Seluruh siswa di kelas XI IPA3 terdiam. Bukan, bukan karna tampang Pak Riki yang seram tetapi seseorang di samping Pak Riki lah yang menjadi pusat perhatian.
Seseorang yang memiliki wajah yang sama dengan teman sekelas mereka. Bahkan Pak Riki ingin tertawa melihat berbagai ekspresi dari anak didiknya ini, seperti tak pernah melihat anak kembar saja, batinnya.
"Selamat pagi anak-anak , hari ini bapak membawa teman baru. Ayo perkenalkan dirimu" Pak Riki menginterupsi.
"Perkenalkan nama gue Alvian Putra Reyhan, terserah kalian mau manggil gue apa. Asal jangan panggil gue Keenan aja" Ucap Alvian menyampaikan kaliamat candaan tapi dengan mukanya yang kelewat serius.
Pak Riki bisa melihat keantusiasan muridnya "Ada yang ingin ditanyakan?" Tambah pak Riki.
Seorang murid pun bertanya " Gimana cara bedain lo sama Keenan?" Seluruh murid membenarkan pertanyaan itu.
Alvian pun mendengus dan beralih memanggil Keenan "Keenan sini lo, kalian lihat gue sedikit lebih tinggi dari dia, model rambut juga beda terus yang paling mencolok dia pake jas Osis gue enggak." Jelas Alvian saat Keenan berdiri disampingnya.
Sebetulnya dia juga bingung jika harus menjelaskan secara fisik, sebetulnya jika diperhatikan betul-betul garis wajah mereka memang berbeda walau itu tak terlalu jelas.
"Nanti lama-lama juga kalian bisa ngebedain kita kok karna dari sifat kita juga nggak semuanya sama." sambung Keenan menambahkan.
Karna merasa waktu belajar semakin banyak berkurang pak Riki pun menyudahi sesi perkenalan dan memberi tahu Alvian untuk menduduki bangku kosong di belakang Ray.
Saat Alvian lewat entah kenapa Ray merasa ada yang aneh dengan perasaannya. Ray menghela nafas mungkin ini hanya feeling-nya saja pikirnya.
°°°
"Ray ayo ke kantin" ajak Dania, Ray pun mengangguk dan mengajak Fania untuk bergabung bersama.
Sesampainya di kantin Dania dan Fania menuju stan makan untuk memesan sedangkan Ray mencari tempat untuk mereka bertiga. Tak lama setelah Ray mendapatkan tempat Dania dan Fania datang membawa makanan. "Ray ini dimakan" Fania memberikan pesanan Ray.
"Makasih Fan..." Yang dibalas anggukan oleh Fania.
Ray tersentak saat tiba-tiba ada yang duduk disampingnya tanpa permisi. Keenan yang memilih duduk di samping Fania pun berkata "Ray kita ikut duduk disini ya,, kebetulan tinggal ini yang kosong."
Dania yang melihat Diva ikut pun langsung tersenyum "Iya duduk aja" Dania menjawab.
Ray masih terdiam, orang yang duduk disebelahnya adalah Alvian. Mungkin ini bukan hal besar tapi entah kenapa Ray merasa ada yang berbeda saat ia bersama Alvian.
"Vian,, kenalin mereka teman sekelas kita juga. Disamping gue namanya Fania, disebelahnya Dania dan didepan Dania sebelah lo itu Ray" Keenan memulai percakapan setelah merasa ada kecanggungan diantara mereka.
Fania dan Dania bergantian memperkenalkan diri, setelahnya mereka menatap Ray yang masih terdiam. Serasa di perhatikan Ray pun tersadar dari lamunannya dan menapat bingung teman-teman nya.
"Ray? Lo kenapa ngelamun?" Cemas Dania, Ray pun hanya menggeleng sebagai jawaban.
Dania pun memberi kode dengan matanya bahwa ada seseorang disamping Ray yang tengah mengulurkan tangan seakan mengerti Ray pun menoleh dan menyambut uluran tangan Alvian.
"Raysita.." ucap Ray canggung.
Alvian tersenyum "Alvian, lo cewek yang kemarin itu kan? Gue kira uluran tangan gue mau dianggurin lagi kayak kemarin" Ray pun tersenyum kikuk bahkan dia tak tau jika kemarin Alvian mengulurkan tangannya.
"Lo kemarin ketemu sama Alvian?" Tanya Keenan.
"Iya ,, gue kira itu lo." Jawab Ray.
Diva merasa kalo suasana disini terlalu canggung akhir mengeluarkan suara "Ray.. Lo diet ya??" Ray mengerutkan halis tanda tak paham.
Diva berdecak " itu gue liat tiap hari lu makan itu mulu" tunjuk Diva.
Sedikit nasi, sayur dan steam daging, Ray berpikir apa ada yang salah dengan makanannya?. Disekolah ini memang ada warung yang menjual makanan rumahan dan Ray rasa ia tak salah jika ingin hidup sehat. Bahkan memang Ray di tuntut untuk hidup sehat demi kelangsungan hidupnya.
"Udalah Div, Ray itu jarang makan fastfood. Orang hidup sehat kok malah diheranin" Jawab Dania setelah melihat Ray yang tak kunjung menjawab.
Memang selama setahun mereka berteman Dania jarang melihat Ray memakan fastfood sekalipun itu saat mereka bermain keluar. Dania juga tau Ray melakukannya untuk menjaga kesehatan karena beberapa kali dia melihat Ray meminum obat sewaktu bermain kerumahnya. Dania tak tau Ray sakit apa. Sebetulnya dia penasaran tetapi dia takkan memaksa Ray untuk bercerita jika memang tak ingin.
Diva yang mendapat jawaban dari Dania pun terdiam. Ini bukan percakapan yang gua harapkan, helanya. Setelahnya hanya dentingan alat makan yang terdengar sampai satu peratu dari mereka meninggalkan kantin untuk menuju kelas.
Tbc
Seperti biasa beritahu aku kalo ada kesalahan...
Terimakasih sudah mau meluangkan waktunya untuk membaca cerita ini...

KAMU SEDANG MEMBACA
RaySita / (Hiatus)
Novela JuvenilSekedar cerita tentang perasaan, persahabatan dan pengorbanan.