18

394 97 6
                                    

THE BOOK

~ 18 ~

~ 18 ~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Sehun mengernyit, pasca ia merasakan ada sesuatu ditubuh pemuda yang hendak ia bunuh ini.

Tubuh Tao yang tidak dapat bergerak lagi, mengeluarkan aura berwarna hitam. Warnanya terlalu pekat, sampai menutupi tubuh pemuda itu.

Sehun ingin segera menyelesaikan penghapusan ini, namun geraknya lagi-lagi terhenti saat melihat bayangan seorang gadis dari dalam aura hitam pekat itu.

"Dia.." gumam Sehun.

Pakaian gadis itu terlihat jelas, yaitu kimono berwarna ungu gelap. Surai panjang serta hiasan bunga krisan di kepalanya sangat Sehun kenal.

"Tolong beri aku waktu sedikit waktu. Ada yang harus ku katakan pada adik-ku.." Sehun terbelalak saat suara itu menyapa gendang telinganya.

"K-kau... bukankah kau sudah mati ?"

Gadis itu mengangguk. "Benar, aku sudah mati. Ini hanya jiwa ku yang terhubung dengan sihir omega yang masih tersisa. Aku bisa muncul berkat sihir penghapusan-mu dan sekarang aku membutuhkan waktu untuk menjelaskan sesuatu pada adik-ku."

Luhan, jiwa yang muncul, mendekati Tao lalu menyentuh keningnya dengan kening pemuda itu.

Kini ia berada di dalam alam sadar Tao. Luhan dapat melihat pemuda itu nampak kebingungan, seolah mencari jalan keluar namun tak kunjung ketemu.

"Tao !"

Tao menoleh saat namanya dipanggil. Wajahnya terkejut, menatap gadis yang sangat ia rindukan. "Luhan.." lirihnya.

Pemuda itu berlari, segera berhambur dipelukan sang kakak, memeluknya erat seolah tak ingin gadis itu pergi lagi.

"Bodoh ! kenapa kau bisa mati dengan mudah ?! kemana iblis yang ada dirimu ? kenapa dia gagal melindungimu," raung Tao.

Luhan tersenyum, kemudian mengusap punggung sang adik. "Aku sendiri yang memutuskan untuk mengakhiri hidupku. Kematianku lebih baik dibanding hidupku."

"Tao, ada yang ingin kubicarakan, aku tidak punya waktu banyak," tambah Luhan.

Tao mengernyit, ia melepas pelukannya, lalu menatap serius ke arah Luhan. "Apa ?"

Menghela nafas sejenak, Luhan segera melanjutkan ucapannya. "Pertama, aku tidak mati karena dibunuh penyihir Alfa itu, aku sendiri yang memintanya untuk memutihkan diriku."

"Tidak mung-"

"Tolong jangan menyela dulu. Aku sudah bilang tidak ada banyak waktu," ucap Luhan. Tao pun mengangguk, kemudian kembali diam mendengar.

The BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang