SH 25

2.6K 806 36
                                    

Dua Hari Kemudian

Hari ini Joana berniat untuk bertatap muka dengan Ben. Kebetulan Ben memang masih ada di rumah dan tidak keluar kota. Joana ditemani oleh belahan jiwanya.

Tepat pukul sembilan pagi mereka bergegas menuju rumah Ben yang berjarak sekitar empat puluh menit. Delia terus memberikan masukan agar Joana tetap berkepala dingin dalam menanyakan perihal rumah tangga Karin. Memang dari rautnya Joana terlihat geram dengan prahara antara Karin dan Ben.

Setelah sampai Joana langsung disambut oleh Ben dengan wajah ramah. Joana dan Delia dipersilakan untuk duduk di ruang tamu. Seorang asisten rumah tangga langsung menyuguhkan minum dan beberapa camilan.

"Apa kabar, Jo? Apa kabar, Del?"

"Baik. Delia juga baik."

"Syukur, ayo diminum dulu."

Sejenak Joana dan Delia meneguk sedikit minuman itu untuk menghargai sang pemilik rumah. Minuman sirup perisa melon itu telah masuk membasahi kerongkongan keduanya. Suasana hati Joana diusahakan untuk tenang dalam berbicara.

"Gimana, Jo? Lo pasti tau kan Karin dimana?"

"Nanti bakalan gue kasih tau tapi sebelumnya maaf nih, Ben. Gue kemari bukan bermaksud mencampuri rumah tangga lo dan Karin. Hanya ingin membantu aja. Hmm, sebenarnya permasalahan apa sih yang menimpa kalian? Gue nggak mau cuma menilai sepihak aja tentang rumah tangga kalian. Gue harus tau dari lo juga."

Ben menunduk sembari memainkan jari jemari yang ditangkup oleh kedua tangannya yang saling terkait. Ia menarik napas dalam dengan helaan lembut. Kemudian ia menghadapkan wajahnya ke arah Joana dan Delia kembali.

Tergambar ada raut kesedihan di sana. Setahu Joana semasa kuliah, Ben termasuk orang yang cukup ceria namun hari ini berbeda. Ia nampak muram dan pasti sangat memikirkan untuk menjawab pertanyaan yang sensitif dalam perihal rumah tangganya.

"Sebenarnya ini salah paham aja, Jo."

"Salah paham? Maksudnya?"

"Jadi, ada orang yang kirim pesan ke Karin dan bilang seolah-olah gue itu selingkuh sama seorang model."

"Wait! Seolah-olah? Berarti yang sebenarnya?"

"Itu semua fitnah. Gue cuma ngarahin gaya ke model itu, ya memang gaya mesra sembari gue nunggu model cowoknya datang."

"Serius lo? Kenapa Karin salah paham segitunya?"

"Yang kirim itu semua memang rekan kerja gue tapi gue tau banget bahwa orang itu mau ngejatuhin mental gue. Supaya karir gue juga ikut hancur karena setiap gue kerja ya gue butuh mood yang bagus dulu."

"Jadi musuh dalam selimut maksud lo, Ben? Apa cuma pembelaan lo aja?"

"Swear! Demi apapun gue itu difitnah, Jo. Gue itu sayang banget sama Karin."

Delia membantu meyakinkan Joana atas kejujuran Ben dengan kontak mata antara mereka dan anggukan yakin dari Delia. Joana menghela napas dan menyender sejenak pada sofa sembari melihat kesungguhan Ben. Ada sedikit keraguan dari Joana tapi memang rasa percaya lebih besar pada cerita Ben baru saja.

"Tapi kenapa Karin menilai lo cuek semenjak menikah?"

"Ya, gue ngerasa udah milikin Karin dan dia nggak akan kemana-mana lagi. Jadi kalau bermanis-manis seperti waktu pacaran bagi gue udah berlalu masa-masa itu. Yang penting gue masih bertanggungjawab atas kehidupan dia dan memperhatikan calon anak kami."

"Tapi Ben, pada dasarnya Karin itu cewek yang sensitif dan dia butuh perhatian lebih. Dia juga lebih manja meski pribadi dia mandiri sebenernya."

"Ya, Jo. Gue paham. Mulai detik ini kalau memang Karin sudi kembali, gue bakalan lebih care lagi sama dia."

Stay HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang