Highest rank #1 Palace
VERSI LENGKAP BISA DIBELI DI GOOGLE BOOK/PLAY
Awalnya Mong hanya ingin melarikan diri dari keharusan menikah dengan pria pilihan Kepala Suku Chuan. Namun, perjalanannya bersama Yulan serta pertemuan dengan Putra Mahkota Kekais...
Dilarang menjiplak, menyalin dan mempublikasikan karya-karya saya tanpa izin penulis.
Source pics : Pinterest
.
.
.
Bab 09
.
.
.
Happy reading!
.
.
.
Yulan masih terlihat marah saat berjalan cepat mengekori Guang Wei bersama dengan Mong. Beberapa saat sebelumnya, seorang murid laki-laki memberitakan kepada Guang Wei jika ada dua orang tamu datang mencarinya dan Yulan.
"Kira-kira siapa yang datang mencarimu?" Mong akhirnya bertanya, berusaha mengalihkan kemarahan Yulan terhadap Guang Wei.
"Mungkin utusan ayah," jawab Yulan, menekuk kening dalam. Ia terdiam beberapa saat sebelum kembali bicara. "Tapi jika utusan ayah, kenapa harus mencari Guang Wei juga?"
Mong tidak langsung menjawab. Ia berpikir sejenak. "Mungkin pamanmu yang datang."
Kedua mata Yulan terbelalak. Tidak jauh di depan mereka, Guang Wei secara diam-diam menguping pembicaraan keduanya. "Bagaimana jika ayahku yang datang?"
"Memangnya kenapa jika Paman Qiang yang datang?" Mong balik bertanya.
Yulan mengembuskan napas berat. "Ayah pasti akan membawaku pulang secepatnya." Ia melirik singkat kepada Mong. "Kakak akan pergi kemana setelah ini?"
Mong mengangkat bahu. "Entahlah," jawabnya. "Aku hanya akan mengikuti kemana angin berembus."
"Boleh aku ikut?" Yulan mengeluarkan jurus andalannya. Ekspresi memohonnya terlihat sangat menggemaskan hingga Mong nyaris tidak bisa menolak permintaan gadis remaja itu. Ditariknya pergelangan tangan Mong hingga wanita itu berhenti berjalan. "Jika Kakak bicara dengan ayah, beliau pasti akan mengizinkan aku untuk pergi mengembara denganmu."
"Mengembara apa?" Suara bernada tegas itu membuat Mong mengatupkan kembali mulutnya yang sudah terbuka lebar, siap bicara.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yulan langsung menjerit, berlari saat mengenali pemilik suara tadi. "Paman Yong!" pekiknya, menghambur kearah Yong yang tengah duduk di atas sebuah kursi kayu di depan Paviliun Penyambutan. "Aku rindu Paman!"
Ekspresi galak Yong seketika melembut saat membalas pelukan keponakannya. Ia tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum saat berhadapan dengan Yulan.
"Apa yang Paman lakukan di sini?" tanya Yulan sesaat setelah melepaskan pelukannya. Wajahnya ditekuk saat Yong mengacak pelan rambutnya. Yulan memang selalu diperlakukan seperti anak kecil oleh paman-pamannya. Kecuali oleh Jian Gui tentu saja karena mereka belum pernah bertemu. "Apa Paman datang seorang diri?"