SH 15

3.2K 768 28
                                    

"Sayang, nanti sore aku jemput kamu ya di kafe. Aku mau ajak kamu jalan."

Sebuah chat via Whatsapp telah terkirim untuk Delia. Hari ini Joana ingin mengajak jalan-jalan kekasihnya itu. Ya hitung-hitung menghilangkan penat dari aktivitas hariannya.

Sore hari tiba dan Joana telah sampai di kafe Delia. Di sana sudah terdapat kekasih hatinya yang siap untuk diajak pergi. Mereka saling melempar senyuman terbaik dan bercipika-cipiki.

"Hai sayangku. Udah lama nunggu?"

"Nggak dong my baby, Jo."

"Ya udah masuk mobil, kita cus."

Tak berapa lama mobil telah dilaju oleh Joana menuju sebuah pusat perbelanjaan. Mall tersebut sangat ramai di hari Minggu ini terlebih ada lima lantai yang di tiap lantai pasti ada keunggulan masing-masing. Seperti di lantai dasar ini, sudah terdapat panggung musik yang dibintangi oleh beberapa musisi terkenal. Namun Joana dan Delia lebih memilih untuk mencari bioskop.

Setelah sampai mereka sepakat untuk menonton sebuah film dengan genre komedi romantis dari negeri gajah putih. Sepanjang film ditayangkan mereka selalu terkekeh dengan alur ceritanya. Perasaan bahagia seketika tercipta sampai terlupa seluruh lelah dan beban yang ada. Film berdurasi satu jam lebih lima belas menit itu pun usai.

"Lucu banget yank tadi itu. Haduh perutku sampai sakit ketawa mulu."

"Iya Del, aku pun nggak nyangka ada film sekocak itu. Duh sayang, film pilihan kamu top deh pokoknya."

"Ya udah sekarang kita cari makan yuk! Laper banget sayang."

"OK deh sayangku, Delia."

Mereka menuju ke lantai paling atas mall karena di sana terdapat pusat jajanan dan makanan untuk mengisi perut yang sudah kelaparan. Dengan adanya lift maka mereka lebih cepat sampai dibanding menaiki eskalator. Namun mereka harus menunggu karena lift terisi penuh sesak.

"Kenapa sayang, kok bete? Lama ya?"

"Iya, Jo. Kenapa sih, tempat makan letaknya di paling atas? Kebanyakan mall pasti gitu."

"Ya karena semua orang butuh makan dan pasti akan cari makan, dengan terletak paling atas maka otomatis orang-orang akan melalui lantai demi lantai dan ya harapannya supaya banyak customer tertarik akan tiap lantai yang dilalui."

"Tau banget sih kamu? Ya untungnya aja ada lift ya, biar nggak pakai lama."

"Iya sih, tapi kita mesti sabar nunggu karena dari tadi penuh terus."

Akhirnya mereka berdua telah sampai di lantai atas dan memutuskan untuk makan di sebuah food court yang menjual makanan tradisional. Tempat yang cukup nyaman dengan nuansa budaya Indonesia. Joana memesan makanan khas Bali seperti sate lilit dan ayam betutu sedangkan Delia memesan makanan khas Yogyakarta seperti gudeg dan sate klatak. Masalah minum mereka memilih dua botol air mineral dan dua gelas orange juice yang segar.

"Selamat makan sayang."

"Selamat makan juga my Delia. Jangan lupa baca doa."

Setelah mereka selesai makan, mereka pun melanjutkan dengan obrolan demi obrolan karena memang sudah hampir seminggu tidak bertemu karena kesibukan menyita waktu. Namun mereka sama-sama dewasa dan memaklumi itu. Terpenting komunikasi tetap berjalan lancar.

"Sayang, kamu lihat ini deh."

"Undangan? Dari siapa?"

"Kamu baca aja, Del."

Dengan teliti Delia mengambil undangan di atas meja makan dan membacanya. Ekspresinya datar-datar saja. Tidak ada senyuman atau keheranan sedikit pun.

"Oh, mantan kamu mau nikah? Minggu depan ya. Hmm, gimana perasaan kamu sayang?"

"Aku? Hmm, aku bersikap biasa aja. Kan sudah menjadi mantan."

"Nggak ada rasa kesal, sedih atau bagaimana gitu?"

"Nggak ada, aku berusaha untuk bahagia dengan pernikahan dia. Toh, itu lelaki pilihan dia kan."

"Iya kamu benar, Jo. Terus mau sama siapa ke sana?"

"Jelas sama kamu. Terus bareng sama Silvia dan Vano juga."

"Yakin sama aku? Kan aku nggak diundang, malu lah."

"Kamu lihat, itu tulisannya kan Joana & Partner. Jadi jelas aku bakalan ngajak kamu. Gimana? Kamu mau kan?"

"Ya kalau itu kemauan kamu, aku bersedia aja sayang. Cuma khawatir aja, kan nggak diundang."

"Secara nggak langsung dia tuh nyuruh aku datang sama kamu Delia sayang."

Setelah berbincang hari pun sudah malam dan mereka pun pulang. Joana mengantarkan kekasihnya selamat sampai depan pintu rumahnya. Ternyata arloji Joana menunjukan kurang lebih pukul setengah sepuluh malam.

"Sayang, aku pulang ya. Aku sayang dan cinta banget sama kamu."

Sebuah kecupan hangat mendarat pada dahi Delia dan gadis itu pun tersenyum malu.

"Masih malu-malu aja kamu sayang, kiss untuk aku mana?"

"Muach."

Delia mengecup pipi kanan Joana secara singkat dan wajahnya sudah memerah.

"Masa yang kanan doang, yang kirinya?"

"Ih kamu tuh ya. Aku malu."

"Kenapa malu? Aku kan kekasih kamu."

Delia pun ingin mencium pipi Joana satu lagi namun Joana iseng dengan mengecup bibir  Delia sehingga kekasihnya semakin merona saja dibuatnya.

"Dadah sayang, mimpi indah dan bobo yang nyenyak."

Joana langsung berlari kecil menuju mobilnya. Ternyata hujan rintik mulai membasahi bumi. Lambaian tangan Delia pun mengiringi langkah Joana yang semakin menjauh.

"Hati-hati sayang."

Delia agak berteriak pada kekasihnya itu karena hujan secara singkat mulai deras. Joana untungnya tidak terlalu basah karena langkah cepatnya menuju mobil. Dilaju roda empat tersebut ke arah kediamannya.

Suasana hujan memang sangat deras dan diiringi oleh petir yang saling bersahut-sahutan. Joana agak ragu di dalam perjalanannya kali ini akan tetapi jarak setengah jam harus ia tempuh demi sampai ke rumah. Ia sangat berhati-hati dalam menyetir di malam hari terlebih penglihatannya tidak begitu baik pada suasana gelapnya jalan.

Namun tiba-tiba sesuatu tidak terduga terjadi padanya. Naas mobil yang dikendari Joana hilang kendali karena jalanan begitu licin. Ia pun menghindari kendaraan yang berada di depannya sehingga membanting setir adalah pilihan terbaik meski rasanya begitu panik.

Pandangannya perlahan memudar, menghitam dan menghilang...

Bersambung...

Salam Manis,
Canimangel (Q)
Minggu, 3 November 2019
22.28 WIB

Stay HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang