Sesampainya di rumah, ibu, ayah beserta Korn sudah berdiri menunggu mereka. Berusaha untuk menghalangi Kew agar tak masuk ke dapur dan melihat kondisi yang sangat kacau balau. Sempat merasa curiga, namun akhirnya Kew mau langsung naik ke atas karena ibu menyindir perihal dirinya yang belum mandi.
Thun merasa penasaran, ia berjalan masuk ke dapur dan terkejut ketika melihat semua barang yang berserakan dilantai. Akhirnya, ibu dan ayah menceritakan apa yang sebenarnya terjadi, mereka juga meminta bantuan Thun untuk menjaga Kew saat sedang berada dikantornya.
Merasa kasihan dan khawatir, Thun menawarkan diri untuk meminjamkan uang kepada mereka. Namun, dengan segera Korn menolaknya. Ia merasa jika ini adalah urusan keluarganya, jadi mereka harusnya bisa mengurus semua ini sendiri.
Yui mengoleskan lotion ke wajah Phu. “Kamu yakin, dengan menggunakan krim ini wajahku aka semakin cerah dan lembut?” tanya Phu
“Di iklan sih bisa, jadi seharusnya ini berhasil” jawab Yui
Yai menghampiri Phu, kemudian mencubit hidungnya, “P’Yai, apa yang kau lakukan!?” teriak Phu kaget
“Lihat tuh, Khun Thun, hidungnya mancung banget kayak orang bule” ungkap Yai
“Yasudah lakukan lagi…” pinta Phu dengan semangat
“Yaampun…. hanya untuk menarik perhatian P’Kew, harus banget yaa kamu melakukan semua hal ini?” tanya Mac
“Woi… Saingannya adalah pria seperti P’Thun!? Karena dia tak bisa menyaingi kekayaannya. Setidaknya dia harus menyaingi ketampanannya…” celetuk Yai
“Kalau begitu, krim pewajah saja nempaknya tak cukup untuk membuat wajahmu menjadi semakin cerah..” ungkap Dong yang langsung berdiri mengahampiri Phu, dan…….. menaburkan bedak bubuk ke seluruh wajah Phu yang sontak saja membuat semua orang disana tertawa terbahak-bahak.
Tiba-tiba, datang Korn yang langsung meminta bantuan Phu untuk mengawasi rumahnya sekaligus menjaga Kew dari orang-orang asing yang tidak dikenal. Tentau saja, Phu sangat siap dan semangat untuk melakukannya.
“Hanya kamu…. satu-satunya pria yang sangat tulus kepada Kew. Tolong jaga dia” pinta Korn sambil memegang bahu Phu
Seakan tak percaya, Phu hanya terdiam karena untuk pertama kalinya Korn mengatakan hal seperti itu kepadanya.
“Wow… Akhirnya Korn menyadari ketulusanmu?!” celetuk Dong
Kew mengantarkan Thun yang hendak pulang dari rumahnya. Di depan gebang, Kew menanyakan apa yang Thun bicarakan bersama kedua rangtuanya. Ia mereasa, jika itu adalah sesuatu yang cukup serius. Berbohong, Thun mengatakan jika mereka hanya membahas mengenai hama yang menyerang perkebunan ibu dan ayahnya Kew. Agar tak ditanya lebih lanjut lagi, Thun bergegas pergi ke mobilnya. Tak lupa, ia meminta Kew untuk menjaga dirinya baik-baik.
Ada panggilan emergency yang masuk.. Dong, Yai dan Mac telah berganti pakaian untk pergi menuju lokasi. Phu menolak untu ikut, merasa jika dirinya mempunyai tugas yang lebih penting, yaitu untuk menjaga Kew. Yang lainnya kesal dengan sikap Phu, mereka menarik Phu yang berpegangan erat di tiang. Mereka juga mengancam akan mengadukan perilaku Phu ini kepada Kew. Akhhirnya, mereka menyeret Phu yang terus meronta-ronta ingin melepaskan diri karena tak mau ikut.
Pulang kerumahnya, Thun langsung duduk di sofa di samping Nee. Tak henti-hentinya, Thun tersenyum sehingga wajahnya terlihat semakin bersinar.
“Sepertinya… kalian tak marahan lagi, kan?” tebak Nee
Thun menjawabnya dengan sebuah senyuman, “Hmm.. aku bahagia kalau melihatmu bahagia, P’Thun..” ucap Nee
Korn merasa pikirannya sangat penat. Ia bahkan tak bersemangat untuk menyanyi di Bar seperti biasanya. Salah satu temannya menggodanya, mengatakan jika ia mengetahui sesuatu yang dapat menyegarkan kembali fikiran Korn. Ia menunjuk seorang wanita yang sedang duduk sendirian, dan itu adalah Champagne.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Spirits Love (Completed)
Fanfiction"Pernahkah kamu mengalami hal yang sama denganku? Memimpikan seseorang yang bahkan belum pernah aku temui dan aku kenal, namun aku merasa jika kami saling terhubung dan telah mengenal satu sama lain dalam waktu yang lama. Seakan-akan ada sesuatu dar...