SH 13

3.5K 789 52
                                    

"Nanti di dalam aku jelasin."

Joana dan Karin memasuki rumah. Tas beserta barang-barang Joana pun dibawa olehnya untuk di taruh ke dalam kamar. Setelah sampai di dalam kamar ia pun duduk di pinggir ranjang dan diikuti oleh Karin.

"Jo..." Karin menyentuh bahu Joana yang tertunduk lesu.

"Hmm? Iya?"

Joana memegang keningnya dan sedikit mengacak rambutnya. Terlihat seperti dalam tekanan. Ekspresi Joana tersebut membuat Karin nampak bingung.

"Kamu kenapa, Jo? Ada masalah?"

"Hmm, nggak apa. Kamu kenapa nangis? Ada apa kemari, Rin?"

"Aku nggak mau nikah cepet."

Joana memandang Karin heran. Matanya memicing ke arah Karin seperti rasa tidak percaya. Dipandang gadis di dekatnya itu semakin lekat.

"Kamu mau nikah? Kenapa kamu nangis?"

"Aku belum siap, aku nggak mau nikah cepet pokoknya. Ben ternyata beberapa hari lalu menemui bapak sama ibu untuk melamar aku."

"Apa? Dia udah ketemu orangtua kamu?"

Karin mengangguk perlahan dan sedikit menunduk. Napasnya pun dihela dalam-dalam. Joana agak kaget mendengar itu namun di lain sisi ia juga patut bersenang hati karena gadis yang pernah ia miliki akan segera dipersunting oleh lelaki pilihannya.

"Iya. Tapi, ketika dia nyatain untuk menikah sama aku. Entah, aku menjadi ragu."

"Ragu? Kenapa begitu, Rin? Bukannya itu impian kamu untuk menikah?"

"Menikah adalah kemauan orangtua aku, Jo. Bapak sakit keras dan ingin aku segera menikah tapi aku belum ingin, aku belum siap untuk membina rumah tangga."

"Jadi maksud kamu? Kamu merasa terpaksa? Tapi bukannya Ben adalah pria yang baik dan care sama kamu? Bahkan dari jaman kuliah."

"Itu semua benar, Jo. Tapi tetap aja, semua ini terlalu cepat untuk aku. Pusing Jo, aku nggak tahu harus bagaimana menyikapi ini."

Joana masih memandang gadis di dekatnya. Karin pun merebahkan tubuhnya dan memandang langit-langit kamar dengan tatapan hampa. Memang nampak kebingungan dan kesedihan dari sorot matanya.

"Jo..."

"Iya?"

"Hmm, gimana perasaan kamu? Aku sudah dilamar?"

"Aku..."

Joana sembari berpikir agak lama dalam menjawab pertanyaan Karin. Sementara Karin langsung terduduk kembali untuk menunggu jawaban dari Joana. Dipandang agak lama Joana yang menampakan mimik datarnya itu.

"Kamu kenapa, Jo? Gimana perasaan kamu?"

"Aku turut bahagia jika kamu jatuh kepada pria yang tepat. Aku harap kamu menemukan kebahagiaan sama dia."

"Jadi kamu senang ya? Baiklah, terima kasih atas jawaban kamu. Aku sekarang tahu, bagaimana sikap aku kepada Ben melalui jawaban kamu barusan."

"Maksud kamu?"

"Nanti kamu juga tahu, Jo. Lantas kamu sama Delia ngapain pergi bareng?"

"Aku diajak berlibur ke villanya, kita nginep satu malam sih."

"Nginep di villa dia? Oh..."

"Kenapa, Rin?"

"Cuma berdua gitu?"

"Iya dan..."

Karin memandang Joana dengan kebingungan kembali. Omongannya yang terputus membuat penasaran saja. Di dalam hati Karin ada perasaan kurang suka jika ada hubungannya dengan Delia.

Stay HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang