•14

3 0 0
                                    


Meskipun awalnya menolak, akhirnya Thun mau mengikuti Kew dan memakai sendal jepit yang entah milik siapa. Mereka berjalan tak tentu arah dan tujuan. Thun terus mengeluh, karena mereka sudah berjalan sangat jauh, namun belum juga menemukan tanda-tanda adanya pemukiman.

Sementara itu, Nee baru menyadari hilangnya Thun. Ia berusaha untuk menelpon, tapi tak ada jawaban. Ia bertanya pada Korn apakah Thun bersama Kew. Namun, Korn juga tak mengetahuinya dan ia jadi teringat akan Kew yang juga belum mengabarinya dari kemarin. setlah menelpon teman-teman Kew, barulah Korn menyadari jika Kew juga menghilang…

Setelah berjalan sangat jauh.. Akhinya Kew dan Thun tiba di depan sebuah kuil. Mereka masuk dan disambut oleh seorang biksu yang sangat dermawan. Kew berusaha untuk meminjam telpon, namun tentu saja Biksu itu tak memilikinya. Akhinya, dengan senang hati sang biksu menawarkan Kew untuk beristirahat dan makan dulu disini, ia akan menyuruh seseorang untuk membelikan bensin ke kota.

Kew sangat berterimaksih, ia menyantap makanan dari kuil dengan sangat lahap. Nampaknya, Thun masih sangat asing dengan makanan yang disajikan. Kew memaksa Thun untuk makan, agar mereka mempunyai tenaga. Ia bahkan menceritakan jika dirinya sudah sering memakan makanan seperti ini, saat sedang membantu orang-orang yang terkena bencana di wilayah terpencil.

Seusai makan, mereka langsung berdoa di dalam kuil. Nampaknya, Kew berdoa dengan sangat khusyuk, ia meminta keselamatan dan dibebaskan dari segala kesialan yang menimanya akhir-akhir ini.

Mereka berjalan keluar dari kuil itu berdampingan. Tiba-tiba, setelah melewati gapura Kew merasakan jika dirinya berada di zaman Boran. Suananya, pakaiannya dan pria disampingnya, semuanya bernuansa di zaman Boran.

Ia menoleh kebelakang, dan kembali menyadari jika dirinya masih berada di depan kuil. Ia bertanya kepada Thun, apakah ia merasakan hal yang sama dengannya. Thun menggelengkan kepalanya, mengatakan jika dirinya tak mengerti apa maksud pertanyaan Kew.

Mereka berjalan disekitar kuil. Sejenak, Kew terdiam dan memikirkan kejadian aneh yang baru saja dialaminya. Thun menghampirnya dan bertanya apa yang sedang dipikirkan oleh Kew.

“Tenang saja… aku tidak sedang memikirkanmu..” jawab Kew

“Memangnya kenapa kalau kamu memikirkanku???” Tanya Thun

“Nanti kamu akan marah-marah lagi kepadaku!” jawab Kew ketus

“Lalu… bagaimana kalau aku mengizinkanmu untuk memikirkanku???” goda Thun

“aku tidak mau dan tidak akan memikirkan orang sepertimu! Jangan-jangan, kamu berfikir kalau aku menyukaimu???? Yaampun… aku tidak akan pernah menyukai seseorang yang sangat keras kepala dan egois sepertimu!!!!” tegas Kew

Perlahan, Thun mendekat lalu menggenggam tangan Kew, “Lantas.. kalau aku ini Mek apakah kau aka bersikap seperti ini juga???”

Kew tak bisa menjawab pertanyaan itu, ia langsung melepaskan tangannya dan berjalan pergi meninggalkan Thun.

Akhirnya bantuan datang, seseorang telah membelikan mereka bensin. Kew dan Thun langsung pamit kepada pak biksu, Kew hendak memberikan sedikit uang, namun pak biksu menolaknya dan mengatakan jika ia membantu mereka dengan senang hati. Karena jarak mobilnya terlalu jauh Kew dan Thun menumpangi mobil pengangkut barang milik salah satu orang yang bekerja di kuil.

Mereka mengisi bensin ke mobil, dan akhirnya mobil bisa nyala kembali. Tanpa sadar, Kew memerhatikan luka Thun. Ia bertanya-tanya siapa dan apa motif seseorang yang mengejar-ngejar mereka kemarin itu.

“Hmmm… apakah sekarang kau mulai mengkhawatirkanku…” goda Thun

Mereka sampai di rumah Thun… Kew memegang perut Thun dan hendak memeriksa lukanya. Thun memegang tangan Kew dan bertanya, “Tunggu dulu… kau melakukan ini untukku atau Mek???”

Two Spirits Love (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang