SH 27

2.6K 945 76
                                    

Joana sudah sampai di parkiran kafe milik Delia. Ia langsung memarkirkan dan turun dari mobilnya. Senyum sumringah ia nampakan sembari berjalan. Setiap orang yang melihat pasti akan ikut tersenyum juga.

Ia langsung masuk ke dalam ruangan kekasihnya itu. Delia nampak sedang melihat beberapa laporan yang ada di meja kerjanya. Pandangan Delia beralih kepada Joana yang bahagia sekali. Delia menyambut dengan senyuman yang tak kalah manis.

"Hai sayang, lagi apa?"

"Hm, hai sayang. Lagi cek laporan aja. Duh bahagia banget kamu. Ada apa sweetheart?"

Joana menghampiri Delia dan mencium gemas pipi kekasihnya itu beberapa kali. Ditarik Delia untuk duduk di sofa dan mereka berbincang. Delia memandang kekasihnya sembari menaikan sebelah alisnya.

"Aku ada kabar bahagia sayang."

"Hm? Kabar apa, Jo?"

"Telepon dari mama itu."

"Iya kenapa dengan mama kamu?"

"Ternyata seminggu belakangan ini mama membayar orang untuk membuntuti kita sayang karena mama curiga sama kedekatan antara kita."

Delia memandang heran dan tidak menyangka selama seminggu ini diikuti oleh orang bayaran ibu dari kekasihnya. Tangan Delia dilipat di depan dadanya sembari berpikir. Dipandang Joana begitu bahagia.

"Lalu gimana?"

"Tadi aku sudah bicara sama mama dan papa. Dan kamu tau apa yang mereka bilang?"

"Apa? Mereka marah?"

"Lihat dong dari ekspresi aku. Kamu pasti bisa tebak, Del."

"Hm, orangtua kamu setuju? Apa iya?"

Joana mengangguk beberapa kali sembari tersenyum lebar. Delia seakan tak percaya ternyata memang benar. Nampak sekali wajah kesungguhan dari Joana.

"Iya sayang. Orangtua aku setuju kalau aku sama kamu. Ya asal aku bisa bertanggung jawab sama keputusan."

"Jadi beneran, Jo? Orangtua kamu setuju sayang?"

"Iya bener."

"Bukan kaya di sinetron atau film kan? Tiba-tiba diusir dan dicoret dari kartu keluarga?"

"Hahaha, nggak sayang. Ya meski di dunia ini banyak yang menerima perlakuan tak semestinya gitu. Tapi, papa dan mama aku setuju kok. Mereka bilang ini sebuah perasaan dan bukan suatu kejahatan. Aku sudah dewasa dan bisa menentukan pilihan."

Joana langsung memeluk erat Delia. Agak lama pelukan mereka. Benar-benar hari yang membahagiakan. Seumur hidup Joana, ia baru merasa seperti burung yang lepas dari sangkar. Lega sekali rasanya.

"Hm, tapi..."

"Tapi apa, Jo?"

"Gimana dengan keluarga kamu, Del?"

"Oh iya, aku belum cerita ya. Jadi sebelum aku menyatakan perasaan aku ke kamu waktu di villa. Aku itu justru cerita keresahan aku sama mama dan dia sih awalnya nggak habis pikir karena sebelumnya hubungan aku sama laki-laki. Tapi aku bilang ke mama bahwa aku yakin sama perasaanku. Dan kamu tahu apa?"

"Apa, Del? Apa yang mama kamu bilang?"

"Mama aku setuju."

"Ah yang bener?"

"Bener, Jo. Aku serius. Ya meski aku tau bahwa mama kecewa tapi beliau menerima asal aku bisa tanggung resiko dan segala halnya. Asal aku bahagia sama kamu, mama ikut happy."

"Kedua orangtua aku juga seperti itu. Berat bagi mereka tapi ya mama dan papa dari dulu orang yang sangat terbuka asal aku bisa berdiskusi baik dengan mereka. Kemungkinan besar mereka terima apa saja pilihan anaknya. Termasuk perasaanku yang condong ke perempuan."

Stay HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang