SH 18

2.9K 765 49
                                    

"Hmm, maaf. Boleh aku lihat HP kamu, Del?"

"Oh, apa yang mau kamu lihat?"

"Foto-foto kita berdua, ada?"

"Banyak, Jo. OK, aku perlihatkan ya."

Pada akhirnya Delia memperlihatkan isi galeri foto dan video dirinya ketika bersama Joana. Lalu tanpa terasa senyuman tipis terlukis di wajah Joana. Meski ia belum ada yang ingat satu pun dari potret demi potret tersebut. Delia sangat bersemangat dalam menjelaskan cerita dibalik foto yang ada.

"Jo, lihat deh. Ini tuh foto pertama kita. Jadi ceritanya kafe aku baru buka tuh nah si Vano sama Silvia ajak kamu makan siang di kafe aku."

"Terus, Del?"

"Terus kita dikenalin sama mereka dan pas Silvia sama Vano foto-foto aku ikut nimbrung tuh. Eh, nggak lama kamu malah ikutan foto juga. Jadilah kita foto berempat kaya gini."

"Oh gitu ya, hmm..."

"Pas aku minta foto ini, sama Silvia dan Vano disuruh minta ke kamu terus aku dikasih nomor kamu. Ya dengan kata lain kita mulai kontak-kontakan dari situ dan lama kelamaan kita semakin cocok sampai..."

"Sampai apa, Del?"

"Aku pernah ajak kamu berlibur di villa milik keluarga aku selama dua hari satu malam dan di sana kita jadian."

"Oh begitu rupanya tapi maaf ya. Aku belum mampu ingat sedikit saja tentang yang kamu ceritakan Del."

"Nggak apa-apa, Jo. Aku paham kok."

Delia kembali murung namun ia sadar bahwa ia harus bersabar. Di hadapannya terdapat seorang gadis yang ia kasihi sedang mengalami cobaan sakit. Dia harus dapat menguatkan dan membantu pemulihan.

Ia tidak boleh egois dalam memaksakan ingatan milik Joana. Mungkin kalau ia lakukan itu hanya akan memperburuk keadaan. Ia paham bahwa semua hal butuh proses apalagi dalam keadaan sakit seperti yang dialami Joana. Butuh kesabaran ekstra.

"Makasih ya sudah mau membantu memulihkan ingatanku. Hmm, kamu mau bantuin aku nggak?"

"Bantu apa, Jo?"

"Anterin aku jalan-jalan ke taman. Tapi kalau merepotkan atau kamu sibuk. Hmm, mending nggak usah."

"Sstt! Kamu nggak merepotkan dan aku bisa luangin waktu untuk kamu kok. Jangan khawatir, aku antar kamu."

"Makasih ya, Del."

Lalu Delia berusaha memapah Joana ke dalam mobilnya pun dengan kursi roda tersebut. Sabuk pengaman telah terpasang di tubuh Joana dan ia pun tersenyum melihat gadis didekatnya mulai menampakan senyumannya. Perlahan mobil itu dilajukan dan kurang lebih empat puluh menit mereka tiba di sebuah taman yang menjadi favorit Joana.

Diturunkan kursi roda dan Joana didudukan dengan tenang. Perlahan Delia mendorongnya dan mengajak Joana ke spot kesukaan Joana. Sebuah kolam besar di tengah taman dengan air mancur yang indah.

Delia duduk di bangku taman kayu dan di sampingnya ada Joana yang terus memandang air mancur yang mengalir tersebut. Suara air itu memang relaksasi bagi siapa saja yang berada di dekat lokasi mereka kini. Delia terus memerhatikan Joana sembari mengawang tentang hubungan mereka kedepan.

"Dulu..."

"Iya, Jo? Kenapa?"

"Dulu aku nembak Karin di sini. Aku jadian sama dia di sini, di tempat ini."

"Oh gitu, memang apa yang membuat kamu bisa cinta sama dia?"

"Hmm, Karin itu gadis yang berbeda. Dulu waktu di kampus aku dinilai cewek yang sombong dan dibilang pilah pilih teman namun Karin tidak memandangku seperti itu, ya jadilah kita dekat dan semakin cocok."

Stay HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang