatuh kepada tangan yang salah. Jika kita terus melarikan diri, tidak menutup kemungkinan di masa depan nanti banyak kehancuran yang terjadi."

Yixing menyesap sejenak air putih, lalu kembali menatap ke depan. "Saat ini ... saat ini hanya kita yang tahu keberadaan buku itu. Hanya kita yang tahu apakah buku itu benar-benar ada atau tidak. Dan ... hanya kita yang bisa menyelamatkan masa depan, karena penyihir yang tersisa di dunia ini hanya nona dan Sehun."

"Aku bukan penyihir, Yixing," ujar Kyungsoo.

"Ya, ya, ya, nona bukan. Tapi setidaknya ada Sehun, kan ?" Yixing terkekeh setelahnya, di minumnya kembali air putih yang ia bawa.

"Yixing, apa kamu mempercayai Sehun ? dia bisa saja meninggalkan kita setelah mendapat buku itu kembali," tanya Kyungsoo tanpa melepaskan pandangannya dari langit malam.

"Dibanding percaya dia akan menjadi teman kita, aku lebih percaya kalau lebih baik Sehun yang memiliki kedua buku itu. Nona, jujur saja, awal aku meminta bantuan pada Sehun hanya karena ingin nona dan tuan Chanyeol bisa lepas dari penjara. Aku bahkan tidak peduli jika buku itu sudah tidak ditangan nona lagi, yang aku pikirkan saat itu hanya keselamatan nona dan tuan."

Yixing menghela nafas sejenak. "Tapi semakin hari aku mengenal Sehun. Kurasa dia tidak buruk. Mungkin sikapnya memang tidak sopan, dingin dan terkesan tidak peduli. Tapi dibanding itu semua, Sehun memiliki keinginan agar buku itu tidak terjatuh pada orang yang salah, demi semua orang. Karena itulah, jikalau buku itu tidak bisa kembali ke tangan nona, kupikir tidak buruk kalau Sehun yang memegangnya."

The BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang