Bab 44. Teratai di Atas Lumpur

610 134 12
                                    

Dilarang menyalin, menjiplak dan mempublikasikan cerita-cerita saya tanpa seizin penulis.

.

.

.

Happy reading!

.

.

.

Rombongan An Guo kembali ke istana keesokan harinya. Keduanya berkuda bersisian dan segera menghadap ke hadapan raja tanpa disertai oleh Jian Lei.

Di balairung, keluarga kerajaan, bangsawan penting dan pejabat istana sudah menunggu dengan keingintahuan besar. Di tempat duduknya, Ibu Suri tidak bisa menyembunyikan suka citanya sekaligus kesedihan saat melihat kedua cucu yang kini telah tumbuh dewasa.

Kedua pangeran memberi hormat kepada raja, lalu berdiri tegak di hadapan kursi takhta, menunggu sang raja untuk bersuara.

"Hanya kalian berdua?" Jian Gui menggerak-gerakkan jari jempol dan telunjuk kanannya berulang-ulang. Ekspresi pria itu tidak terbaca saat ini. "Bukankah Jian Lei dan Yulan juga datang bersama kalian?" tanyanya.

An Guo mengangkat kedua tangan yang bertangkup di depan dada. Ia menjawab dengan tenang. "Lapor Ayahanda, Yulan tidak bersedia untuk ikut ke istana."

Sudah kuduga. Jian Gui bicara di dalam hati. Hanya dengan satu kali melihat saja dia tahu jika sifat putri dari adik ketiganya itu lebih mirip Chao Xing daripada orang tuanya. "Apa dia mengatakan alasannya?"

"Lapor, Yang Mulia." Kali ini Guang Wei yang bicara. "Yulan mengatakan jika dia akan masuk ke istana dengan caranya."

Bisik-bisik menjalar cepat. Para pejabat dan anggota kerajaan mempertanyakan kelancangan Yulan.

Guang Wei menggendikkan bahu. "Siapa yang bisa melarangnya?"

Mengembuskan napas panjang, Ibu Suri berkata. "Apa Yulan tidak merindukanku?" tanyanya, sendu. "Aku sudah lama menunggu untuk bisa bertemu dengannya."

"Aku bisa mengantar Ibu Suri untuk bertemu dengannya." Guang Wei terlihat sangat bersemangat. Ia tersenyum lembut menatap yang lebih tua.

Di tempat duduknya, Liqin berdecak pelan. Wanita itu menggelengkan kepala. "Sikap Yulan sangat tidak sopan. Seharusnya dia belajar tata krama istana atau belajar di Perguruan Feniks bersama kedua sepupunya. Namun, aku tidak mengerti kenapa Pangeran Ketiga dan Putri Niu tidak mengizinkan Yulan untuk belajar di Perguruan Feniks?"

"Karena semua peraturan itu mengikatnya." Nada bicara Guang Wei berubah dingin. Ekspresi Putra Mahkota Kekaisaran Angin itu terlihat terganggu. Ia bahkan tidak segan membalas tatapan Permaisuri yang melihatnya dengan satu alis diangkat, tinggi.

Tersenyum miring, Liqin melambaikan satu tangan dengan gerakan anggun. Ia sedikit mencondongkan tubuhnya saat bicara. "Tapi dia berniat masuk istana, itu artinya Yulan harus patuh pada peraturan. Jadi apa bedanya?"

Ada jeda pendek sebelum Liqin lanjut bicara. "Jika berada di bawah bimbinganku, Yulan pasti patuh dan bersikap seperti seorang putri yang sesungguhnya."

"Apa Anda sedang menyindir cara mendidik Paman Renshu dan Bibi Niu, Permaisuri Liqin?" Pertanyaan Guang Wei membuat balairung diliputi oleh ketegangan.

"Cara mendidik mereka memang memang salah hingga Yulan berani membangkang," balas Liqin, sinis. "Aku tidak salah bicara. Coba lihat An Guo, dia sangat patuh di bawah pengasuhanku."

Guang Wei tersenyum sinis. "Ternyata keputusan Paman Ketiga sangat tepat, Yulan lebih baik berada jauh dari istana." Ia menunjuk Permaisuri Liqin dengan dagunya. "Orang-orang di dalam istana hanya akan mematahkan sayap indahnya."

TAMAT - MONG (Princess Of The Desert)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang