Bab 4

4.3K 693 98
                                        

Dilarang menjiplak, menyalin dan mempublikasikan karya-karya saya tanpa izin penulis.

.

.

.

Bab 04

.

.

.

Happy reading!

.

.

.

"Maafkan aku!" Yulan berkata lirih setelah mereka kembali ke tempat peristirahatan. Suara aliran sungai yang tenang membuat Yulan sedikit mengantuk. Udara musim gugur berembus, membelai wajah putri sulung Qiang yang menwan dengan ciri khasnya.

Yulan menjeda, menundukkan kepala saat Mong tidak menjawab, sibuk memeriksa pergelangan kaki Yulan yang cedera. "Seharusnya aku tidak berada di sana."

Setelah selesai memeriksa cedera Yulan, Mong mengangkat wajah. Ditatapnya lurus gadis remaja yang Sembilan tahun lebih muda darinya. Yulan masih menundukkan kepala dalam, terlihat menyesal.

Mong mengeluarkan salep dari dalam kantung perbekalannya, dengan gerakan lembut dia mengusapkan salep berbau harum itu ke pergelangan kaki Yulan yang cidera. "Mengintip orang terlebih pria yang tengah mandi sangat tidak sopan, Yulan!" kata Mong memulai pembicaraan mereka dengan nada serius.

Embusan napasnya terdengar keras sebelum ia kembali bicara. "Ayah dan ibumu pasti akan memberimu hukuman berat jika mereka tahu perilakumu ini."

"Tapi, Kak, siapa yang menyuruh mereka mandi di tempat terbuka seperti itu?"

Hening.

Tatapan keduanya bertemu untuk beberapa waktu.

Yulan menarik napas dalam lalu mengeluarkannya dengan keras. "Aku hanya gadis remaja normal yang tidak bisa melewatkan kesempatan emas yang ada di depan mataku," tambahnya, serius.

Suasana hening kembali menguasai. Mong mengerjapkan mata beberapa kali. Dalam hati dia bertanya; sebenarnya Yulan mirip siapa? Bibi Niu dan Paman Qiang jelas memiliki sifat yang bertentangan dengan putrinya.

"Yang kau lakukan bertentangan dengan norma." Mong menjelaskan dengan nada lembut. Wanita itu berusaha untuk tidak menggurui. Ia terdiam saat Yulan balas menatapnya dengan pose berpikir. "Kenapa melihatku seperti itu?"

"Kakak, kau aneh," kata Yulan, masih dengan nada dan ekspresi serius yang sama.

"Aneh?"

Yulan menganggukkan kepala. Tangan kanannya dikibaskan ke udara. "Apa kau tidak penasaran bagaimana bentuk tubuh pria?"

Hening.

"Apa ada yang salah?" Yulan kembali bicara saat Mong menatapnya dengan mulut terbuka lebar. "Kau dan aku hanya wanita muda biasa. Wajar jika memiliki rasa ingin tahu, kan?" Kedua bahunya kembali diangkat, ringan. "Salah mereka yang mandi di tempat terbuka seperti itu. Kejahatan tidak akan datang jika tidak ada kesempatan." Penjelasan Yulan membuat Mong semakin tidak bisa berkata-kata. Cara berpikir putri sulung pangeran ketiga itu terlalu unik untuk seorang gadis muda dari kalangan bangsawan. "Omong-omong, apa yang akan kita makan, Kak?" Pertanyaan itu disusul suara perut Yulan. Ia menepuk pelan perutnya dengan ekspresi sedih. "Aku sudah sangat lapar."

Mong tidak langsung menjawab. Ia melempar tatapan kea rah sungai. "Kelinci yang kutangkap terlepas tadi," ujarnya membuat gadis remaja di hadapannya terlihat kecewa. "Tapi jangan khawatir, aku akan menangkap beberapa ikan untuk makan siang kita. Jangan pergi kemana pun saat aku pergi. Apa kau mengerti?"

TAMAT - MONG (Princess Of The Desert)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang