Terkadang tidak butuh waktu lama untuk merasa bahwa ia adalah cinta kita. Bahkan hanya dengan tatapan atau senyuman dapat meluluhkan hati dengan mudahnya. Namun waktu yang dapat membuktikan benarkah bahwa itu cinta atau ilusi semata.
Ya setidaknya itu yang dirasa oleh Joana. Mungkin di awal perkenalan dengan Delia, ia sangat menampik itu namun seiring berjalan waktu rasa terpana kepada gadisnya memang benar adanya. Ia tidak menyangka bahwa hatinya terjatuh pada gadis selain Karin.
Dahulu ia merasa bahwa dunia seakan runtuh dan tak bersahabat ketika ditinggalkan oleh Karin tetapi ketika ia mencoba untuk tegar akhirnya cinta lain datang. Tidak ada rasa penyesalan sedikit pun terhadap gadisnya tersebut. Delia merupakan sosok yang sangat lembut dan sabar terhadapnya.
Saat ini fokus Joana adalah mewujudkan kepergiannya ke luar negeri demi hidup berdua dengan Delia. Selain suasana baru namun ia mencari kedamaian bersama pasangannya itu. Ketika SMA Joana memang sudah punya angan untuk hidup berdua bersama wanita pilihannya.
"Sayang, kok pagi-pagi ngelamun?"
Delia tersenyum ketika melihat kekasihnya itu sedang duduk di teras taman belakang rumahnya. Ia membawakan sarapan kecil untuk Joana. Lalu Joana terkesiap dan membalas senyum manis gadisnya.
"Eh, nggak kok sayang. Aku cuma lagi berpikir aja."
"Mikirin apa sih? Nih teh hangat sm roti bakarnya. Sarapan dulu yuk!"
Joana mengangguk sembari mengobrol. Disesap secangkir teh hangat lemon dan ia mengunyah perlahan roti bakar keju buatan Delia. Obrolan serius yang dibahas secara ringan oleh mereka.
"Makasih ya sayang udah buatin sarapan."
"Iya sayang, ini kan rumahku. Jadi ya kamu, aku layanin."
"Seperti semalam kah Delia sayang?"
"Haha, kamu ini. Ayo lagi mikir apa? Kasih tahu dong."
"Aku lagi menyusun rencana kepergian kita sayang. Aku sudah nggak sabar."
"Memang negaranya udah ditentuin? Hmm?"
"Udah. Kita nanti ke Kanada. Gimana? Setuju?"
"Asalkan sama kamu, aku setuju. Lagian aku bingung kalau suruh milih. Hmm, kok aku juga jadi nggak sabar ya, Jo."
Delia menjadi tersenyum sendiri dan ikut membayangkan ketika berdua di negeri orang. Apapun rintangan akan mereka hadapi berdua demi survive di negara yang di benderanya terdapat lambang daun mapel itu. Pada awal ia mengenal Joana memang sudah tertarik hatinya entah dari mana perasaan itu pada akhirnya memang berlabuh di hubungannya bersama Joana.
"Sayang, kamu tahu nggak?"
"Apa, sayang?"
"Karin, sebentar lagi mau melahirkan lho. Nggak sampai sebulan deh."
"Oh ya? Nggak kerasa ya. Waktu cepat banget."
"Iya. Hmm, setelah kelahiran anak Karin nanti. Nggak lama, kita akan pergi dari negeri ini sayang. Apa kamu siap?"
"Jadi? Secepat itu, Jo?"
Joana mengangguk yakin. Memang ia akan sesegera mungkin pergi ke negara itu. Tinggal beberapa dokumen lagi yang ia harus persiapkan. Seluruhnya sudah diurus oleh orang suruhannya. Ia tidak mau repot-repot dan ingin segera menyelesaikan semuanya.
***
Dua Minggu kemudian
"Wah, anak kamu cantik ya. Seperti mamanya."
"Makasih ya, Jo."
"Iya, bener banget. Selamat ya Karin atas kelahiran anak kamu yang lucu ini. Gemes deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Here
RomanceCinta itu bisa menyembuhkan sekaligus menyakitkan. Cinta itu bisa membahagiakan sekaligus menyedihkan. Cinta itu sulit dideskripsikan namun dapat dirasakan. Yuk silakan baca! Warning!!! This is GxG (Girl x Girl) or Yuri genre! Note: Just skip if you...