Phu mengantar Kew dengan menggunakan mobil ambulance. Tentu saja bunyi sirine yang terdengar kencang, membuatnya menjadi pusat perhatian semua orang yang sedang berada di luar gedung. Namun, dengan percaya diri, Kew turun dari mobil mengenakan pakaian santai, dengan celana jogger, kaos oblong dan jaket parka sangat jauh dari kesan seseorang yang hendak datang untuk wawancara kerja. Phu juga tak lupa untuk menyemangati temannya Kew saat hendak masuk ke dalam gedung.
Kew masuk ke dalam gedung dan masuk ke dalam lift, berselang beberapa detik Thun juga tiba disana dan masuk ke dalam lift yang sama. Kew jongkok untuk menalikan sepatunya, sehingga ia tak menyadari siapa orang yang berdiri disampingnya.
Dengan tidak sopan, Kew memegang tangan Thun untuk melihat sekarang sudah jam berapa. Ia panik karena ini sudah sore dan bisa jadi ia terlambat dalam wawancaranya. Saat hendak berdiri, secara tak sengaja, kepalanya berbenturan dengan kepala Thun. Mereka masih belum melihat wajah satu sama lain, namun kejadian itu membuat Thun jadi emosi dan meninggalkan lift itu dengan tergesa-gesa. Saking emosinya, Thun menggerutu jika orang seperti Kew tidak akan mungkin bisa diterima bekerja di kantor ini.
Setelah berputar-putar di lantai 5, akhrinya Kew berhasil sampai di depan ruangan Thun. Sekretaris Thun bertanya-tanya, mengapa bos mereka mau mewawancarai orang yang sama sekali tidak berpengalaman dan tidak berpendidikan seperti Kew. Mendengar hal itu membuat Kew agak tersinggung. Namun, ia tak begitu memperdulikannya dan memilih untuk mengacuhkannya saja.
Thun menyuruh Kew untuk masuk keruangannya. Ia langsung terkejut ketika melihat pakaian Kew dan menyadari jika Kew adalah orang yang tadi membuatnya kesal saat di dalam lift.
Berbeda halnya dengan Kew, yang malah tersenyum dan berkata, “Mek….Ini benar kamu? Sedang apa kamu disini? Dan bagaimana kabarmu. Tiba-tiba kamu menghilang dari rumahku, membuatku sangat khawatir padamu”
“Apa yang kamu bicarakan?” tanya Thun heran
“Kamu sudah lupa? Aku ini Khun Kaew” jelas Kew sembari berniat untuk memegang daerah bekas luka yang dialami Thun saat datang kerumahnya.
Thun menepis tangan Kew dan bertanya apakah mereka saling mengenal.
“Kamu tak ingat? Kemarin kamu datang ke rumahku dan aku membawamu ke kantor polisi lalu kita kembali ke rumahku dan meminum susu kedelai bersama-sama. Lalu kamu bersembunyi di kamar mandi” jelas Kew
“Tidak… kamu salah orang” sanggah Thun
“Ah,… tidak mungkin. Lantas, apakah kamu memiliki kembaran?” tanya Kew
“Tidak..” Jawab Thun
“Iya berarti yang kemarin itu memang kamu. Kamu yang kemarin malam tidur bersamaku” ungkap Kew
“Hah? Aku tidur denganmu? Tidak Mungkin?! Kamu tuh bukan tipe aku sama sekali!” ungkap Thun
“Wow… beraninya kamu berkata seperti itu kepadaku. Padahal, kemarin kamu terus mengikutiku kemanapun seperti anak bayi yang tak mau kehilangan ibunya. Ya sudahlah kalau kamu memang tak mengingatku. Tapi, aku hanya ingin memberitahumu.. Aku ini orang yang menyelamatkan nyawamu, jadi kamu harus mempekerjakanku, OK…” ungkap Kew
Thun yang keras kepala tidak mau menuruti permintaan Kew, yang tentu saja membuat Kew marah dan merasa tak dihargai. Ia pun memutuskan untuk pergi meninggalkan ruangan itu.
Thun melarangnya untuk pergi, namun Kew sama sekali tak mau mendengar perkataan apapun dari Thun. Saat ia hendak membuka pintu, tiba-tiba sebuah gelas kaca terlempar tepat disampingnya.
“Woy… kamu bahkan berani melemparkan gelas ini kepadaku?” teriak Kew
Thun menggelengkan kepalanya dan mengatakn dengan jujur jika gelas itu terbang dengan sendirinya. Tentu saja Kew tidak percaya, ia langsung mengambil sebuah bantal dan melemparkannya ke wajah Thun. Setelah itu, ia langsung bergegas pergi dari ruangan Thun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Spirits Love (Completed)
أدب الهواة"Pernahkah kamu mengalami hal yang sama denganku? Memimpikan seseorang yang bahkan belum pernah aku temui dan aku kenal, namun aku merasa jika kami saling terhubung dan telah mengenal satu sama lain dalam waktu yang lama. Seakan-akan ada sesuatu dar...