Chapter 26

22 4 0
                                    

Cekidottt...


Dengan  lesu Ray berjalan menyusuri koridor menuju kelasnya. Ia merasa lelah pagi ini. Padahal tadi malam ia tidur dengan cukup. Tubuhnya malas untuk bergerak. Rasanya ada yang aneh dengan perasaannya. Seperti ada yang janggal dengan hatinya tapi ia tak tau kenapa. Ray berpikir mungkin karna  Irash sedang rindu padanya, terdengar gila. Tapi siapa tau kan? Dasar Bucin !

"Kenapa Ray?" Ray hanya menggeleng lemah, menjawab pertanyaan Diva. "Dianter sama papa mertua juga, gak malu apa manyun gitu" tambah Diva. Kemarin Diva melihat Ray di jemput seorang lelaki, Diva sempat berpikir Ray bersama om-om kaya. Kalian paham maksudnya kan? Tapi saat Diva menanyakannya pukulan sayang menghujam dengan derasnya, bukan hanya dari Ray tapi Dania pun ikut serta. Mulutnya Diva itu loh minta disetrika! Setelah tau kalau itu papa Adnan a.k. Irash a.k.a orang tersayangnya Ray dia langsung memanggilnya sebagai Papa mertua Ray.

"Apa sih? Om-om kaya itu tuh, mayan gue peras dompetnya" ucap Ray sarkas, yang justru mengundang gelak tawa Diva.

"Bagi-bagi ya hasilnya.. awww..." Diva mengusap kepalanya yang terkena hantaman buku paket oleh Dania yang baru datang.

"Alvian kemana, Div?" Modus! sebetulnya Ray ingin tau Keenan bukan Alvian. Gara-gara kemarin ia jadi penasan dengan Keenan, apa yang Keenan inginkan sebenarnya.

"Ciee,, nayain... Udah peka toh" kini Dania berbalik menggoda Ray.

"Alvian sama Keenan di luar nongkrong, biasa Keenan lari dari tugasnya lagi." Semenjak hari itu Keenan sering kabur-kaburan dari tugasnya sebagai Wakil Ketua Osis. Yang dimana hal ini membuat Rivaldi abangnya Ray kelimpungan karna Ia harus merangkap tugasnya. Tak ada waktu untuk marah acara SERTIJAB tak lama lagi akan diselenggarakan.

"Owh.." jawab Ray cuek sambil membuka bukunya. Dania dan Diva saling bertatapan seakan sedang berbicara melalui telepati.


"Males baca, kekantin juga males.. dah lah ngadem aja lumayan sekalian memanfaatin Wi-Fi gratis " saat ini Ray sedang di perpustakaan, ia terlalu malas untuk pergi kantin. Ambil buku buat gaya doang, terus duduk dipojokan, selonjoran pas dibawah AC sambil menikmati Wi-Fi gratis. Huh! Nikmat mana lagi yang engkau dustakan. Memang seharusnya siswa seperti Ray ini harus dimusnahkan, bukannya memanfaatkan fasilitas sekolah untuk belajar, ini malah download film sambil buka berita-berita gak penting.

Ray terlonjak saat ada orang berdehem disampingnya. "Ngapain lo kesini?" Tanya Ray sedikit takut. Hey! Posisi mereka saat ini sangat merugikan Ray, berada dipojokan otomatis disampingnya tembok dengan kakinya yang selonjoran dibawah meja, dan orang disampingnya menghalangi satu-satunya jalan. Tak mungkin Ray harus  meloncati meja, walau mejanya pendek tapi cukup lebar, dan tentu saja ia tak ingin kena amukan penjaga perpustakaan karna dianggap membuat kegaduhan.

"Sendiri aja?" Ray menetap malas orang didepannya, pertanyaan tidak bermutu sekali. Sudah jelas Ray sendiri, apakah Ray terlihat seperti membawa orang lain.

"Mau apa si Kee?" Ray mencoba menyembunyikan sedikit rasa takutnya.

"Chat gue gak dibales?" Keenan menyenderkan tubuhnya kebelakang. Ok ini anak dua saling tanya tapi gak ada yang jawab. Author pusing tau gak!

"Gue pergi" Ray memberi isyarat agar Keenan memberinya jalan.

"Nanti jalan!" Ajakan Keenan yang lebih terdengar seperti perintah.

"Pulang sekolah gue tunggu!" Keenan berdiri hendak pergi.

"Ogah!" Balas Ray yang langsung ngacir meninggalkan Keenan yang tengah tersenyum miring melihat tingkah laku Ray.

RaySita / (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang