Dunia seakan runtuh dan Delia merasa terpukul sekali dengan keadaan Joana kini. Ternyata Joana benar-benar tidak mengenali dirinya. Wajah kekasihnya yang selalu tersenyum maka kini sirna sudah.
"Kamu kenapa nangis? Maaf, aku benar-benar nggak tahu siapa kamu."
"Aku Delia. Entah kamu percaya atau tidak bahwa aku adalah kekasih kamu."
"Nggak, itu semua nggak mungkin. Kekasih aku itu Karin. Iya, dia kekasih aku dan bukan kamu."
Joana meringis sembari memegang kepalanya. Ia mencoba mengingat tentang gadis di hadapannya dan tetap saja ia belum bisa mengingat apapun. Di pikirannya hanya Karin yang memang menjadi kekasihnya.
Tanpa terasa air mata mengalir di kedua pipi Delia. Ia terisak dan berlari kecil untuk keluar dari kamar perawatan. Sungguh tidak sanggup menghadapi kenyataan itu.
Pikirannya benar-benar buntu. Ia tidak mengerti mengapa secepat ini kebahagiaannya terenggut. Padahal ia sedang menikmati bahagia yang selama ini ia damba.
Kedua orangtua Joana melihat kesedihan yang ada pada Delia yang kini bersandar di dinding rumah sakit tepat di depan kamar perawatan Joana. Mama Joana menghampiri dengan perlahan dan menanyakan tentang yang terjadi. Ia pun antusias mendengarkan keluh kesah gadis tersebut.
"Del, kamu kenapa nak?"
Delia masih terdiam sembari sedikit terisak. Ia ingin sekali tidak menangis namun apa daya bahwa hatinya sakit sekali. Ia berusaha untuk meredam tangisannya itu.
"Delia, apa yang terjadi di dalam?"
"Tante, ada apa dengan Joana? Kenapa dia nggak ingat aku?"
Mama Joana terdiam sejenak sembari menarik napas dalam. Ia pandangi Delia sesekali sembari memikirkan kata-kata yang tepat tentang kondisi anaknya. Usapan lembut ia berikan di punggung Delia demi menenangkan gadis itu.
"Sebenarnya dokter bilang bahwa Joana sedang mengalami Short Term Memory Loss."
"M-Maksud tante?"
"Jadi, singkatnya Joana menderita kehilangan ingatan jangka pendek dan entah memori apa yang hilang dari ingatannya."
"Astaga tante, pantas kalau Joana nggak kenal aku."
Delia merasa depresi ketika mendengar fakta tersebut. Ia tertunduk sembari mengacak sedikit rambutnya. Matanya menatap nanar lantai rumah sakit dan pikirannya mengawang entah kemana.
"Maafin Joana ya nak kalau dia buat kamu tersinggung. Kamu harus maklum kalau dia lagi sakit dan dokter bilang ingatannya bisa pulih kalau diterapi rutin namun semua butuh proses yang tidak sebentar."
"Bukan salah Joana tante, mungkin ini semua memang sudah takdirnya begini. Delia akan berusaha memahami kondisi Joana."
"Tante harap, kamu ikut membantu pemulihan Joana ya."
"Iya tante, Delia akan berusaha demi kesembuhan Joana. Kalau gitu, lebih baik Delia pergi dulu. Kasihan Joana butuh istirahat."
"Ya sudah, kamu hati-hati ya. Terima kasih sudah menjenguk."
Delia akhirnya meninggalkan rumah sakit tersebut. Ia ingin menenangkan dirinya dari kejadian yang membuat syok tersebut. Sungguh bagai kebahagiaan yang dirampas seketika dan menyisakan air mata.
***
Dua Hari Kemudian
Langit biru, udara segar dan cahaya mentari telah terpancar. Joana termenung di taman belakang rumah yang hijau nan asri. Ia terduduk pada kursi rodanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Here
RomanceCinta itu bisa menyembuhkan sekaligus menyakitkan. Cinta itu bisa membahagiakan sekaligus menyedihkan. Cinta itu sulit dideskripsikan namun dapat dirasakan. Yuk silakan baca! Warning!!! This is GxG (Girl x Girl) or Yuri genre! Note: Just skip if you...