SH 4

5.5K 1.1K 44
                                    

Di tengah remangnya suasana taman, Joana berusaha terus menuju sosok itu. Didekati dengan langkah yang perlahan namun pasti. Semakin dekat dan dekat saja.

Akan tetapi langkahnya terhenti beberapa senti dari sosok tersebut. Ia merasa terkejut seakan tidak percaya. Wanita di hadapannya kini sedang berdiri membelakangi, tepat di pinggiran kolam air mancur yang berada di tengah taman itu. Apalagi terdapat sling bag kecil yang bertengger di bahu kiri gadis itu, tas pemberian darinya.

Gemericik air menambah syahdu suasana. Ia paham betul dengan gadis di hadapannya kini. Sungguh sebuah temu yang ia idamkan sejak beberapa minggu belakangan.

Kakinya melangkah kembali sedikit demi sedikit. Tangannya memegang pundak itu. Ia menggapai dara di hadapnya. Meski gemetar tubuhnya tidak dapat ia sembunyikan namun ia tetap meraihnya.

"Karin?"

Gadis itu seketika menoleh. Benar saja itu memang gadis pujaannya. Seakan tidak percaya namun itu memang ia. Tatapan nanar dari gadis itu sungguh sendu. Tidak terasa air matanya pun mengalir di pipinya. Direngkuh mesra wanita yang sangat ia cinta.

"Jo-Joana? Ini kamu?"

"Iya, Karin. Ini aku Joana. Aku rindu kamu."

Pelukan itu semakin dalam. Disaksikan rembulan dan bintang-bintang di pekatnya malam. Dua insan itu merengkuh tubuh satu sama lain yang semakin erat saja seakan tak ingin kehilangan itu terjadi lagi.

"Aku juga rindu kamu, Jo. Rindu banget."

Tanpa terasa air mata mereka mengalir semakin deras lalu membasahi pundak satu sama lain. Semakin lekat dan tak ingin terpisahkan. Rasa rindu yang menggebu kini pecah begitu saja.

"Karin, kamu kemana saja? Aku rindu kamu dan sangat kehilangan tanpa kamu di sisi aku."

"Maafin aku, Jo. Maaf. Bukan maksudku untuk menghilang dari hidupmu."

Karin semakin terisak saja. Ia seakan menyesali apa yang sudah terjadi. Rengkuhnya semakin menguat sebagai tanda bahwa ia sangat rindu pada Joana. Gadis yang menjadi cinta pertamanya. Sosok yang sangat ia rindukan di setiap detik hidupnya.

"Ya udah, kamu ikut aku. Cerita sama aku tentang yang terjadi sama kamu selama tidak bersamaku."

Joana menggenggam lembut tangan gadis itu dan melangkah berdampingan menuju mobilnya. Sembari ia terus memandangi wajah wanita yang ia cinta. Bahagia, kecewa, rindu menjadi satu. Rasanya masih untuk Karin, perasaan sayang itu masih kuat melekat. Ia tak dapat menampik bahwa memang itu yang dirasa menggelora jauh di dasar hatinya.

Dibawanya Karin menuju kediaman Joana. Sungguh sebuah rumah yang menjadi saksi bisu akan kisah asmara mereka. Tempat tinggal yang tidak terlalu besar dengan lantai dua yang didesain khusus oleh salah satu arsitek berkelas di kota itu.

"Welcome back, dear."

Joana merangkul Karin dan memasuki rumah. Karin nampak canggung meski sudah pernah tinggal di dalamnya setahun belakangan. Ya memang Joana yang menyuruhnya untuk tinggal bersama karena Joana tidak tega jika Karin bersi keras tetap tinggal di kost-an lamanya.

"Kamu kenapa, Rin?"

"Aku malu, Jo. Karena pernah meninggalkan kamu dan rumah ini di saat aku resah pada waktu itu."

"Yang berlalu biarlah berlalu."

Joana tersenyum tulus pada Karin. Mereka melangkah menuju ruang tengah. Dimana ruangan itu berisi sofa empuk berwarna hitam dengan sebuah meja berbentuk lingkaran dengan warna senada ditambah sebuah home theater berwarna hitam pula. Ruangan itu adalah ruangan favorit mereka di kala santai dan menghabiskan waktu berdua. Sungguh telah banyak kenangan tercipta di antara keduanya.

Stay HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang