•27

0 0 0
                                    


Phu tak tahan melihat Kew menangis, ia menghampirinya dan memeluknya. "Tenang Kew, semuanya akan baik-baik saja. Yang penting kamu bisa selamat. Jadi, jangan menangis seperti ini...."

Thun merenung, menyadari kesalahannya. Kepada Korn, ia mengatakan jika Kew akan hidup tenang dan bahagia jikalau jauh darinya. Tak lama kemudian datanglah polisi yang meminta Thun ikut bersamanya untuk memberikan kesaksian mengenai kejadian ini.

Sementara itu, Champagne telah terlebih dulu diminta kesaksiannya, karena nomor telponnya akhir-akhir ini sering digunakka oleh Thanong. Namun, dengan tenang, Champagne mematahkan semua tudingan yang ditujukan kepadanya, dengan mengatakan jika ponselnya hilang dan sepertinya dicuri oleh Thanong.

Berbeda hal-nya dengan Thun, kali ini ia tak banyak mengelak. Setelah sedikit diceramahi oleh polisi, dengan sadar Thun mengatakan jika dirinya memang bersalah dan ia mempersilahkan polisi untuk menghukumnya saja.

Kejadian ini benar-benar membuat perasaan Kew semakin bercampur aduk, dilema batin sedang bergejolak di dalam dirinya. Entah apa yang dikatakan oleh teman-temannya, ia sudah tak bisa mencernanya dengan baik. Ia pun memilih untuk menyendiri, duduk di tempat yang sepi.

Phu menghampirinya, ia tak tega melihat kegelisahan yang dialami oleh Kew. Sambil menangis, Kew mengusap-usap cincin pemberian Thun dan berkata jika dirinya tak bisa mengubah kesalahan di kehidupan yang sebelumnya, maka sekarangpun ia tak mampu berbuat apa-apa.

Untuk pertama kalinya kita melihat Phu mengeluarkan raut wajah yang serius, "Seharusnya, aku senang saat melihat keadaanmu yang sekarang... Tapi, entah kenapa malah sebaliknya.... aku sadar, Khun Thun melakukan hal itu karena ia sangat amat mencintaimu. Kew,... apapun yang dilakukan oleh seorang pria untuk wanitanya, itu untuk menunjukkan seberapa besar perasaannya..." ucapnya lirih

"Tapi,... aku tak bisa menerima tindakannya. Aku takut,.. jika ia masih tak bisa merubah sifatnya maka kejadian di kehidupan sebelumnya akan terulang. Kejadian dimana aku dan Khun Thun akan saling menjauh...." ungkap Kew

Thun kembali ke rumahnya, ia hanya bisa terdiam menatap kearah taman belakang rumahnya. Nee datang menghampirinya, ia berusaha untuk menghiburnya dengan menceritakan sebuah kisah di masa lalu, ketika Thun menghajar seorang temannya yang selalu megejeknya.

"Kamu menghajarnya sampai babak belur, dia bahkan berlutut minta maaf kepadaku. Aku tidak marah atas perbuatanmu, aku malah sangat senang dan bangga karena mempunyai kakak yang akan berbuat apapaun untuk menolongku. Kamu bukan orang yang tak berperasaan, justru kamu sangat perhatian terhadap orang yang kamu sayangi. Makanya, kamu melakukan hal itu...." papar Nee

Thun hanya bisa mendesah, kemudian mengatakan jika ia berharap kalau Kew memiliki pemikiran yang sama seperti Nee.

Teman-teman Kew sedang berkumpul, mereka membahas mengenai semua persamaan di kehidupan sekarang dan kehidupan sebelumnya. Setelah mendengar semua cerita dari Korn mengenai kehiudpan Khun Khaew, Yui langsung takjub. Spontan, ia menyebutkan jika kemungkinan besar Phu adalah reinkarnasi dari Luang Badit, "Bagaimana jika akhirnya, Kew akan menikah denga Phu?" celetuknya

Kebohongan memang tak bisa selamanya ditutup-tutupi. Akhirnya ayah mengetahui bahwa beberapa hari yang lalu, Thanong tinggal di kamar Champagne. Setelah melihat buktinya dengan mata kepalanya sendiri, ayah langsung marah besar dan mengusir Champagne pergi dari rumahnya.

Champagne berteriak histeris, menolah untuk pergi. Mereka berdua berseteru hingga keluar kamar. Saat berada di dekat tangga, tangan Champagne tak sengaja mendorong ayahya hingga terjatuh ke lata bawah. Ayah langsung tak sadarkan diri, semenatara Champagne langsung gemetar ketakutan, dalam hatinya ia terus bergumam jika itu hanyalah kecelakaan dan dirinya sama sekali tak bersalah.

Two Spirits Love (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang