Kejadian kemarin membuat Ray semakin menjaga jarak dengan Keenan. Jika sebelumnya ia kesal karna Keenan selalu menghindarnya kali ini dia yang mati-matian agar tak berpapasan dengan Keenan di luar jam pelajaran. Keenan selalu menatap dirinya dengan penuh senyum seringainya, itu sungguh mengganggu dan membuatnya harus terus memasang sinyal siaga. Rasanya sekarang ia jadi menyesal sekelas dengan Keenan.
Dania merasakan perubahan terhadap temannya ini. Bahkan Diva pun merasakan hal sama. Padahal hari sebelumnya Ray berkata sangat bahagia karna di antar kesekolah oleh Papa mertua kalo kata Diva. Tapi keesokannya Ray berubah murung dan seperti menghindari sesuatu. Tatapannya selalu menyapu sekitar seolah memastikan sesuatu yang berbahaya tidak didekatnya. Bahkan sekarang Ray jadi sensitif, saat Dania menepuk pundak Ray untuk mengajaknya berjalan bersama kekelas Ray malah menjerit dan langsung lari. Setelah ditanya dia hanya menjawab 'terkejut', tapi bukankah itu terlalu berlebihan. Dania yakin ada sesuatu yang Ray sembunyikan.
Berbeda dengan Alvian sekembalinya Keenan ke sekolah Alvian benar-benar menjaga jaraknya. Ia menghindari Ray walau sulit. Mereka ada dilingkungan yang sama jangan lupakan mereka juga tinggal dikelas yang sama. Ini rasanya lebih berat untuk Alvian. Ia lebih baik bertengkar seperti dulu dari pada menjauhkan dirinya seperti ini. Ini menyakiti hatinya, ok Alvian jujur jika dirinya sekarang... Yah gitulah kalian pasti mengerti. Alvian terlalu bimbang dengan hatinya hingga ia tak sadar dengan sekitarnya.
Ray menghela nafas beratnya, hari ini sudah jum'at terhitung beberapa hari dirinya dihantui rasa cemas. Jujur sekarang ia takut pada Keenan. Ia selalu menghindari tempat sepi dan berkeliaran sendirian. Ia bahkan selalu pulang ke rumah sakit atau perusahaannya sekedar menunggu ada orang di rumah. Ya memang ada bibi, tapi ia takut Keenan datang dan berbuat sesuatu. Beruntunglah sekarang abangnya selalu menarik Keenan untuk menuntaskan tugas OSISnya. Ray sempat berpikir apakah Keenan mempunyai kelainan? Tingkahnya aneh, dia tau Keenan dari dulu adalah sosok yang ambisius dan tempramen.
Ray tak paham maksudnya, jika sebelumnya ia berkata suka pada Fania namun setelah aibnya terbongkar. Tiba-tiba dengan waktu yang singkat Keenan mengancamnya dan mengatakan bahwa Ray itu miliknya. Bukankah itu hal yang aneh, sifat dan perasaan manusia memang bisa berubah. Tapi tak secepat ini kan? Seakan ada orang yang betul-betul baik seumur hidupnya tiba-tiba diakhir hayat dia menusuk seluruh keluarganya. Bukankah itu terlalu mengejutkan? Ok itu hanya perumpamaan. Tapi ini aneh, Keenan tak bisa ditebak.
"RAYSITA VIVALDI!!!!"
"Huh' ya ampun jangan teriak, mau bikin gue jantungan yah!!" Ray mengelus dadanya
"Ya!! Gimana gak teriak gue udah manggil lo beberapa kali tapi kayak orang budeg diem aja." Dania geram tentu saja, ia sudah berteriak hingga teman-teman pun menetap aneh dirinya. Mungkin Ray lupa bersiin kupingnya.
"Kenapa emangnya?"
"Kenapa? Lo bilang Kenapa? Ya ampun Div tahan gue Div sebelum gue makan ini orang!!" Ray hanya mengangkat halis heran 'Dania kerasukan?' pikir Ray.
"Isshh, gue hajar juga. Ini udah jam pulang sekolah oneng! Lo dari tadi kayak orang kehilangan jiwa, liat noh bahkan buku lo masih pelajar seni itukan pelajaran keempat ckk.." ungkap Dania menggebu-gebu, ia terlanjur kesal. Dia ingin menegur Ray tadi tapi setelah pelajaran seni tiba-tiba pelajaran terakhir gurunya langsung masuk dan Ray pun yang dipanggil-panggil tak merespon apapun. Kesel kan! Untung gurunya tak terlalu memperhatikan.
"Serius lo? Udah jam pulang? Rasanya baru buka buku seni deh?" Ucap Ray enteng tanpa rasa bersalah. Dengan gemas Dania menjitak kepala Ray "sakit ih!!"
"Biar aja. Lagian lo diem mulu macem orang gak ada jiwanya. Lo kenapa si beberapa hari ini lo stress? Apa gimana si?" Dania khawatir sebenarnya tapi gedeg juga, greget asdfghjjkklll_-
![](https://img.wattpad.com/cover/199133944-288-k481163.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RaySita / (Hiatus)
Teen FictionSekedar cerita tentang perasaan, persahabatan dan pengorbanan.