Aldi menghela nafasnya. Ia tau Ray bukan tipe perempuan yang suka berbelanja banyak barang terbukti sampai saat ini hanya es krim yang ada di genggaman.
Tapi ini sungguh lebih merepotkan Ray mendatangi setiap toko dan pergi setelah mengelilinginya. Kalo dia tidak ingat terhadap janjinya ia sudah pergi meninggalkan adiknya itu. Tapi apakah bisa ia melakukannya?, Ia mendengus dengan pemikirannya itu.
"Ray abang lelah, lapar pula. Udah berapa toko yang kita datangi semenjak dari lantai dasar. Kalo kamu mau, ambil aja gak perlu lihat harga. Rasanya kaki abang mau copot." Keluh Aldi yang berjalan gontai di belakang Ray.
Ray melihat abangnya, ia merasa kasihan juga. "Gak ada yang Ray butuhin sebenernya Bang. Yaudah kita ke tempat makan aja." Tanpa menunggu persetujuan Ray langsung menarik tangan sang Abang menuju restoran Italia disana. Dan memilih tempat duduk di samping dekat jendela.
Setelah memesan beberpa makanan Aldi menatap adiknya "Kalo Ray gak mau belanja kenapa kesini?" Tanya aldi penasaran. Kenapa tidak menghabiskan waktu di rumah dengan bermain game atau mengacaukan dapur seperti biasanya.
Ray menghela nafas."Ray itu pengen jalan-jalan lagi sama Abang, habisin waktu sama abang, semenjak liburan kemarin Abang jarang di rumah, jarang berangkat dan pulang bareng juga. Sebenernya Abang kemana? Akhir-akhir ini jarang di rumah." Rentetan pertanyaan yang ia ajukan, bukan membatasi tapi ia hanya khawatir hal apa yang membuat Abangnya berubah beberapa minggu terakhir.
Aldi menatap bersalah adiknya, menjawab pertanyaan sang adik di sela memakan makanan yang baru saja datang. "Ray, maafin Abang sebelumnya karna gak sempet cerita. Akhir-akhir ini Abang sibuk belajar mengenai perusahaan dengan paman Andre. Ray kan tau selesai sekolah nanti selain Abang harus kuliah Abang juga nerusin perusahaan papa yang sekarang di pegang paman Andre. Maafin Abang karna gak sempat bilang sama Ray , Abang gak mau Ray khawatir. Perusahaan butuh penerus kasian kita ngerepotin paman terus. Ray ngerti kan? Tenang aja kali ini Abang akan usahakan pulang bareng sama Ray lagi"
Ray terdiam, ternyata selama ini ia memikirkan hal yang salah. " Maafin Ray Bang, Ray terlalu banyak menuntut, merepotkan Abang terus. Tapi Ray mohon jangan ada yang Abang tutup dari Ray, bukan kah lebih baik Ray khawatir karna Abang lembur di kantor dari pada khawatir karna memikirkan hal yang tidak-tidak. Maafkan Ray yang menyusahkan terus" Ray menunduk, tubuhnya bergetar menahan air mata yang akan keluar.
Ray tau dia akan jadi sosok yang manja di depan sang kakak, bukan maksud mengekang hanya saja dia khawatir terjadi sesuatu pada sang kakak ,, hanya Rivaldi yang dia miliki saat ini.
Aldi menatap teduh adiknya , berpindah tempat duduk ke samping adiknya, sudah cukup berapakali hari ini adiknya menangis. Tanpa peduli banyaknya pasang mana yang menyaksikan Aldi memeluk Ray mencoba menenangkan.
"Ray gak pernah merepotkan Abang, itu artinya Abang masih di butuhkan. Abang lebih tidak suka kalau Ray mengandalkan orang lain. Ray itu prioritas untuk Abang" Aldi tersentak karna bukannya tenang Ray malah semakin kuat menangis.
Membalas pelukan sang Abang. Dan tapa mereka ketahui ada tiga pasang mata yang menatap mereka penasaran.
Tbc
Seperti biasa beritahu aku kalo ada kesalahan...
Terimakasih sudah mau meluangkan waktunya untuk membaca cerita ini...
![](https://img.wattpad.com/cover/199133944-288-k481163.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RaySita / (Hiatus)
Teen FictionSekedar cerita tentang perasaan, persahabatan dan pengorbanan.