With you, I want to dream. I want to fly and reach for you, because you are my dream.— Asher Ladarius
ASHER's POV
Buatku, Kayonna adalah gadis yang benar-benar kuat dan berhati tulus. Dia menyayangi orang-orang yang ada disekelilingnya. Kalian sudah tahu, jika aku memang sudah menyukainya sejak dulu. Sejak pertama kali bola basketku mengenai kepalanya.
Aku tidak bisa tidak tersenyum ketika mengingat hari itu. Untung saja waktu itu bolaku terlempar tidak tepat ke arah Naja, jika tidak begitu maka aku tak akan melihatnya. Tapi, mungkin saja di lain cerita itu bisa terjadi. Yah, itulah cara kerja takdir.
Kayonna Thaw, gadis itu cinta pertamaku. Aku tidak pernah benar-benar gigih mengejar seorang gadis selama ini selain Yonna. Dengan kepribadian dan keunikannya, dia membuatku semakin mencintainya meski hal yang kuhadapi untuk bisa memilikinya tidaklah mudah.
Kalian tahu rasanya mencintai orang yang tidak mencintaimu? Kau pernah mengalaminya? Ah itu memang menyakitkan. Bersyukurlah jika beberapa diantara kalian belum pernah merasakan sensasi jadi 'bucin' sepertiku hehehe...
Melihatnya bersedih, hatiku ikut sedih. Aku ingin memeluknya setiap kali dia merasa rapuh, tapi aku hanya bisa melihatnya dan duduk disampingnya. Mendengarkan curhatannya tentang satu nama yang sampai kini menjadi alasan aku sulit mendapatkannya. Kadang aku ingin meninju Kyven, membuatnya babak belur. Aku kesal ketika dia membuat Yonna sedih, apalagi sampai menangis.
Tapi, aku bisa apa? Lagi-lagi aku hanya bisa diam dan melihat. Aku hanya bisa memberi Yonna semangat. Aku bagi Yonna tetaplah sahabat. Tidak perlu mengasihaniku, aku tidak apa-apa. Asal bisa selalu berada disisi Yonna, itu tak membuatku patah hati. Aku memang mencintai sendirian, tapi sungguh 'patah hati' itu tidak kurasakan kok.
"Kak... Ayo." — suara Yonna menyadarkanku dari lamunanku tentangnya.
Dia sudah siap dengan sebuah papperbag di tangannya. Itu pasti barang untuk Aurelle. Kami akan segera ke klinik untuk menyusul Kyven. Bersama Astro, kami bertiga langsung masuk ke dalam mobilku. Astro duduk disebelahku, Yonna duduk dibelakang.
Wajah Yonna cemas, aku tahu. Dia pasti khawatir dengan Aurelle. Masih jadi pertanyaanku kenapa Aurelle bisa terluka. Sudahlah, toh pertanyaan ini juga nanti akan segera terjawab jika kami sampai disana. Aku tidak terlalu memikirkan Aurelle, aku hanya memikirkan Yonna. Hanya Yonna.
***
Saat sampai di klinik, kami menuju ke bangsal Aurelle. Ingin rasanya aku menutup mata Yonna dengan kedua tanganku ini. Aku tidak ingin membuatnya merasa patah hati lagi. Meski ia tidak mengatakan apapun, berdiri diam dan seolah menahan rasa cemburu jelas sekali kulihat dari sorot matanya.
Empat tahun mengenal Yonna, aku tahu apa-apa yang membuatnya bahagia juga sedih hanya dari kedua mata indahnya itu. Untuk orang lain yang melihatnya sekarang, pasti tidak mengira jika hati Yonna pedih. Tak apa, aku disini... Disisimu Yonna. Kau bisa ceritakan apapun isi hatimu setelah ini.
Menyadari kehadiran kami, Kyven melepaskan pelukannya dari Aurelle. Senyuman Aurelle merekah saat melihat Yonna. Yonna ikut tersenyum dan mendekati ranjang Aurelle setelah Kyven memberi ruang untuk Yonna. Kini Kyven berdiri disebelahku.
"Kak... Kenapa kau bisa terluka?" tanya Yonna.
"Jangan khawatir gitu. Aku nggak apa-apa kok. Ini cuma insiden kecil." kata Aurelle.
"Tapi...."
"Yonna... Kata Kak Kyven ini karna pecahan gelas." potong Aurelle.
Wajah Yonna tampak heran. Aku tahu kebingungan Yonna, aku pun sama. Ucapan Aurelle barusan seolah-olah dia tidak menyadari penyebab kenapa ia terluka. Aku menoleh ke arah Kyven, dia menelengkan kepalanya memberi kode padaku untuk ikut dengannya.
Astro tetap disana menemani Yonna dan Aurelle. Aku dan Kyven kini berada di lorong ruangan yang agak jauh dari yang lainnya. Sepertinya Kyven akan menjelaskan sesuatu padaku. Pasti berhubungan dengan Aurelle.
***
Kyven bersandar di tembok. Posisi kami sekarang berhadapan. Ekspresi Kyven tampak seperti orang putus asa, ia sepertinya banyak pikiran akhir-akhir ini. Dia berdeham sebelum akhirnya mengatakan sesuatu padaku.
"Aurelle mengidap Skizofrenia." gumamnya.
Skizofrenia? Tunggu, aku pernah mendengar tentang itu. Bukankah itu salah satu penyakit gangguan kejiwaan?
"Dan tadi dia kambuh..." — aku mengerti. Sebab Skizofrenia adalah penyakit mental yang kita tidak pernah bisa prediksi kapan gejalanya akan muncul. Setahuku, orang-orang yang mengidap Skizofrenia akan sering berhalusinasi atau delusi.
"Lalu kenapa dia sampai seperti itu?" tanyaku, pasti ada pemicunya sampai Aurelle bisa terluka. Apakah dia menyakiti dirinya sendiri?
"Dia bilang, muncul suara-suara yang menganggunya. Aurelle benar-benar tertekan karna bisikan di telinganya itu sehingga dia sampai melukai dirinya." kata Kyven. Ia diam sejenak,
"Sepertinya dia pikir, jika dengan melukai dirinya maka itu akan membuatnya merasa lebih baik dan takkan ada lagi suara yang mengganggunya." ujar Kyven.
Kasihan sekali Aurelle. Gadis itu, aku tahu dia baik. Dia bahkan sangat ramah, aku tidak pernah melihat kepalsuan dalam dirinya. Hanya saja yang dulu membuatku tak terlalu menyukainya karna dialah alasan kenapa Kyven sampai mematahkan hati Yonna, gadis yang kucintai.
"Lalu bagaimana?",
Dia menghela napas kemudian menegakkan tubuhnya. Dia mengambil langkah berdiri didekatku. Tangannya menepuk bahuku,
"Aurelle adalah urusanku. Jagalah Yonna seperti yang selalu kukatakan padamu." ujarnya kemudian melangkah lebih dulu meninggalkanku yang masih berdiri di lorong ini.
Aku menatap punggung Kyven, entah apa sebenarnya yang ada dalam benaknya. Tapi, menjaga Yonna sudah menjadi tugas yang akan selalu kulakukan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
CAN U COME THROUGH?✔️
Teen Fiction#ThawFamilySeries The sequel of KAKAK! JANGAN POSESIF... by, N I X H A A Y "Aku takut jika nanti akan kehilanganmu lagi, Kak... Aku takut jika kau akan pergi meninggal-" "Ssshh... Kayonna, Kakak tidak akan meninggalkanmu lagi. Menikahimu adalah hal...