•17

4 0 0
                                    


Setelah mendengar ‘pengakuan’ Thun yang menyebutkan jika ia merindukan Kew, suasana jadi sangat canggung. Pipi Kew memerah, ia bingung haru bereaksi seperti apa.

“Ehmmm… mengapa kamu merindukanku, padahal hampir setiap hari kita bertemu..” ungkap Kew terbata-bata

Tak sanggup lagi menghadapi situasi canggung diantara mereka, Kew langsung melepaskan dirinya dari pelukan Thun dan mengatakan jika dirinya akan menunggu Thun diluar saja.

Setelah melihat Kew pergi, Thun akhirnya bisa bernafas lega. Ia segera mengambil jurnal Khun Khaew dari balik bantal, kemudian menyimpannya di dalam kamar.

Phu khawatir karena Kew masih belum kembali. Ia naik dari kolam renang dan bergegas pergi untuk menyususl Kew. Namun tak jauh dari situ, ia melihat Kew yang nampak kebingungan dengan wajah yang memerah.

“Kamu kenapa Kew??? Pasti ini karena Khun Thun, kan??? Ada apa lagi dengannya? Dia tak mau bergabung bersama kita? Apakah dia tidak suka bermain air ataukah dia tidak suka bergaul bersama orang-orang seperti kita???” tanya Phu

“Ahhh.. Hmmm…. Nggak kok, bukan tentang Khun Thun…” jawab Kew

Sesaat seelah Kew sampai di depan kolam, Thun juga tiba disana. Yui langsung menyapa Thun dengan ceria, Sementara Kew malah berusaha keras untuk menjauh dan menghindari tatapan mata dari Thun

Di kedai kopi, Nee menghampiri Korn yang sedang sibuk menghitung uang. Dengan manja, Nee meminta Korn untuk menemaninya ke kantor, hari ini untuk pertama kalinya ia harus memimpin rapat menggantikan Thun. Korn menggelengkan kepala, mengatakan jika dirinya hanya dibayar untuk bekerja disini.

Nee terus memohon, ia mengatakan jika dirinya belum berani menggantikan tugas kakaknya, ia membutuhkan seseorang yang mendampinginya. Akhirnya, dengan terpaksa sekaligus tak tega Korn mengiyakan permintaan dari Nee.

Thun berdiri di pinggir pantai sendirian. Ia melihat gelombang laut sambil berkata, “Thun! Jangan Takut! Hal itu tak akan terjadi lagi! Jangan khawatir!”

Dari kejauhan, Kew memerhatikan seluruh gerak-gerik thun. Kebetulan teman-temannya lewat dan melihat kelakuan Kew.

“Woyyy…. diam-diam kamu memerhatikan Khun Thun kan?” sindir Yui

“Huh?! Enggak kok.. daritadi aku memerhatikan kalian bermain air” ucap Kew

Kew memang tak pandai berbohong. Tempat mereka berenang berada di sampingnya. Sementara Kew, jelas-jelas menatap ke depan tepat ke tempat Thun sedang berdiri sekarang. Hal itu, membuat Kew menjadi bahan olok-olokan temannya. Mereka berlarian berusaha menarik kemudian menjatuhkan Kew ke kolam. Dari jauh, Thun tertawa melihat kejadian itu.

Kali ini, Nee bertindak sebagai Thun dan Korn berada di posisi Kew. Dengan lancar dan jelas Nee memaparkan mengenai kesalahfahaman mengenai bertia tentang Thun yang telah menyebar di seantero negeri. Ia berkilah jika itu hanyalah bercandaan dan ia tak menyangka beritanya akan menjadi seviral ini. Tak lupa, ia menjelaskan jika untuk beberapa hari kedepan Thun tidak masuk kerja karena sedang ada urusan bisnis diluar. Dari samping, Korn memberikan jempolnya untuk nee yang sudah berhasil melaksanakan tugasnya.

Di perjalan pulang, Korn mengomentari perilaku Nee. Ia menganggap Nee telah berbohong, sebelumya Nee mengatakan jika dirinya tak bisa apa-apa, tapi di ruang rapat Nee sangat lancar berbicara, seakan-akan dia memang telah sering melakukan hal seperti tadi.

“Tidak Aku tidak berbohong! Coba saja kaau kamu jadi aku, sepanjang jalannya rapat aku harus menahan detak jantungku yang berdebar sangat kencang karena gugup. Pokoknya, terimakasih karena kamu sudah mau menemaniku tadi…” ungkap Nee

Two Spirits Love (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang