Chapter 25

26 4 0
                                    


Bagas Irsyadi dan Tania Irsyadi sepasang suami istri yang begitu romantis. Kehidupan mereka di tambah semakin bahagia dengan kelahiran sang buah hati. Putra pertama mereka dan satu-satunya, Adnan Irsyadi. Walau harus lahir secara prematur di usia 7 bulan lebih beberapa hari, Adnan terlahir sehat.

Sejak awal kehamilan ia memang memiliki masalah dan ada yang tidak beres dengan rahimnya. Tapi ia memaksakan diri tak mungkin ia melepas calon buah hatinya. Ia bersedia menanggung resikonya apapun. Persalin yang terbilang cukup beresiko dan memakan waktu yang cukup panjang akhirnya membuahkan hasil. Bayi tampan terlahir walau ia harus melewati masa kritis beberapa hari dan dengan berat hati ia menerima berita jika ia tak bisa mengandung kembali.

Adnan tumbuh menjadi anak laki-laki yang tampan, dan ceria. Memasuki usia satu tahun Bagas memutuskan untuk menetap disuatu daerah dan tak mengizinkan istri dan anaknya untuk ikut perjalan bisnis. Tania setuju, ia pun ingin fokus mengurus anaknya dan memberi pendidikan seperti anak lainnya. Mereka pindah di kompleks perumahan menengah kebawah. Bukan karena biaya, hanya saja lingkungan disana lebih nyaman, dan tetangga pun aktif saling menyapa. Suasananya lebih manusiawi. Tanpa di rencanakan mereka bertetangga dengan salah satu teman sekaligus rekan kerjanya, keluarga Atmadja.

Disini lah cerita dimulai, perteman orang tua yang semakin kental yang juga di ikuti anak mereka. Rivaldi, Raysita dan Adnan tak bisa di pisahkan. Apalagi Adnan yang tau lepas dari Raysita. Ingin satu sekolah, ingin satu mobil bahkan dengan polosnya ia berkata ingin satu rumah. Ckck, dasar anak-anak. Orang tua mereka hanya tertawa melihat kedekatannya. Adnan yang memang penuh semangat, cerewet, gampang bersosialisasi ya.. tapi galaknya kebangetan kalo lagi ngamuk. Sedang Ray yang lebih pendiam, cuek dan menjauhi tempat ramai. Sungguh bertolak belakang, tapi entahlah bagaimana mereka bisa berteman sangat dekat.

Hingga kejadian dimana Ray dan Rivaldi kehilangan orang tuanya karena insiden jatuhnya pesawat. Bagas dan Tania memutuskan untuk membantu mengurus mereka.

"Ray, Abang cepat turun kita sarapan" teriak Tania. Hari ini ia menyuruh Ray dan Eivaldi untuk menginap di rumahnya sampai ia kembali melakukan perjalanan bisnis.

"Pagi ma, pa" ucap Rivaldi yang datang lebih dulu.

"Pagi" balas balas keduanya. "Wih,, Ketos mah beda yah. Rapi bener. Begajulan dikit gak papa kali Riv" Tambah bagas.. wah aliran sesat ini mah.

"Papa! Kok malah ngajarin yang gak bener si.. jangan samain Riv sama papa yah, dulu papa kalo ke sekolah kayak kucing kecemplung berantakan sana sini" Nahkan kena sembur istri sendiri, emang enak. Rivaldi hanya tertawa menanggapinya.

"Pagi semua" ucap Ray yang langsung duduk disebelah Tania.

"Pagi.." jawab mereka kompak.

"Apa Ray gak salah denger tadi mama bilang papa dulu apa? Kayak kucing?" Tanya Ray penasaran, ia tak mendengar dengan jelas rupanya.

"Hussh... Enak aja, papa dari dulu ganteng tau" jawab Bagas tak nyambung.

"Papa gak nyambung.." pekik Ray.

"Kok mama mau si sama papa? Mama kan cantik" ucap Riv memprovokasi.

"Gak tau kayaknya mama di pelet deh dan sampe sekarang belum sadar" ujar Tania dengan ekspresi yang dibuat-buat.

Bagas mendengus, "oleh-oleh kalian papa tahan yah... Kalo nggak papa balikin lagi ke tokonya" wah.. Bagas mengeluarkan jurus ancamannya.

"Wahh.. papa kok ganteng. Kece badai,, Papa tau nggak Ray sayang banget deh sama papa. Papa tuh terbaik" Demi oleh-oleh pikir Ray.

RaySita / (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang