Seminggu kemudian
"Sil, gue harus gimana nih?"
Joana tampak bingung sembari mondar-mandir di hadapan Silvia. Saat ini mereka sedang berada di ruang tengah rumah Joana. Silvia dengan santai mengemil cracker rasa keju yang ada di pangkuannya.
"Gimana apanya, Jo?"
"Ya, gue bingung nih. Besok gue liburan singkat berdua doang sama Delia. Harus ngapain gue?"
"Dih, perasaan waktu itu lo tenang-tenang aja. Kenapa jadi kaya orang gugup gitu lo? Entah apa yang merasukimu?"
"Dih, tuh kan lo ma ngeledek aja terus. Tau nih, gue mendadak jadi panik gini."
"Just relax, Jo. Everything's gonna be OK."
Joana ikut duduk di samping Silvia yang sejak tadi asik menyantap kudapan ringan disertai satu kaleng soft drink. Malam hari ini Joana begitu merasa bingung dan cemas tentang hari esok. Sementara Silvia dengan santai memandangi dirinya dengan senyuman meledek.
"Sil, lo senyam-senyum aja deh. Kasih ide kek, gue harus ngapain besok ama doi?"
"Santai aja, Jo. Mengalir aja. Nggak usah pakai rencana segala. Apa yang lo gugupin sih? Hmm?"
"Gue bayangin aja, kalau berdua sama dia terus gue ngapain? Terus gue harus apa?"
"Ya, emang lo berdua terus sama doi. Dua hari semalam lagi, nah lho! Pikirin deh tuh."
"Ishhh, lo makin bikin gue gugup. Temen nggak guna lo! Ngeledek doang bisanya."
"Ya elah, sensi sobat gue ini. OK, saran gue. Mendingan lo tidur aja ya karena besok pagi lo harus berangkat. Gue juga bentar lagi mau dijemput Vano. Makasih suguhannya."
Silvia tertawa kecil memandang ekspresi sahabatnya itu. Sementara Joana mengerucutkan bibirnya sebagai tanda bahwa ia sebal dengan Silvia. Lalu tak berapa lama betul saja bahwa Silvia dijemput Vano untuk pulang karena semenjak sore sepulang kerja Joana mengajak Silvia untuk main ke rumah. Joana berharap dapat solusi malah yang ada selalu di-bully.
Setelah rumah terasa aman barulah Joana memasuki kamarnya untuk mengistirahatkan seluruh tubuh dan pikiran. Sebelum tidur ia menatap langit-langit kamar dan mengawang wajah Delia sekali lagi. Setelah itu ia mematikan lampu kamar dan tertidur.
Pagi hari
Suara ponsel berdering keras dan membuat Joana terbangun. Suasana pagi sudah menampakan cahaya mentari yang masuk melalui celah kamarnya. Ia langsung terkesiap dan mengambil ponselnya untuk mengangkat telepon yang masuk.
"Hallo, Jo. Kamu di rumah kan? Aku udah di depan rumah kamu nih."
"Astaga! Maaf ya, Del. Maaf banget. Aku baru aja bangun nih. OK, aku ke depan. Tunggu."
"OK deh, Jo."
Tanpa berpikir panjang, Joana langsung bergegas ke depan rumahnya dan menemui Delia yang sudah berada di dalam mobilnya. Dilihatnya Delia dengan tampilan casual disertai senyum tipis. Joana tidak menyangka bahwa mimik wajahnya tetap manis dan tidak nampak kekesalan di sana.
Joana masih memakai piyama panjangnya yang berwarna keunguan. Rambutnya masih acak-acakan. Namun ia berusaha senyum dalam kikuknya karena merasa tidak enak dengan Delia.
"Del, maaf ya. Aku kesiangan nih. Capek banget semalam."
"Santai aja. Baru juga jam tujuh pagi, kamu mandi dulu gih."
"Ya udah aku mandi, kamu masukin mobilnya aja dulu."
"OK, deh."
Mobil tersebut memasuki rumah Joana dan ia pun segera mandi. Untuk persiapan berlibur sudah ia persiapkan sedemikian rupa. Malah dirinya lah yang belum nampak siap, sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Here
RomanceCinta itu bisa menyembuhkan sekaligus menyakitkan. Cinta itu bisa membahagiakan sekaligus menyedihkan. Cinta itu sulit dideskripsikan namun dapat dirasakan. Yuk silakan baca! Warning!!! This is GxG (Girl x Girl) or Yuri genre! Note: Just skip if you...