Joana merengkuh kembali gadis bernama Karin itu sekali lagi sebelum ia benar-benar pergi dari hadapannya. Ia selalu merindukan pelukan hangat dari gadis itu. Tapi ia berusaha ikhlas atas semua yang terjadi, ia tidak mempunyai daya apapun.
"Rin? Rin? Kok kamu diem?"
Joana panik, tubuh Karin lemas seketika dengan mata yang tertutup. Karin ternyata pingsan dalam dekapannya. Tidak berapa lama beberapa orang di sekitar menolongnya namun Ben berada di garis terdepan untuk menolong kekasih barunya itu.
"Ini kenapa, Jo?"
"Gue juga nggak tau, ya udah kita bawa ke dokter. Pake mobil gue aja, ayo!"
"Nggak usah. Pake mobil gue aja, Jo. Lo ikut ya nemenin. Cepet."
Beberapa orang berkerumun dan membawa Karin ke dalam mobil Ben. Roda empat itu pun melaju untuk membawa Karin ke tenaga medis. Ia benar-benar kacau atas kejadian yang baru saja menimpanya.
Sepanjang jalan Joana berusaha menyadarkan Karin. Ia terus mengelus dan mengajak bicara Karin yang tidak sadarkan diri tersebut. Ben melaju dengan kecepatan tinggi supaya kekasihnya segera mendapat pertolongan.
Sampailah mereka pada sebuah rumah sakit yang tidak terlalu besar. Dibawanya Karin untuk segera diperiksa. Setelah itu tenaga medis langsung memeriksa Karin untuk beberapa waktu.
Joana dan Ben menunggu dengan cemas. Semoga tidak terjadi hal buruk pada Karin. Joana terus berdoa dalam hatinya dan ia sangat gusar sampai tidak dapat duduk dengan tenang sembari menunggu.
"Jo, apa lo tau Karin kenapa?"
"Gue beneran nggak tau, Ben. Ini pertama kali dia pingsan kaya gitu, sebelumnya nggak pernah."
"Gue sayang banget sama dia, Jo. Gue sama dia jadian seminggu lalu. Pas itu gue ketemu dia di salah satu mall yang ada di luar kota dan tanpa pikir panjang gue nembak dia bahkan gue diajak ke rumah ortu dia buat kenalan lebih dekat sama keluarganya."
"Hmm, gitu. Jagain dia ya. Karin gadis yang baik dan penyayang."
"Pasti. Lalu gue suruh dia buat ke sini lagi dan dia memilih kost lama untuk jadi tempat tinggal dia. Padahal gue udah mau sewain rumah buat dia tinggal, tapi dia nggak mau."
"Dia gadis yang mandiri, Ben. Dia memang selalu nggak enakan orangnya. Meski dekat, dia itu masih sering sungkan dan pemalu sebenarnya. Makanya gue kaget, kenapa dia mau pakai pakaian yang seksi gitu."
"Tentang itu, dia sebenernya kerja jadi model sama gue soalnya penghasilan dia di kantor notaris nggak cukup buat biaya perobatan bokapnya."
Deg! Dada Joana terasa berhenti sesaat. Ternyata Karin melakukan pekerjaan tambahan untuk biaya perobatan ayahnya. Sungguh Joana terkejut dengan pernyataan tersebut.
"Bokapnya sakit? Sakit apa, Ben?"
"Entahlah, yang jelas sakit keras. Kebetulan gue juga butuh model untuk beberapa produk dan event yang gue tanganin. Lo tau kan? Gue ini fotografer yang namanya mulai naik. Jadi banyak klien yang butuh jasa gue, terlebih gue butuh modal banyak buat gedein studio foto yang lagi gue rintis."
"Lo sama Karin kenapa nggak jadian dari dulu?"
"Ya karena gue belum punya keberanian waktu itu dan hubungan kita merenggang semenjak..."
"Semenjak apa, Ben?"
"Maaf ya, semenjak dia dekat sama lo. Itu sih yang gue rasain."
"Soal itu maaf ya, Ben. Gue sebenernya nggak tau kalau Karin deket sama lo. Gue juga cuma sahabatan kok sama dia karena kita berdua nyambung."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Here
RomanceCinta itu bisa menyembuhkan sekaligus menyakitkan. Cinta itu bisa membahagiakan sekaligus menyedihkan. Cinta itu sulit dideskripsikan namun dapat dirasakan. Yuk silakan baca! Warning!!! This is GxG (Girl x Girl) or Yuri genre! Note: Just skip if you...