SH 9

4K 831 20
                                    

"Jo, aku pulang ya. Nggak berasa udah malam nih. Maaf merepotkan."

"Nggak sama sekali, Del. Aku malah senang kamu mau main ke rumah aku."

"Iya sama-sama. Nanti gantian ya, giliran kamu main ke rumah aku."

"Pasti, Del."

"Hmm, Karin. Aku pulang dulu ya. Kamu jangan sakit-sakit."

"Iya, makasih. Kamu hati-hati, Del."

Akhirnya Delia berpamit kepada Joana dan Karin. Delia melajukan mobil mininya yang berwarna putih untuk meninggalkan rumah Joana diiringi dengan lambaian tangan dari Joana. Sementara Karin melipat kedua tangannya di dada sembari memerhatikan Joana yang nampak sumringah.

"Gimana? Seneng dapat kunjungan dari dia?"

"Ya jelas senang, Rin. Kamu kenapa kaya bete gitu?"

"Nggak apa."

Lalu Karin meninggalkan Joana dengan masuk ke dalam rumah dan memasuki kamar karena hari sudah malam. Sementara Joana mengunci pagar rumah dan pintu sebelum menyusul Karin. Setelah semua dirasa aman, ia juga memasuki kamar.

Karin rupanya sudah mengganti pakaian dengan piyama kesayangannya. Memang hanya piyama itu yang tertinggal di rumah Joana ketika kepergian Karin saat itu. Tubuhnya juga berlapis selimut yang tidak terlalu tebal.

"Rin? Kamu udah bobo?"

Joana menyentuh pundak Karin yang membelakangi dirinya. Akan tetapi Karin tidak bergeming. Sudah tidur rupanya, cepat sekali pulas.

"Selamat tidur Karin. Mimpi indah ya."

Joana berbisik lembut di telinga Karin dan ia pun menyusul tidur dengan ditemani lampu kamar yang temaram.

***

Tiga Bulan Kemudian

"Sil, gue mau nanya."

Joana menatap jendela ruangan kerjanya dan memandang pemandangan pagi. Silvia sudah duduk di sofa dan menyilangkan kakinya sembari menyeruput secangkir teh hangat secara perlahan. Morning tea memang relaksasi.

"Iya, tanya aja. Ada apa sih?"

"Menurut lo, Delia orangnya gimana sih?"

"Cie pagi-pagi udah nanya dia. Ada apa sama lo?"

"Hmm, gue nggak tau pasti sih. Tapi yang jelas gue jadi semakin penasaran sama dia."

"Lo sama dia udah saling mengenal beberapa bulan ini seharusnya lo lebih paham dibanding gue atau Vano."

"Hmm, dia sih selama ini responnya baik ke gue cuma..."

"Cuma apa?"

"Gue belum tau dia tuh sepenuhnya straight atau bisa gue belokin ya?"

"Dengan kharisma yang lo punya, gue sih yakin dia bakalan jatuh ke pelukan lo."

"Apa iya? Seyakin itu lo?"

"Eh, tunggu dulu. Berarti lo ada perasaan cinta ke dia? Lo naksir dia? Cie, Joana."

"Apaan sih? Gue kan cuma mau tahu dia lebih jauh aja."

"Cie, Joana. Udah lo nggak usah ngeles kaya bajaj."

Wajah Joana seketika merona dan sedikit salah tingkah. Dia tidak bisa menyembunyikan senyuman di air mukanya. Joana benar-benar tersipu malu.

Sementara Silvia terus memandangi sahabatnya yang salah tingkah itu. Silvia turut senang jika memang sahabatnya menemukan tambatan hati yang baru. Hanya saja sepertinya Joana masih menyembunyikan rasanya tersebut.

Stay HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang