SH 2

7.8K 1.3K 55
                                    

"Dor!!!"

Silvia terhenyak dengan suara seseorang yang menepuk bahunya di saat bekerja. Hampir saja ia men-delete seluruh file pekerjaannya. Ia paham betul itu kelakuan dari siapa.

"Joana! Rese banget sih! Hampir aja kerjaan gue berantakan tau!"

"Maaf deh maaf, Sil."

Wajah Joana terlihat sumringah setelah makan siang ini. Ia tersenyum senang dan membuat Silvia heran. Tanpa ragu ia mencubit perut Joana.

"Njir! Sakit, Sil. Ini nih kebiasaan lo dari dulu, suka nyubitin perut orang."

"Bodo amat! Nah, lo kenapa keliatan happy banget?"

"Gue? Masa sih? Kata siapa?"

"Dih, nggak ngaku. Hayo ada apa nih? Tadi lo ngapain aja sama Delia?"

"Ya gue ngobrol terus diracikin kopi sama dia. Americano gue rasanya mendadak manis."

"Cie, lo suka ya sama dia?"

Joana berpikir dan mengawang sejenak. Posisinya saat ini sedang berdiri di samping Silvia yang sedang duduk di depan laptopnya. Sementara Silvia masih memasang muka heran dengan tingkah sahabatnya.

"Sil."

"Hmm? Kenapa?"

"Bagi foto kita yang berempat tadi dong. Kirim lewat WA ya."

"Wah bener kan dugaan gue, ada sesuatu nih lo sama Delia."

"Sesuatu apa? Udah kirim, GPL."

"Iya, bawel."

Silvia langsung mengambil ponselnya dan mengirim beberapa foto yang menurutnya bagus kepada Joana. Tidak berapa lama foto-foto itu sampai kepada Joana dan ia langsung membukanya. Ia pandangi satu per satu foto tersebut dan men-zoom wajahnya dengan wajah Delia yang hampir berdekatan.

"Astaga! Kenapa gue begini? Nggak mungkin gue suka sama dia. Nggak! Hati gue masih buat Karin."

Joana berbisik dalam hatinya. Ia menggeleng dan tidak mempercayai apa yang baru saja ia lakukan. Tidak mungkin secepat itu memiliki perasaan pada seseorang yang baru ia kenal.

"Thanks, Sil."

"Iya, ya udah sana ke ruangan lo. Nggak enak kelihatan yang lain."

"OK, sahabat gue yang paling baik. Muach!"

"Idih, cium-cium pipi gue. Selepet nih, Jo."

Joana ngeluyur menuju ruangannya sembari sedikit terkekeh. Sementara Silvia kembali bekerja. Sesampainya di meja kerja kembali ia mengawang seseorang yang dicintainya. Sosok wanita yang menemaninya selama tiga tahun belakangan. Seorang wanita yang ia kenal semenjak kuliah. Wajahnya selalu terbayang dan suaranya terngiang dalam ingatan. Hatinya selalu berdebar di saat mengingat hal-hal bersama Karin.

***

Langit jingga kala itu menambah syahdu suasana yang tercipta. Namun beberapa menit kemudian berubah menjadi awan berwarna abu. Kerumunan awan itu ternyata membawa rintik demi rintik hujan yang semakin lama semakin deras saja.

"Yah, hujan! Basah deh!" Joana mengeluh sembari berteduh di sebuah halte dekat kampus.

"Nggak boleh ngeluh, hujan itu rahmat. Harusnya kita bersyukur."

Tiba-tiba ia menengok ke arah kiri tubuhnya dimana terdapat seorang gadis yang sedang tersenyum manis. Rambutnya panjang sebahu, hitam lurus dan berkilau. Tubuh gadis itu semampai meski lebih pendek sedikit dari Joana.

Stay HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang