9. What should happen.

1.6K 149 15
                                    

We can't force it. We can only accept and stop expecting more. — Danil Rhette

"Yonna?",

Yonna berhenti melangkah saat mendengar suara Danil yang memanggilnya. Ia memaksakan senyum, Danil tahu itu palsu. Danil mendekati Yonna dan langsung memeluk erat gadis itu. Sebuah pelukan yang sukses membuat Yonna menjatuhkan dirinya dalam genangan kesedihannya selama ini.

Kali ini Yonna menyerah...

"Aku mengerti perasaanmu, Sayang."  ucap Danil.

Yonna menangis tergugu. Yonna tidak bisa lagi menahannya. Hatinya tidak sekuat sebelumnya. Yonna ingin pergi jauh dari Kyven.
"Danil..." gumam Yonna lirih.

Danil melepaskan pelukannya dengan gerakan pelan. Kedua tangannya bergerak menghapus air mata Yonna.
"Jangan menangis. Merelakan memang sulit tapi kamu tetap harus melakukannya." kata Danil, "Dan... Semua ini adalah hal yang akan membuatmu tumbuh lebih baik."

Yonna mengangguk, Danil pun mengantar Yonna sampai kamarnya. Danil membantu Yonna merebah di ranjang lalu Danil duduk  dipinggiran ranjang itu setelah menaikkan selimut menutup hingga dada Yonna.

"Apakah besok kamu akan kembali ke Amerika?" tanya Yonna.

"Yah, Baby... Aku ada kerjaan yang tidak bisa kutunda disana." ujar Danil lalu tersenyum.

Yonna hanya mengangguk. Sampai akhirnya Yonna merasa harus mengatakan apa keinginannya pada Danil.

"Sepertinya kamu ingin mengatakan sesuatu?" ucap Danil, Yonna terkekeh.

"Kamu memang peka. Beruntung gadis yang akan bersamamu nanti." ujar Yonna dan dibalas tawa ringan dari Danil.

"So, what do you want?",

Yonna menatap Danil, ia berusaha meyakinkan dirinya. Yonna menarik  napas panjang  lalu menghembuskannya perlahan. Danil menatap Yonna penasaran.

"Aku akan kuliah di Amerika setelah lulus nanti, Danil."

***

Kyven membukakan pintu untuk Aurelle. Setelah Aurelle keluar dari mobil Kyven, mereka lalu masuk ke dalam sebuah kafe dengan bergandengan tangan. Kyven memilih tempat duduk yang lebih private untuk ia dan Aurelle, itu berada di lantai dua kafe tersebut.

Karna Kyven telah memesan tempat sebelumnya, jadi tak perlu menunggu lama. Dua orang wanita berseragam khas kafe, datang membawakan hidangan best selling kafe itu.

Disela menikmati hidangan itu, beberapa kali Aurelle salah tingkah karna Kyven menatapnya terang-terangannya dengan pandangan yang intens dan hangat. Aurelle merasa ia makin mencintai Kyven setiap harinya.

Mengingat betapa dulu dinginnya Kyven padanya, Aurelle tetap mencintainya. Dan kini cinta Aurelle itu bersambut, tentulah rasa cinta Aurelle makin besar untuk Kyven-nya itu.

"Kak... Bolehkan aku menanyakan sesuatu padamu?" kata Aurelle. Kyven mengangguk setelah memasukkan potongan cheese cake ke dalam mulutnya.

"Aku ingin kamu menjawabku dengan jujur." ujar Aurelle, sekali lagi Kyven mengangguk.

"Soal Yonna...", Aurelle mampu menangkap perubahan ekspresi Kyven saat ia menyebut nama Yonna. Aurelle menghela napasnya, ia ingin jawaban yang sebenarnya.

"Kenapa dengan Yonna?" tanya Kyven.

Aurelle menghela napasnya, ia dan Kyven kini saling berpandangan. Seolah waktu berhenti bergerak untuk memberi mereka momen kebersamaan itu.

"Apa kamu begitu mencintainya? Maksudku cinta yang berbeda. Tidak karna dia adikmu?"

***

Dua hari lagi adalah hari pertunangan Kyven dan Aurelle. Seluruh keluarga sangat senang dengan kabar baik dan hubungan yang akan makin erat ini. Kyla tak bisa menutupi rasa bahagianya setiap kali melihat Kyven terlihat sangat bersemangat untuk acara yang akan dilangsungkan itu.

Selain Kyla, Alan juga sama bahagianya. Melihat putranya itu berani menunjukkan keseriusan pada seorang gadis dan bukan menjadi lelaki yang berani mempermainkan hati perempuan. Meski Kyven punya segalanya untuk melakukan itu.

Bagaimana dengan Yonna?

Sejak pembicaraannya dengan Kyven beberapa hari lalu, ia berusaha untuk tidak banyak bertemu dengan Kyven. Meski memang mereka serumah dan itu akan sulit bagi Yonna menghindari Kyven, Yonna berusaha melakukannya. Yonna lebih banyak berdiam diri di kamarnya, ke halaman belakang untuk duduk di dekat danau buatan atau pergi bersama Rose.

Dan kali ini, Yonna duduk di bangku penonton menyaksikan Asher dan kawan-kawan bertanding dengan rival berat mereka yaitu tim dari SMA Airlangga. Yonna bersama Rose bersorak menyemangati tim sekolah mereka sama seperti siswa Orlando lainnya.

Hingga di menit-menit terakhir, point dari kedua tim itu saling mengejar—Yonna juga Rose dan siswa lainnya merasa jantung mereka sedang lari maraton. Dan... Yonna bersama suporter SMA Orlando harus menghela napas panjang. Kemenangan berpihak pada tim SMA Airlangga pada event kali ini. Sorak-sorai gembira dari pendukung SMA Airlangga mengudara di aula olahraga SMA Orlando itu.

Namun, kalah-menang itu sudah biasa. Siswa SMA Orlando berbesar hati menerima kekalahan mereka. Usai pertandingan, Yonna dan Rose langsung menemui Asher, Naja dan Reiki.

"Kalian hebat!" seru Rose.

Reiki tampak menggeleng, Naja terlihat kecewa dan Asher sang kapten hanya tersenyum.

"Terima kasih, kalian udah datang mendukung kami. Maaf, kami gak menang kali ini." ujar Asher.

Yonna mengangguk, "its fine, Kak. Kalian sudah melakukan yang terbaik, Kak!"

Rose mengibas tangan di udara, "Sans aja, Kak. Lagian lo tetap juara di hatinya Yonna kok!"

"ROSE!!!"

***

CAN U COME THROUGH?✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang