•13

5 0 0
                                    


Korn heran melihat Nee berada di depan rumahnya. Ia menahannya, sementara Nee berusaha untuk menghindarinya. Sama-sama keras kepala, mereka malah jadi berdebat, membuat Kew harus keluar dan melerai mereka.

Di dalam rumah, perdebatan terus berlanjut, hingga akhirnya muncul ayah dan ibu yang langsung membuat susana menjadi tenang.

“Ayah… Ibu….. tolong jelaskan, kenapa kalian mengusirku dari rumahh…” tanya Kew

Berusaha mengalihkan pembicaraan, ibu malah bertanya mengenai sosok Nee yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Kew bercerita, bahwa Nee merupakan adik dari Thun. Mendengar hal itu, ibu langsung mengajak Nee dan lainnya untuk makan siang bersama terlebih dahulu baru menjelaskan semuanya kepada Kew.

Di meja makan, ibu malah sibuk membahas semua kebetulan yang terjadi antara keluarga Thun dan Kew. Ibu tak menyangka jika Nee adalah bos dari Korn. Tak lupa, ibu berterimakasih kepada Nee yang telah memberikan pekerjaan untuk Korn.

Nee tersenyum kecil, lalu mengatakan bahwa yang menerima Korn bukanlah dirinya melainkan temannya. Dengan lantang, ia mengungkapkan jika Korn diangkat menjadi salah satu pegawai di kafenya, karena temannya naksir pada Korn.

“Ohhhhh.. jadi kamu mendapatkan pekerjaan bukan karena kemampuanmu… melainkan karena rayuan mautmu..” celetuk ayah

“Hmmm.. tidak seperti itu, kok.. Khun Nee hanya bercanda. Tak usah menanggapi perkataannya dengan serius…..” ucap Korn

Tak lama kemudian, Thun tiba dirumah Kew. Dari jauh, nampak sosok pengendara motor berbaju hitam yang masih saja mengawasi gerak-gerik Thun.

Kedatangan Thun disambut hangat oleh seluruh orang yang berada disitu kecuali Kew. Mendengar Thun yang hendak menjemputnya, Kew langsung menolak dan mengatakan jika rumahnya adalah disini, makanya ia tak perlu lagi pergi kemanapun, apalagi harus kembali ke rumah Thun. Namun ibu dan ayah berkata lain, mereka menyuruh Kew untuk ikut pergi bersama Thun.

“Ayah… Ibu… apakah kalian menganggapku sebagai sebuah barang yang bisa diberikan kepada siapapun tanpa memikirkan perasaanku. Apakah kalian masih menganggapku sebagai anak???? Baiklah.. jika kalian memang meginginkan aku untuk pergi, maka aku akan pergi. Tapi.. aku tak sudi untuk pergi bersama Thun Aku akan tinggal bersama Yai saja!!!” tegas Kew

Thun berusaha menahannya, dengan menarik tangan Kew. Namun, Kew melawan dan berteriak agar Thun melepaskan tangannya.

Korn mendekat, menenangkan Kew dengan mengatakan jika mereka semua melakukan ini demi kebaikan Kew. Mereka memang tak bisa mengatakan alasannya sekarang, tapi jika semuanya sudah teratasi ia berjanji untuk menceritakan semuanya kepada Kew.

Mendengar hal itu, akhirnya Kew menjadi sedikit luluh. Namun, tetap saja ia tak mau tinggal bersama Thun. Korn mengerti, ia pun mengajak Thun masuk kedalam untuk berbicara empat mata dengannya.

Hal yang sederhana… sebuah obrolan dari hati ke hati antara dua orang kakak, yang sangat menyayangi adiknya. Korn menceritakan perihal dirinya yang telah dua kali mencium Nee. Tentu saja, hal itu membat Thun marah dan langsung melayangkan sebuah tonjokan ke wajah Korn.

Korn menerimanya dengan lapang dada, namun ia langsung menyadarkan Thun, jika ia pun akan berbuat demikian jika Thun melakukan hal itu kepada adiknya. Oleh karena itu, sebagai seorang kakak, Korn hanya ingin agar Thun menjaga baik-baik Kew dan tak melukainya karena jika itu terjadi, maka Korn akan membalasnya berkali-kali lipat.

Mereka keluar, Korn menghampiri Kew yang sedang duduk bersama kedua orangtuanya, sementara Nee sudah pulag lebih dulu karena harus menjenguk temannya di rumah sakit.  Korn meminta Kew untuk ikut bersama Thun. Ia menjamin, jika  kali ini Thun tak akan berbuat macam-macam lagi terhadap Kew. Sempat ragu, namun akhirnya Kew mempercayai perkataan kakanya, ia pamit kepada kedua orangtuanya dan ikut bersama Thun.

Two Spirits Love (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang