SH 24

2.6K 748 48
                                    

Di bawah langit berawan pada sore hari terdapat sepasang kekasih yang sedang berada di taman kota. Mereka tengah asik menikmati es krim kesukaan masing-masing. Joana dengan es krim stik rasa coklat dan Delia dengan es krim stik rasa mangga.

Menikmati sore bersama yang terkasih memang menyenangkan. Seperti biasa lokasi favorit adalah di dekat air mancur yang memberikan relaksasi. Di berbagai penjuru ramai yang berkunjung dan bermain di area taman yang cukup luas ini.

"Sayang, suasana sore ini enak banget. Sejuk."

"Iya, Jo. Apalagi kita lagi ada di taman kan."

"Es krim kamu awas tuh kena baju. Meleleh gitu."

"Sama kan seperti hatiku yang meleleh karena kamu, Jo."

"Ih, kamu udah pintar ngerayu ni sekarang."

"Kan kamu yang ajarin, sayang."

Joana dengan cepat mencuri cium dari Delia. Tepat di pipi kanannya. Delia yang sedang asik memakan es krim menjadi kaget dan mencubit lengan Joana dengan reflek.

Dipandangi Joana lekat dan di ujung hidungnya diberikan es krim mangga Delia. Mereka tertawa riang seolah tak peduli dengan pandangan sekitar. Kedua insan itu bahagia sekali dapat menikmati waktu berdua di akhir pekan.

Setelah itu mereka berjalan di sekitar taman untuk melihat-lihat pedagang yang berjaja di pinggir taman. Banyak sekali yang berjualan membuat pengunjung banyak pilihan. Mereka ternyata berhenti pada pedagang yang menjual bakso dan mie ayam.

"Yank, makan di situ yuk!"

Delia menarik Joana dan langsung mendapat anggukan yakin. Joana tersenyum dan menghampiri bapak paruh baya yang siap sedia di dekat gerobaknya. Delia memesan semangkuk bakso untuknya dan semangkuk mie ayam untuk kekasihnya. Untuk minum mereka memesan teh dingin botolan dan air mineral.

"Udah lama aku nggak makan bakso kaki lima gini lho, Jo."

"Sama sayang. Aku juga kangen mie ayam si. Aku dari dulu itu suka dilarang mama untuk makan di sembarang tempat. Padahal aku sukanya merakyat. Naik umum, OK. Makan pinggir jalan, OK."

"Iya dong sayang. Masa makan di tengah jalan kan bahaya."

"Cie, lucu kamu. Makin gemes sama kamu sayang. Love you my Delia."

Joana berbicara agak berbisik karena tidak enak dengan orang-orang sekitar yang sedang makan. Tidak lama kemudian pesanan mereka datang. Ternyata enak dan mereka menyukai. Pantas saja ramai yang beli. Mungkin lain kali mereka akan makan lagi di tempat itu.

Kurang lebih satu jam mereka di tempat itu dan Joana segera membayar ke bapak paruh baya tersebut. Harga murah namun rasa mewah meski tempatnya sederhana. Perut mereka sudah terisi dan memutuskan untuk pulang ke rumah Joana.

"Sayang bentar. Aku angkat telpon dulu."

"Ya udah, Jo. Angkat dulu."

"Dari Ben? Kok?"

"Suaminya Karin?"

Joana mengangguk dan segera menjawab panggilan tersebut. Mimik Joana amat serius mendengar suara dari ujung telepon sana. Delia menjadi penasaran tentang yang mereka obrolkan di telepon.

Agak lama obrolan di telepon dan wajah Joana nampaknya agak tegang. Delia menjadi tak enak perasaannya sekaligus penasaran. Akhirnya telepon itu terputus.

"Sayang, ada apa?"

"Karin."

"Karin? Kenapa?"

"Dia kabur dari rumah semalam karena bertengkar sama Ben. Sampai sore gini nggak ada kabar tentang Karin bahkan orangtua Karin di telepon tapi dia nggak ada di sana."

Stay HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang