2. Because the hardest thing is to forget.

2.8K 215 14
                                    

Forgetting and letting go are two things that are hard for me to do. Why is breakup always the saddest song? - Kayonna Thaw.

Yonna dengan ditemani Rose-mereka saat ini berada di sebuah bukit yang setahun terakhir sering sekali Yonna datangi. Yah, bukit dimana pertama kali Kyven mengajaknya untuk menikmati pemandangan kota dari atasnya. Selagi Rose pergi ke sebuah kedai yang tak jauh dari mereka, Yonna kembali menyentuh ayunan yang menggantung di pohon besar itu.

Yonna duduk di ayunan itu. Matanya memandang lurus dan pikirannya kembali tertuju pada satu orang. Kyven...

Kenapa Tuhan tidak memberikan Yonna amnesia? Setidaknya jika Yonna tidak bisa bertemu Kyven, Tuhan bisa mencabut seluruh memori tentang Kyven dari ingatannya.... Ini masih tetap tidak adil.

"Kakak! Apa cita-citamu?"

"Berada disisi Yonna."

Yonna tersenyum namun lagi-lagi ia harus menyeka air matanya. Yonna mengepalkan satu tangannya untuk menekan dadanya. Ada nyeri yang luar biasa, Yonna sangat merindukan Kyven. Yonna tak meminta hal lain, hanya ingin Kyven datang dan memeluknya.

"Na... Ini gue bawain burger sama strawberry milkshake buat lo... Eh kok nangis sih?" Rose langsung menaruh bawaannya diatas bangku panjang dan menyeka air mata Yonna.

Rose menggeleng dan memeluk Yonna, Yonna menangis tanpa suara. Rose ikut meneteskan air matanya, sungguh hati Rose tak pernah kuat melihat Yonna yang seperti ini.

"Rose... I...ni su...sulit..."

"Iya, Na. Gue tahu. Gue sangat paham perasaan lo..." ujar Rose seraya mengusap bahu Yonna dengan lembut. "Gue tahu rasanya kehilangan orang yang kita sayangi, Na."

Rose mengurai pelukannya dan menghapus air mata Yonna. "Andai kita ini tercipta sebagai batu, bungkus gorengan atau kutu, kita gak bakal ngerasain sakit, Na... Tapi, Tuhan sayang sama kita makanya ciptain kita sebagai manusia. Manusia yang pada akhirnya harus mengerti jika tak pernah ada hal yang abadi di dunia kita.", Rose menghela napasnya dan membelai wajah Yonna.

"Dan untuk itu, sulit mudahnya mengikhlaskan yang pergi itu perlu agar kita paham arti menghargai yang kita miliki."

Yonna menatap Rose, "aku menyesal, Rose... Aku menyesal mengabaikan Kakak..."

"Sssshh... Sudahlah, Na. Penyesalan memang selalu di belakang. Kalau di depan itu Bang Astro..." ujar Rose.

Yonna langsung menoleh dan disana Astro sudah berdiri dengan senyumannya. Astro membungkuk hormat dan berbalik membuka pintu mobil. Yonna membulatkan matanya. Bibirnya membuat jarak, lalu segera menggigit bibirnya sendiri. Yonna menoleh lagi pada Rose yang ternyata sama terkejutnya.

Yonna berjalan mendekati mobil itu. Rasanya Yonna ingin berlari namun bumi seolah nencengkram erat kakinya. Yonna berjalan lambat dengan tangan yang mengepal. Yonna tidak bermimpi kan?

"NONA!"

"YONNA!"

Tubuh Yonna jatuh diatas rerumputan bukit itu. Wajah dan tubuh Yonna menghangat oleh sinar matahari sore itu.

"Bahkan saat sadar, kenapa aku masih bermimpi kau muncul di depanku, Kak? Kakak jahat sekali..."

***

Yonna membuka matanya yang terasa berat. Yonna masih ingin tidur. Mimpi Yonna terlalu indah untuk diakhiri. Yonna masih ingin memeluk Kyven. Tubuh dan aroma Kyven yang masih melekat dalam ingatan Yonna. Yonna ingin tetap hidup dalam dunia mimpinya, sebab disana ada gerbang besar yang akan membawanya menemukan Kyven.

"Yon...na..."

Suara yang terdengar pelan, samar dan familiar itu seolah menarik paksa Yonna untuk bangkit. Tapi, Yonna tetap erat memeluk bantalnya. Yonna menenggelamkan dirinya dalam tumpukan bantal-bantal itu.

"Ka...yon...na...."

"Tidak! Yonna mohon, jangan biarkan Yonna bangun!" seru Yonna.

"Kemarilah... Kakak ingin memelukmu, Sayang..."

Yonna menggeleng keras, ia ingin menangis. Tidak mau... Yonna tidak mau membuka matanya, Yonna tidak sanggup jika itu hanya hayalan saja. Yonna makin erat memeluk bantalnya dan air mata yang rupanya telah keluar.

"Bukalah matamu, Yonna... Kakak rindu padamu."

Sebuah sentuhan lembut Yonna rasakan di puncak kepalanya. Benarkah itu suara Kyven? atau mungkinkah Yonna sedang bermimpi dalam mimpinya? Tidak! Yonna tidak mau. Yonna tidak mau kecewa jika itu pada akhirnya hanya mimpi.

Yonna ingin Kyven yang nyata, bukan hanya hayalannya saja!

"Pergilah!!! Jangan ganggu aku jika kamu bukan Kakakku!" jerit Yonna.

Namun sentuhan itu terlalu terasa nyata sampai akhirnya Yonna bangun dan membuang bantal yang di peluknya erat tadi.

See... Yonna pada akhirnya hanya menjerit menangis. Benar, itu hanya sebuah mimpi lagi. Dada Yonna berdenyut nyeri, mimpi yang menyakitkan. Kyven memang tak pulang.

***

CAN U COME THROUGH?✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang