Sabtu ini Ray berencana untuk bermalas-malasan di rumah. Karna sang abang sedang ke sekolah melakukan serangkaian kegiatannya di kepengurusan Osis. Apakah Ray belum bilang kalo Sabtu dan Minggu sekolahnya libur? Ok sekarang kalian sudah tau.
Setelah sarapan ia kembali menuju kamarnya untuk melanjutkan bacaannya. Saat ia akan mengambil buku, notifikasi panggilan berbunyi dengan nyaring.
'Keenan?' Ray mengerenyit heran.
"Hallo? Kenapa Kee?"
"Ray ngumpul sini ,, ada yang lainnya juga" Ray mendengar suara tawa Dania yang lumayan keras.
"Kumpul dimana? Ada siapa aja si? Males keluar gua" jangan bilang plan untuk hari ini hancur.
"Sini Ray banyak orang kok. Kita gak sengaja ketemu yaudah sekalian ajak kumpul yang lain. Kapan lagi coba nongki-nongki gini" itu suara Dania pasti dia sudah merebut HP Keenan.
Ray menghela nafas "Yaudah send location aja."
"Ok gua tunggu" jawab Dania kelewat ceria.
Pupus sudah harapannya untuk bermalas-malasan tapi dia berfikir mungkin moment ini gak akan terulang lagi. Setelah bersiap siap dengan tampilan casualnya. Hanya sweater oversize , jins dan sepatu Kets. Ray memutuskan untuk memesan grab, ia malas untuk menyetir.
Sesampainya Ray di Mall ia langsung menuju ke tempat teman-temannya berada. Memasuki cafe disambut dengan lambaian teman-temannya yang menyuruhnya untuk menempati kursi kosong di sebelah Keenan. Ada Keenan, Diva, Dania, Fania dan Alvian.
"Pesen dulu Ray" ucap Dania
Setelah memesan ia melihat sekitar dan mendengarkan cerita teman-temannya sesekali suara tawa mereka mendominasi yang hanya di tanggapi seulas senyum oleh Ray.
Ray menatap semua temannya dengan sorot sendu. Akan kah semua akan terulang. Sadar sedari tadi Ray hanya terdiam dan sesekali bergumam semuanya terdiam.
"Ray? Lu sakit?" Tanya Dania.
Ray terkejut saat Dania memegang tangannya "Hah? Ng.. nggak gue gak papa" menatap Dania dengan senyum tipisnya.
"Kesini sama siapa Ray?" Tanya Keenan
"Sendiri, naik grab tadi" Ray terkejut saat Diva mengambil beberapa potong kue yang ia pesan.
"Ray pesen makanan itu di makan bukan didiemin" kata Diva santai, ia sudah lama kenal Ray jadi ia tau Ray takan marah padanya.
"Isshh kalo mau pesen aja Div" Dania mencubit lengan Diva.
Ray terkekeh dan berhenti saat ia sadar Alvin menatapnya intens " Ini div makan aja semua gak mood, sayang kalo di diemin kan" Ray menggeser piringnya ke hadapan Diva.
"Jangan Ray" ucap Dania, yang di jawab gelengan dari Ray pertanda tidak apa-apa.
"Wahh temen yang baik emang lo Ray" jawab Diva antusias.
"Ray besok jadi yah?" Tanya Dania
Ray mengangguk "Fan lo beneran gak bisa ikut nih?" Tanya Ray memastikan.
Fania menggelang "Maaf yah Ray gak bisa gue,, udah ada plan soalnya"
Ray menganggukan kepalanya. "Jalan-jalan yuk. Timezone dulu atau ngapain gitu" ajak Dania yang di setujui oleh yang lain.
Dania dan Diva memimpin disusul Keenan dan Fania yang beriringan di ikuti Ray dan yang paling belakang Alvian. Alvian akhirnya memutuskan untuk bersampingan dengan Ray, ia heran melihat Ray yang fokus menatap Keenan dan Fania. Apakah Ray suka pada Keenan? Pikirnya.
"Ray.." Ray menoleh "kenapa liatin mereka sampe segitunya? Curiga gue" sambungnya.
"Nggak papa, kaget aja sejak kapan mereka sedeket itu. Yang gue tau bahkan Keenan sampe minta tolong karna selalu gagal deketin Fania yang memang gak pernah ngebales perasaannya. Tapi see perjuangan Keenan terbayar juga." Jelas Ray. Jika memang betul mereka dekat, Ray juga ikut senang jika teman-temannya bahagia.
"Gue kirain lo suka sama abang gue" jujur Alvian.
"Yakali, eh iya kenapa Keenan gak kesekolah bukannya anggota Osis lagi sibuk?" Keenan kan wakil , rasanya tak adil saja disaat abangnya sibuk mengurus segala hal wakilnya malah disini jalan-jalan.
"Oh.. nganterin nyokap tadi" balas Alvian datar. Sebetulnya Ray ingin bertanya lagi 'kenapa bukan Alvian saja yang mengantarnya?' tapi ia rasa itu berlebihan apalagi wajah Alvian yang mendadak berubah dingin.
Setelah lelah berkeliling mereka memutuskan untuk pulang. Sebetulnya Dania menawarkan tumpangan hanya saja ia tak mau merepotkan toh Dania dengan Diva kan ia akan nyamuk nantinya. Saat ia berkata akan memesan grab tiba-tiba Alvian menariknya ke area parkir.
Alvian menyerahkan helmnya pada Ray yang dibalas tatapan bingung.
"Pake, gue anter lu balik"
"Tapi.." sebelum mendengar kata penolakan. Alvin pun merebut kembali helm yang ia beri dan langsung memakaikannya pada Ray.
"Cepet banyak orang yang cari parkir nunggu kita keluar"
"Terimakasih" ucap Ray memberikan helmnya pada Alvian. Yang dibalas dengan senyuman. Tanpa menunggu Alvian pergi Ray langsung memasuki rumahnya.
Alvian melihat kedalam ada seseorang yang baru saja keluar dari mobil. "Rivaldi? Sedekat apa mereka?" Gumamnya. Betapa terkejutnya ia saat Ray berlari dan langsung memeluk Rivaldi dan beriringan memasuki rumah.
Entah hanya saja Alvian merasa tidak suka dengan kedekatan mereka. ' gue kenapa sih?' lirihnya sambil menancapkan gas meninggal rumah Ray.
°°°
"Ray tadi diluar gak makan yang aneh-aneh kan" tanya Rivaldi, saat ini mereka tengah makan malam.
Ray menghela nafas "nggak bang.."
"Bang, besok Dania mau main kesini."
"Yaudah gak papa , sekalian temenin kamu abang kan besok mau ke kantor"
Ray menganggukan kepalanya " iya sekalian Ray juga mau cerita semuanya"
Rivaldi memberhentikan makannya "hah?! Ko tiba-tiba gini. Emang kamu udah percaya banget sama Dania " Ia tau adiknya bukanlah tipe orang yang dengan mudah memberi kepercayaan pada orang lain.
"Ray merasa Dania bisa dipercaya, dia baik. Dia selalu menyimpan keingintahuannya , dia tau batasan . Menghargai privasi orang lain." Jelas Ray
"Lalu Fania?"
Raut wajah Ray berubah sendu "Entah Ray rasa ada hal yang Fania sembunyikan . Kita jarang ngobrol akhir-akhir ini. Mungkin setelah hal yang mengganjal ini hilang Ray juga akan cerita sama dia".
Rivaldi mengangguk " jangan terlalu cepat menyimpulkan sesuatu yang terlihat diam bukan berarti tidak bisa menikam."
"Abang nuduh Dania yah?!" Sergah Ray
"Bukan,, hanya saja abang ada feeling gak enak tentang Ray dan lingkungan pertemanan Ray saat ini. Ray harus bisa memilih dan jaga diri baik-baik kalo gak lagi sama abang yah" Ucap Rivaldi sambil tersenyum dan mengelus rambut panjang nya.
Ray mengangguk, sungguh ia sangat menyayangi abangnya ini. Apakah ia siap jika harus meninggalkan abangnya sendirian?...
TBC
Thanks bagi yang sudah membaca..
KAMU SEDANG MEMBACA
RaySita / (Hiatus)
Teen FictionSekedar cerita tentang perasaan, persahabatan dan pengorbanan.