Chapter 29

14 4 0
                                    

Seakan tercekat, kata-kata yang ingin ia utarakan tersangkut di tenggorokan. Ingin pergi lalu mengucapkan permisi tapi kakinya seperti lupa caranya berjalan. "Ke.. Keenan" dengan sekuat tenaga yang ia kerahkan hanya nama itu yang keluar dari mulutnya.

------

"Hai,, mau ikut ngumpul?" Tanya Keenan santai, menghiraukan Ray yang tengah gugup setengah mati.

"Hmm.." Ray mengurungkan ucapannya ia ingin menolak tapi ia juga takut jika keputusannya itu salah. Pandangan Keenan serem coyy...

"Wey..! gue tungguin lama amat. Oh,, Ray.." Galih tiba-tiba datang mengintrupsi, Ray diam-diam menghela nafas lega. Entah kebetulan atau tidak Galih memang penyelamatnya.

Ray melambaikan tangannya pada Galih saat pria itu mengedipkan matanya seolah memberi isyarat untuk bertindak biasa. Keenan memundurkan tubuhnya. Ray pun sedikit menjauh.

"Kok disini? Sama siapa?" Tanya Galih.

"Lagi hangout sama Dania, dia lagi di cari makanan" jawab Ray cepat.

"Oh,, yaudah kita pamit yah.. ayo Kee anak-anak udah berkoar-koar nunggu cemilan" Galih mendorong punggung Keenan kekasir dengan sekuat tenaganya. Galih mengangguk saat Ray mengucapkan terimakasih tanpa suaranya saat Galih melihat kebelakang.

"Tadi gue kalo gak salah liat Keenan ehh atau Alvian? Sekelebat gitu pas keluar dari toko" ucap Dania, saat ini mereka berdua sedang berjalan disekitar taman yang sama saat dirinya keluar dengan Dokter Haris. Itu loh yang disana Dokter Haris ngobrol sama Alvian.

"Keenan itu bukan Alvian" jawab Ray.

"Lo liat juga? Gue kira Alvian, dari belakang sama aja si" Dania menarik Ray untuk duduk di bawah pohon rindang sambil memakan cemilan yang tadi di belinya. Sedangkan Ray hanya memakan buah-buahan ia tak mau ambil resiko sudah sering dia ambil kesempatan untuk makan sembarangan tanpa sepengetahuan kedua abangnya, tiba-tiba drop lagi kan gak lucu.

"Lo ada masalah Ray? Beberapa hari ini lo banyak ngelamun gitu? Tapi gue gak maksa kok. Kalo emang belum mau cerita gak papa, intinya apapun masalahnya gue selalu ada buat lo."

Ray menghela nafanya, menyenderkan dirinya pada pohon. " Gue sama Keenan lagi ada masalah. Sebenernya gue si yang ngerasa gitu, karna kalo di lihat-lihat Keenan kayak biasa aja."

"Keenan? Gue pikir lu lagi ada masalah sama Alvian. Emang Keenan kenapa?" Dania pikir Ray sedang perang dingin Alvian, karna Alvian akhir-akhir sering menghindari Ray bahkan makan dikantin saja ia memisahkan diri.

"Ada sesuatu yang membuat gue takut sekaligus penasaran sama dia. Maaf, Gue belum bisa cerita soalnya gue masih cari tau." Ray menundukan kepalanya, sebetulnya dia ingin cerita tapi takutnya Dania akan nekat mencari tau tanpa sepengetahuan dirinya.

"Yang masalah sama Fania itu yah?" Ray mengangguk membenarkan tebakan Dania.

"Hmm.. maaf juga gue gak bisa bantu apa-apa. Semoga semuanya cepat kelar yah. Lo juga gak usah terlalu memforsir diri, jaga kesehatan. Tapi kalo lo butuh sesuatu bilang aja yah" Dania mengusap pundak Ray, memberi semangat.

"Makasih Dan, gue bersyukur bertemu orang baik kayak lo."

Tiba-tiba Alvian berjalan didepan mereka berdua. Dania yang pertamakali menyadari pun langsung memanggilnya.

'Lah kenapa setiap gue kesini selalu ketemu sama nih orang. Gak ada orang lain lagi apa? Ck'

"Kenapa?" Alvian melangkah mendekat.

"Lo, temenin Ray dulu sebentar bisa? Gue mau ke toilet nih. Darurat." Dania langsung berlari tanpa mendengar jawaban Alvian. Ray sudah mengumpat dalam hatinya. Ia tau Dania sengaja, untung temen.

RaySita / (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang