Kew masuk ke ruangan Thun dan ia langsung dibombardir dengan banyak pertanyaan yang berkaitan dengan penyebab keanehan yang dialami Thun saat bangun tidur, dari mulai badannya yang kumel dan pegel-pegel hingga jarinya yang terluka.Kew tersenyum geli, “Aku tak mau menjelaskannya” ucapnya
“Jangan membuatku penasaran. Cepat ceritakan!” pinta Thun
“Aku tak mau menceritakannya padamu karena aku yakin kalau kamu tidak akan mempercayaiku dan mengatakan jika aku mengarang-ngarang cerita…..” ungkap Kew
“Ceritakan saja! Aku akan berusaha untuk mempercayainya……” tegas Thun
Akhirnya, Kew menceritakan semua kejadian yang terjadi kemarin secara rinci. Dan sesuai dugaan, Thun langsung menuduhnya berbohong. Thun bangkit dari tempat duduknya dan menanyakan mengapa ia menyimpan sebuah permen coklat koin emas di sakunya. Kew menceritakan jika itu hadiah yang diberikannya kepada Mek karena telah berjasa dalam membantunya menangkap itik-itik yang kabur dari kandang.
Thun berjalan mendekati Kew, dan berkata “Aku sudah menyuruhmu untuk menjagakuu! Tapi, kenapa kamu malah menyuruhku untuk menangkap itik!?”
“Aku sudah menjagamu dengan sangat baik. Kalau tidak, pasti sekarang kepalmu sudah benjol karena dihajar oleh kakakku!!!” sanggah Kew
“Kew?! Hanya karena aku selalu berlari menemuimu, bukan berarti kamu bisa mempermainkanku!” tegas Thun
Kew hanya tertawa geli, kemudian mengingatkan Thun, jika ia memiliki sebuah luka di pinggangnya.
“Darimana luka ini?” tanya Thun heran
“Hmmmm… entahlah. Mungkin tertusuk bekas duri ikan dari tong sampah? Wkwkwkwkwk” jawab Kew
Karena masih harus melanjutkan pekerjaannya, Kew pergi meninggalkan Thun yang semakin kebingungan karena selalu mendapatkan bekas luka yang tidak diketahui penyebabnyaaa……
Di tengah kebingungannya, Thun tak sengaja melihat ke arah kursi yang ternyata disana ada Nee yang sedang bersembunyi dan menguping semua pembicaraan Thun barusan. Thun langsung menyeretnya keluar dari kantonya, ia pun meminta agar Nee untuk menyibukan diri dalam kegiatan yang lain agar tidak selalu mengikutinya kemanapun.
“Tapi… aku mengkhawatirkanmu P’Thun…….” ungkap Nee
“Iya, aku tahu! Tapi, aku malah jadi semakin pusing jika semakin banyak orang yang ikut campur dalam masalahku ini. Jadi, bisakah kamu mengurangi sedikit bebanku?” pinta Thun
“P’Thun! Kemarin, kamu itu masuk ke Rumah Sakit karena pingsan di kantor. Lalu beberarapa jam kemudian, kamu menghilang entah kemana. Aku tak bisa menganggap itu sebagai hal kecil!” tegas Nee
“Tapi, aku baik-baik saja. Buktinya, aku selalu kembali seperti semula jika itu memang waktunya!” papar Thun
“Lantas, kalau nanti terjadi hal buruk kepadamu bagaimana?” tanya Nee
“Tapi… perilaku ikut campurmu itu sama sekali tak membantuku!” tegas Thun
“Tapi… aku hanya ingin membantumu…” ungkap Nee
“Oke… bantu aku dengan tak berbuat apapun!” pinta Thun
“Kalau memaang itu yang kamu inginkan. Mulai dari sekarang, aku tak akan pernah mempedulikan permasalahanmu lagi!!!! Aku tak akan peduli, berapa hari kamu akan menghilang! Pokoknya, aku marah padamu!” teriak Nee yang langsung pergi mengendarai mobilnya.
Nee mengadu kepada Krit mengenai apa yang telah dikatan Thun kepadanya. Krit yang kebetulan ada jadwal bertemu dengan Thun, langsung menceramahinya dan berkata jika Thun terlalu berlebihan dalam menanggapi Nee yang notabennya memang sedang sangat khawatir terhadap kondisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Spirits Love (Completed)
Fanfiction"Pernahkah kamu mengalami hal yang sama denganku? Memimpikan seseorang yang bahkan belum pernah aku temui dan aku kenal, namun aku merasa jika kami saling terhubung dan telah mengenal satu sama lain dalam waktu yang lama. Seakan-akan ada sesuatu dar...