Kew berkumpul bersama teman-temannya. Mereka membantunya memikirkan cara agar Kew bisa mengumpulkan banyak uang dan sesegera mungkin melunasi hutangnya kepada Thun. Sayangnya, Kew sama sekali tak tertarik dengan semua saran dari teman-temannya, ia malah pergi ditengah-tengah diskusi.Di halaman rumahnya, Kew mengeluarkan ponselnya dan menelpon ibunya. Ia menanyakan kabar ibu kemudian menawarkan diri untuk pulang ke desa, sehingga ia bisa membantu pekerjaan ibu.
Tanpa pikir panjang ibu langsung menolaknya, mengatakan jika dirinya sudah memiliki cukup pegawai di perkebunan. Ibu malah bertanya dan membahas mengenai keadaan Thun yang tentu saja membaut Kew jadi kesal.
“Thun lagi… Thun lagi… Ada apasih antara Ibu dan Thun?!?!?!?” Kew
“Thun itu orang yang baik, kenapa kamu begitu tak menyukainya?” Ibu
“Entahlah…. kalo begini, aku jadi malas berbicara dengan ibu. Yasudah, aku tutup telponnya…” Kew
“Ini anak kenapa.. setiap aku aku membahas Thun, pasti dia langsung marah..” gumam ibu
Nee memberitahukan Thun mengenai Korn dan Kew yang sudah kembali kerumahnya yang semula dan nampaknya mereka juga ingin mengundurkan diri dari pekerjaannya, mereka pun seakan-akan ingin menjauh karena merasa terbebani dan tak enak atas bantuan yang diberikan Thun. Meskipun tak berkomentar apapun, dari ekspresinya kita melihat jika Thun sedikit kecewa dan khawatir.
Malam harinya, Kew hendak tidur namun ia terus saja terus terbayang-bayang wajah Thun. Tiba-tiba, ia mendengar ada suara Mek yang memanggilnya, “Aaaarrggghhhhh… masa bodooo. Aku tak mau melihatnya lagi..” ucapnya
Namun, kenyataannya tak seperti itu. Kew akhirnya turun kebawah dan berjalan kedepan gerbang. Ia tak melihat Mek, namun muncul Thun yang turun dari mobilnya dan mengajak Kew berbicara. Sayangnya, Kew tak mau menanggapinya dan langsung masuk lagi kedalam rumah. Thun tak marah, namun ia enggan mengejar Kew dan memilih untuk kembali masuk ke mobilnya dan pergi….
Keesokan harinya, Nee menghampiri dan menggoda Thun yang sedang duduk sendirian sambil menggambar wajah Kew.
“Nampaknya hari ini kamu libur, kenapa kamu tak menjemput Kewalin??? Kalau kamu merindukannya, temuilah dia. Bagaimana dia bisa tahu perasaanmu kalau kamu diam disini saja???” Nee
“Apasih maksudmu…” Thun
“Aku tahu semuanyaaa….. Aku tahu kalau kamu suka, bahkan sangatt menyukai Kewalin….” Nee
“Bagaimana kamu bisa mengetahuinya?” Nee
“Caramu menatapnya… matamulah yang mengatakan kalau kamu sedang jatuh cinta..” Nee
“Ah… kamu terlalu lebay…” Thun
“Aku tidak lebay. Buktinya… sekarang, ketika kamu terpisah darinya, hidupmu terasa hampa, kan…” Nee
“Terus apa yang harus kulakukan?” Thun
“Kamu bertanya padaku? Tentu saja kamu harus menemuinya dan menjelaskan jika kamu tak bermaksud merendahkannya” Nee
“Aku sudah melakukannya kemarin, tapi dia tak mau bicara denganku” Thun
“Mmmm… aku fikir ada satu cara yang efektif. Kamu harus mengakui perasaanmu kepadanya secara langsung” Nee
Thun mengernyitkan alisnya, kemudian mengatakan jika dirinya tak mau dan tak mungkin melakukan hal itu. Ia pun berdiri dan pergi meninggalkan Nee.
Phu hendak menemui Kew untuk menceritakan yang ingin membuka sebuah kedai daging panggang. Sayangnya, Kew sedang pergi keluar dan ia hanya bertemu dengan Korn yang sedang tergesa-gesa pergi bekerja. Akhirnya, ia memutuskan untuk diam dan menunggu di balkon rumah Kew.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Spirits Love (Completed)
Fanfiction"Pernahkah kamu mengalami hal yang sama denganku? Memimpikan seseorang yang bahkan belum pernah aku temui dan aku kenal, namun aku merasa jika kami saling terhubung dan telah mengenal satu sama lain dalam waktu yang lama. Seakan-akan ada sesuatu dar...