•9

8 0 0
                                    


Ayah dan Ibu menggosipkan hubungan antara Thun dengan Kew yang nampaknya lebih dari sekedar pegawai dan bosnya. Tiba-tiba, muncul Thun yang mengatakan, jika dirinya ingin ikut membantu karena mereasa tak enak jika hanya duduk dan menunggu di atas.

Meskipun tak ahli, Thun berusaha untuk memotong sayur-sayuran. Bahkan dengan ramah, Thun meminta agar kedua orang tua Kew agar tak memanggilnya ‘Khun Thun’, cukup memanggilnya ‘Thun’ saja.

Ayah dan ibu merasa tak enak jika harus memanggilnya seperti itu, namun Thun mengatakan jika itu sama sekali tak masalah dan akan lebih nyaman juga jiika mereka memanggilnya, ‘Thun’ saja.

“Yasudahlah kalau memang begitu. Kamu juga bisa memanggil kami ayah dan ibu seperti yang dilakukan oleh teman-teman Kew yang lainnya” ucap Ibu

Di kamarnya Kew masih merenung, memikirkan sikap Thun yang tiba-tiba mendatanginya seperti itu. Dari jendela, ia melihat Thun yang sedang membantu ayah dan ibu. “Rencana apa yang sedang dia buat….” guman Kew

Makanan sudah siap, Thun makan bersama kedua orangtuanya Kew. Mereka berbincang-bincang mengenai kehidupannya. Hingga akhirnya, ibu keceplosan dan mengatakan alasannya tiba-tiba datang kesini hingga meninggalkan perkebunannya di desa.

Ternyata, mereka sedang menghindar dari rentenir yang terus-terusan menagih hutangnya. Bahkan, jika mereka tak bisa membayar dalam waktu dekat ini, terancam semua harta mereka akan diambil oleh rentenir tersebut.

“Tapi Thun, setelah kamu mengetahui semua ini. Tolong jangan memberitahukannya kepada Kew” pinta ayah

Thun memahaminya, ia bahkan menawarkan diri untuk membantu mereka. Ibu menolaknya dan mengatakan jika sikap Thun yang sangat baik dan perhatian kepada Kew, sudah membuat mereka bahagia dan tenang.

“Tapi, sekarang Kew sudah tidak bekerja lagi di perusahaan saya. Dia mengundurkan diri…” Jelas Thun

Ayah mengernyitkan alisnya, tak percaya jika Kew melakukan hal itu. “Tenang saja, aku akan mengurus hal ini” ucap ayah

Ayah dan ibu mengetuk kamar Kew, setelah pintu terbuka kita melihat Kew yang sekarang kondisinya telah membaik.

Kew heran ketika melihat Thun yang masih berada di rumahnya. Dengan ketus, ia menyuruh Thun untuk pergi, karena sekarang Thun bukanlah bosnya lagi.

Ibu dan ayah membela Thun, mereka membujuk Kew agar mau kembali bekerja di kantor Thun. “Thun mendatangimu kesini, berarti kamu itu orang yang penting. Jika kamu berhenti, maka perusahaannya bisa bangkrut..” bujuk Ayah

“Kewalin bekerja dengan sangat baik… perusahaanku bisa bangkrut jika kehilangan orang pegawai sepertinya..” bujuk Thun

Bukannya mencair, emosi Kew malah semakin meningkat. Ia mengajak Thun untuk berbicara empat mata dengannya diluar rumah.

“Aku kasih tahu sekali lagi! Aku tak akan pernah mau kembali bekerja denganmu!” tegas Kew

Dengan sabar, Thun menjelaskan jika dirinya kesini hanya untuk meminta agar Kew mau lagi bekerja untuknya. Namun, dengan kasar Kew berteriak jika dirinya tak sudi berada di dekat Thun. Ia takut jika suatu saat ia malah dilempari oleh benda-benda keras lagi.

“Sebaiknya, waktu yang kau gunakan untuk bertemu denganku, kamu gunakan untuk menemui dokter!” ucap Kew

“Kewalin ?!?!?!?!?!?” ucap Thun yang mulai terpancing emosinya

“Kamu sendiri yang bilang kalau kamu tak mau lagi berubah menjadi Mek dan bertemu denganku! Lantas, mengapa sekarang kamu datang lagi! Cepat pergi?!” teriak Kew

Two Spirits Love (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang