Setelah menginap semalam, pagi ini mereka harus kembali pulang ke kota. Mereka izin pamit kepada ibu dan ayah. Thun dan Kew nampak terlihat sangat bahagia, berbeda halnya dengan Champagne yang nampaknya memendam suatu beban di fikirannya.Korn mengantarnya sampai ketempat Champagne memarkir mobilnya. Champagne berterimakasih karena Korn telah meperkenalkannya kepada sosok orangtuanya yang sangat ramah dan perhatian.
Tiba-tiba, Korn mendapat telpon dari Nee, ia langsung mengangkatnya sehingga membuat Champagne merasa diabaikan. Ia pun memilih untuk langsung berjalan menuju mobilnya, begitupun Korn yang langsung menjalankan motornya.
Baru saja membuka pintu mobilnya, muncul Paman Thanong yang langsung membekapnya samping menodongkan sebuah pisau di lehernya. Ia tak bisa berkutik dan mengikuti semua perintahnya.
"Karena kedua orangtuamu tidak mau membantuku, maka kamu-lah yang harus membantuku Jika tidak, bukan hanya hidupmu, tapi hidup semua orang disekelilingmu akan berada dalam bahaya!" ancam paman Thanong.
Ternyata.. Nee menelpon Korn supaya buru-buru datang ke kedai karena ia memintanya untuk menemaninya sarapan. Korn menolak, mengatakan jika dirinya digaji, bukan untuk menemani bos-nya makan diluar. Mendengar hal itu, membuat ekspresi wajah Nee langsung berubah jadi cemberut. Ia mengeluh, saat ini Thun lebih memerhatikan Kew dibanding dirinya, ia hanya ingin mempunyai seseorang yang mau menemaninya sarapan.
Tak tega melihatnya, akhirnya Korn mau menuruti keinginannya, "Asalkan jangan potong gajiku, yaa.."
"Tenang, aku tak akan memotongnya. Malahan, aku akan memberikanku bonus..." jawab Nee
Champagne mengabulkan semua permintaan paman Thanong, ia memberikannya sejumlah uang tunai dan kunci sebuah mobil sewaan, sesuai yang diminta sebelumnya.
Kew mampir dulu ke rumahnya Thun. Ia langsung terkejut melihat Nee yang sudah mempersiapkan beberapa koper yang akan dibawa saat mereka akan melakukan bakti sosial ke desa. Karena terlalu banyak, Thun menyuruhnya untuk memilih-milih lagi barang yang akan dibawanya.
"P'Thun... barang bawaanmu juga banyak!" ucap Nee sambil menunjukup satu koper dan 2 tas yang akan dibawa leh Thun
"Tapi, seenggaknya aku gak bawa boneka segede itu!" ucap Thun seraya menunjuk boneka kesayangan Nee
"Tapi.. aku takut kesepian disana, makanya aku membawanya. Eh lagian, kamu juga bawa parfum banyak banget, emangnya setiap hari kamu mau pake wangi yang berbeda-beda!?" sindir Nee
"Hmmm.. kayaknya masih banyakan make-up kamu deh! Emangnya, kamu mau menggoda siapa, Huh?!" sindir Thun
Kew tertawa geli melihat perdebatan mereka. Ia berusaha menjadi oenengah dengan mengatakan jika barang bawaan mereka berdua sama-sama banyak dan perlu dikurangi lagi.
Thun mengantarkan Kew pulang. Dan dari belakang, paman Thanong yang sedaritadi mengawasinya langsung memacu mobilnya dan berusaha untuk mencelakai mobil yang sedang dikendarai oleh Thun.
Thun menyadari hal itu, ia berusaha menghindar dan memacu mobilnya lebih cepat dan cepat lagi... Sial,.. karena tiba-tiba sakit kepalanya kambuh lagi. Tapi, Thun berusaha untuk mengemudiakan mobilnya dengan baik, hingga akhirnya mereka berhasil lolos setelah membelokkan mobilnya ke arah jalan yang berbesa dengan jalan yang diambil oleh paman Thanong.
Pada saat ini, mulailah kita melihat kemunculan sosok arwah Mek yang duduk di kursi belakang mobil. Ia menatap Kew penuh khawatir, dan berkata "Khun Kwan tak akan membiarkan anda dan Khun Khaew selamat...."
Kew berusaha untuk memindahkan Thun ke kursi penumpang, karena dirinya-lah yang akan menyetir mobilnya. Namun, tiba-tiba dari arah sepan muncullah paman Thanong yang keluar dengan membawa sebilah pisau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Spirits Love (Completed)
Fanfiction"Pernahkah kamu mengalami hal yang sama denganku? Memimpikan seseorang yang bahkan belum pernah aku temui dan aku kenal, namun aku merasa jika kami saling terhubung dan telah mengenal satu sama lain dalam waktu yang lama. Seakan-akan ada sesuatu dar...