Chapter 18

31 6 0
                                    

Hai hai hai,,
Siapkan diri karna part ini akan memakan waktu yang lebih panjang dari biasanya...😂😂😂

Happy reading...












Sejak pertemuan Alvian dan Dokter Haris hari itu. Ray merasa ada yang berbeda dengan Alvian. Itu membuat dirinya semakin gumoh (you know gumoh?) mau muntah! Entahlah ia merasa Alvian menjadi sedikit...  perhatian? Sering mengajak mengobrol ya walau Ray lebih banyak diam. Duduk di sampingnya saat Dania maju menjalankan tugas sekretarisnya. Bahkan ikut makan bersama di kantin dengan menjadikan Diva ingin bersama Dania sebagai alasan.

Ok Ray mulai jengah, rasanya tak nyaman . Bahkan pernah ia sekali berbicara pada Diva untuk jangan membawa temannya itu tapi ya memang dasar Diva yang tidak bisa menolak atau Alvian yang memang batunya minta ampun. Kini hampir setiap hari mereka makan berempat kadang berlima juga dengan Keenan. Fania? Entahlah dia lebih sering bersama Amy dan Ray tak mempermasalahkan itu.

Intinya Ray merasa kini Alvian menjadi hantu di hidupnya. Yang setiap kemana saja Ray melihat sosoknya selalu ada. Ya kecuali toilet, kan horor.... 😫

Setelah beberapa Minggu lalu insiden pertengkaran di taman. Minggu ini Diva mengajak Ray dan Dania untuk datang kerumahnya selain untuk memberi beberapa info, ya... Kalian tau lah Diva ingin menuntaskan ke kepoannya yang menurutnya sudah terlalu lama ia simpan. Sudah gak kuat wkwkwkw....

Ditemani Rivaldi kini Ray sudah sampai di rumah Diva. Terlihat Diva dan Dania sudah menunggunya di teras.

"Kalian dari tadi? maaf ya gue lama" ucap Ray.

"Nggak Ray ini mah emang gue datengnya kecepetan" balas Dania.

"Eh Bang Aldi mau ikut ngobrol juga? Yaudah ayo kita di halaman belakang aja" ajak Diva yang sebetulnya agak canggung juga jika memang Rivaldi ikut. Sok-sokan nanya aja biar sopan.

"Nggak, gue gak ikut. Cuma nganter Ray aja masih ada urusan. Abang pergi dulu ya Ray. Kalau mau pulang kasih tau Abang, nanti Abang jemput. Jangan cape-cape. Yaudah gue pamit semuanya" Ucap Rivaldi berpamitan diakhiri dengan mengelus pelan kepala Ray.

"Hati-hati bang" balas tiga orang didepannya.

"Ada kabar apa Div?" Tanya Ray to the point saat mereka duduk di halaman belakang rumah Diva. Halaman yang bisa di bilang sederhana tapi asri dan nyaman untuk bersantai. Satu meja bundar dengan empat kursi yang mengelilingi, serta banyak pohon hijau disekitarnya. Sungguh nyaman..

"Santai, tuh di minum dulu, tadinya gue nyediain teh. Tapi kata Dania lo lebih suka air putih." Ucap Diva. Yang dibalas anggukan dan langsung meminum airnya.

"Jadi gini setelah gue tanya-tanya dengan penuh perjuangan..." Belum selesai berbicara Dania memotong. "Jangan lebay Div. To the point, serius ini"

"Hehehe,,, ok ok ini serius! Jadi setelah gue maksa Keenan untuk jawab tentang perasaannya sama Fania, ternyata benar! Sesuai pernyataan gue waktu itu Keenan gak suka sama Fania." Pernyataan Diva membuat Dania dan Ray saling beradu pandang.

"Salah denger kali lo" sanggah Dania yang disusul anggukan Ray .

"Beneran ini, serius! Dia sampe ngambek karna gue tanya berkali-kali. Alvian juga bilang mereka nggak pacaran dan gak mungkin untuk pacaran" jelas Diva

"Hmmm... Kayak ada yang aneh dari kata-katanya Alvian" ucap Ray.

"Iya, apa jangan-jangan mereka saudara kandung, jangan-jangan mereka kembar tiga tapi Fania gak identik" Ray menjitak kepala Dania.

"Kalo ngomong asal nyeplak aja" Ray kesal dengan pendapat Dania yang terkadang tak masuk akal. " yakali kembar nama ortu mereka beda kok gue bisa jamin itu" sambung Diva.

RaySita / (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang