"Astaga! Non Delia nggak apa-apa?"
Ternyata pak Ujang dan bi Siti mendekat ke arah mereka. Tatapan mereka berdua jadi terbuyarkan. Kedua pekerja villa tersebut nampak heran memandang ke arah Delia dan Joana. Namun pak Ujang dan bi Siti berusaha untuk kembali tenang.
"Iya pak Ujang. Delia nggak apa-apa kok."
"Bener nih non? Mungkin kakinya terkilir atau apa gitu?"
"Nggak pak, beneran kok."
"Soalnya tadi bi Siti lihat non jatuh terpeleset gitu kan takutnya non sakit jadinya."
"Beneran nggak apa-apa kok tadi ada Joana yang nolong Delia kan. Jadi pak Ujang sama bi Siti nggak perlu khawatir. Ya udah ke sana yuk, aku mau lihat kolam renang."
Joana dan Delia pun bersikap seperti biasa lagi lalu mereka berempat menuju kolam renang yang cukup besar itu. Ya, kolam renang pada umumnya yang berbentuk persegi panjang dengan air berwarna biru jernih. Pemandangan taman belakang villa yang hijau berpadu dengan birunya langit dan jernihnya air kolam, sungguh menawan.
"Jo, duduk dulu yuk!"
Delia mengajak Joana untuk duduk di sebuah dipan yang terdapat di pinggiran kolam. Ada lima buah dipan di sana untuk mengistirahatkan tubuh usai renang atau hanya bersantai sembari berjemur. Namun kali ini Joana dan Delia berada dalam satu kursi santai itu. Mereka berdua duduk di pinggirnya sembari bercerita.
"Dulu jaman sekolah, kalau libur semester aku sering ke sini. Ya bareng mama sama papa. Tapi..."
"Hm? Tapi apa, Del?"
"Tapi pas aku selesai wisuda dan nggak berapa lama setelah itu, mereka memutuskan untuk pisah."
"Oh, kalau boleh tau apa penyebabnya?"
"Papa selingkuh dengan rekan sekantornya dan lebih memilih wanita itu dibanding mama sama aku."
"Kamu yang tabah ya, lagi pula kamu tumbuh jadi wanita yang mandiri. Aku bangga lho sama kamu. Masih muda sudah punya usaha sendiri."
"Ya, aku harus tegar. Meski sakit sekali rasanya. Papa sudah meminta maaf padaku tapi tidak ada yang baik-baik saja dalam sebuah perpisahan bukan?"
"Hm, kamu benar. Aku pun merasakan itu."
"Maksud kamu? Apakah orangtua kamu berpisah, Jo?"
"Bukan, tapi aku diputuskan oleh seseorang padahal aku sudah tiga tahun bersama dia dan bahagia sekali bersamanya."
Delia terbungkam sesaat dan nampak mimik wajahnya berubah menjadi sedikit muram. Senyum tipisnya juga menghilang seketika. Matanya yang sedari tadi memandang Joana pun langsung beralih pandang ke berbagai sisi. Terlihat bahwa Delia kurang menyukai perkataan Joana baru saja.
"Lalu, kamu masih cinta sama mantan kamu itu? Udah lama kalian putus?"
"Ya beberapa bulan ini, kurang lebih semenjak kita kenal. Kalau untuk perasaan, ya masih ada tapi tidak sebesar dulu karena aku telah mengikhlaskan dia bersama pria lain."
Ekspresi Delia seperti aneh dan agak lama dalam berpikir. Joana pun keceplosan berbicara seperti itu yang pastinya membuat Delia berpikir macam-macam. Cerobohnya Joana ini, gerutunya dalam hati.
"Tunggu! Bersama pria lain? Lha? Pacar kamu gay?"
"Hmm, itu anu. Hmm, bukan gay tapi..."
"Tapi apa, Jo?"
"Mantan aku itu perempuan juga."
"Apa? Jangan bilang dia itu Karin?"
"Iya, memang dia. Kamu bisa membaca gelagat kami ketika bersama ya?"
![](https://img.wattpad.com/cover/199543419-288-k61489.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Here
RomanceCinta itu bisa menyembuhkan sekaligus menyakitkan. Cinta itu bisa membahagiakan sekaligus menyedihkan. Cinta itu sulit dideskripsikan namun dapat dirasakan. Yuk silakan baca! Warning!!! This is GxG (Girl x Girl) or Yuri genre! Note: Just skip if you...