Bukan kemauan mereka walaupun keduanya kini duduk-duduk santai di ruang tunggu poli bedah di salah satu rumah sakit di Jakarta. Kalau bisa, mereka lebih milih untuk rebahan mengingat ini hari Minggu. Hari yang biasanya digunakan orang-orang normal untuk bermalas-malasan dan memadu kasih dengan kasur tercinta. Tapi, apa boleh buat? Keduanya justru terdampar bersama orang-orang sakit yang ternyata jumlahnya masya Allah banyak.
Niatnya, hari ini mereka mau rekreasi. Bukan, bukan rekreasi, sih. Tapi, makan. Makan bersama teman lama yang rasanya sudah lama sekali tidak berjumpa. Padahal terakhir kali mereka bertemu itu seminggu yang lalu. Keyla, salah satu dari kedua gadis yang menunggu di depan poli bedah itu yang mengusulkan. Katanya, terlalu banyak di rumah bisa mempengaruhi sifat seseorang. Karena dirinya terlalu lama berdiam diri di rumah pasca operasi besar-besarannya beberapa bulan yang lalu, akhirnya ia mengajak Elsa--temannya yang kini duduk anteng di sampingnya untuk makan di salah satu restoran cepat saji. Elsa menyanggupi karena ia juga bosan di rumah. Tapi, keduanya teringat sesuatu bahwa restoran cepat saji tanpa satu orang laki-laki berisi yang bersembunyi di balik poli ini akan terasa kurang lengkap. Jadi, di sinilah mereka.
"Dokter Nata lama banget, deh. Kalau tau begini mending dia enggak usah nyanggupin," keluh Elsa sambil sesekali meregangkan tubuhnya. Keyla mengangguk. Benar juga. Siapa, sih yang tidak kenal dengan pekerjaan hectic seorang dokter? Sekalipun dokter Nata itu masih residen, tapi sudah bisa dibilang dia itu sibuk dilihat dari ketidakmunculannya dari balik pintu poli.
Oh, dokter Nata itu teman mereka. Teman ketemu gede, istilahnya. Awalnya, yang mengenal dokter Nata itu Keyla. Keyla bertemu dokter Nata sewaktu ia akan menjalani operasi jantung dengan skala besar. Dokter Nata yang memberikan semua info, mulai dari efek samping, dan segala macamnya. Kesan pertama yang diberikan dokter itu pada Keyla juga baik, makanya Keyla dengan senang hati mengenalkan dokter Nata pada Elsa. Dan dengan keisengan serta kekurangkerjaan oknum bernama Elsa, terciptalah sebuah nama yang menaungi mereka bertiga.
We Bar Bar.
Awalnya, dokter Nata protes sampai ngotot-ngotot mengatakan bahwa nama itu sama sekali tidak bagus. Kenapa tidak mencoba nama yang lebih bagus dari itu? Tapi, ya namanya juga Elsa. Gadis itu berdalih bahwa nama geng yang ia buat hanya untuk kepentingan hiburan semata. Lagi pun lucu, katanya. Kartun beruang dengan nama yang hampir serupa dengan nama geng mereka juga terdiri dari tiga beruang. Dan mereka juga ada tiga orang, bedanya mereka bukan beruang.
Kalau kata Elsa begini, "Ya udah, biar adil kayak gini aja. Dokter Nata merepresentasikan arti dari We-nya itu sendiri, sedangkan aku sama Keyla itu mewakili si Bar Bar. Gimana?" dan yang bodohnya lagi adalah dokter Nata setuju.
Pintu poli bedah terbuka, menampakkan sosok dokter laki-laki lengkap dengan sneli putih serta stetoskop yang menggantung di leher. Sudah bukan rahasia lagi kalau itu dokter Nata. Hari ini dokter Nata memang kebagian jaga di poli yang membuat dia bisa sedikit lebih santai dari biasanya. Jaga di poli itu enak, jamnya teratur. Sekitar jam tiga sore, semua poli sudah tutup. Jadi, ada waktu untuk dokter Nata mengajak main dua bocah bar bar-nya ini.
"Lama nunggunya?" tanya dokter Nata dengan masing-masing tangannya yang bertengger pada bahu Keyla dan Elsa. Tinggi dokter Nata memang tidak setinggi artis-artis Korea. Tapi, menurut Elsa, dokter Nata sudah lebih dari cukup untuk itu. Beda dengan Keyla, hanya ada jarak dua atau bahkan lima senti antara tingginya dengan tinggi dokter Nata.
"Dok, siapa, sih yang bakal kuat nungguin dokter satu jam keluar dari poli demi makan di restoran ayam selain kita?" celetuk Elsa.
"Kalau ada coba kasih tau," tambah Keyla. Dokter Nata hanya tertawa kecil menanggapi omongan dua bocah di rangkulannya ini. Memang, sejak awal mereka membentuk We Bar Bar, dia merasa seperti diurus. Hal-hal kecil seperti bekal untuk dia bawa ke rumah sakit diurus oleh Keyla, sedangkan Elsa sesekali datang siap sedia menemaninya bicara di kala jam makan siang.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Bar Bar
Teen FictionIni cerita dokter Nata dan dua kawanannya, ditambah dokter Faris yang entah datang dari mana. ©mochikuchim 2020