Chapter 23

1.3K 180 9
                                    

Yey sesuai janji aku di chapter sebelumnya aku bakal update hari ini!!
Tapi karena bentar lagi aku ada ujian plus banyak tugas akhir, aku ngga tau bakal update tepat waktu atau ngga, tapi aku usahain bakal update paling lama 2 minggu 1 kali ya.

Maafkan author kalian yang sok sibuk ini wkwk.

Happy Reading all 🤗💙















































"Bersiaplah untuk bermain denganku Rose-ssi"

🚫🚫🚫

Plakk

Rose terbangun akibat sebuah tamparan dipipinya. Kepalanya pusing, matanya tak bisa melihat dengan jelas, ditambah lagi ruangan ini begitu gelap walaupun nyatanya ada sebuah jendela di sisi ruangan itu.

Diliriknya jendela itu, dan akhirnya ia mengetahui bahwa saat ini masih malam hari. Pandangannya teralihkan pada gadis yang berdiri di depannya. Tinggi, ramping, wajahnya ditutupi masker. Ia memakai heels hingga Rose tahu bahwa gadis ini tak lebih tinggi darinya.

Plakk

Gadis itu kembali melayangkan tamparan keras pada Rose, membuat sudut bibirnya mengeluarkan cairan merah hangat. Rose meringis kesakitan, namun tangan dan kakinya yang diikat membuatnya tak bisa melakukan apapun.

Gadis itu mulai berjalan menuju ke pinggir ruangan, menghampiri meja yang ada disana. Ia membuka lacinya dan mengambil sesuatu dari sana. Seketika mata Rose membelalak.

Gadis itu mengambil sebuah cutter yang sudah berkarat, lantas kembali menghampiri Rose.

"Kau tahu?? Karenamu oppaku tak mempedulikanku lagi"

Plakk
Plakk

Gadis itu kembali menampar Rose. Luka di sudut bibir Rose yang tadinya kecil kini membesar, membuat cairan merah itu keluar lebih banyak lagi.

Dukk
Dukk

Ia meninju dan menendang Rose. Kepala, tangan, kaki bahkan perut pun tak luput dari pukulannya. Ia menjambak rambut indah milik Rose, lantas memotongnya dengan cutter yang tadi diambilnya sependek mungkin.

Rose terlalu pusing dan lemas untuk memberontak. Sepertinya kadar obat bius yang dimasukkan gadis tadi cukup tinggi, menyebabkan efeknya belum hilang hingga sekarang.

Ia membuang cutter itu, dan melepas sabuk yang dipakainya. Ia mencambuk Rose, sabuk berbahan kulit itu membuatnya semakin sakit saat bersentuhan dengan kulit Rose. Sekujur tubuhnya terkena cambukan.

"Hentikan... Kumohon" lirihnya.

Namun seakan tuli, gadis itu terus melanjutkan kegiatannya. Rose semakin lemas, namun ia berusaha memberontak, membuat gadis itu semakin kesal dengannya. Lantas gadis itu mengeluarkan pisau lipat yang disembunyikannya di dalam jaketnya.

"Diamlah!!!" teriaknya sembari mengayunkan pisau lipatnya ke lengan Rose, menciptakan sebuah luka yang cukup besar disana.

"Akh!!" ringisnya.

"Kau tahu?? Rasa sakit ini tak sebanding dengan apa yang ku rasakan" katanya sambil kembali menyayat lengan Rose yang satunya.

Seakan tak puas, ia berjongkok, dan menyayat kaki Rose, vertikal dari lutut hingga pergelangan kakinya. Luka besar itu menyebabkan darah Rose berceceran di lantai ruangan tersebut.

Aksinya belum selesai. Gadis itu mencambuk kaki Rose tepat di luka besar yang tadi ia ciptakan.

"Aaaaaaaa!!!" teriaknya. Rose memberontak sekuat tenaganya begitu merasakan betapa sakit kakinya itu.

Mendacium Et Veritas | ROSEKOOK ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang